Home / Rumah Tangga / Diam-Diam Jatuh Cinta / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Diam-Diam Jatuh Cinta: Chapter 71 - Chapter 80

384 Chapters

Malam Ini Kamu Milikku

Prilly memapah Javas ke dalam rumah dengan susah payah. Meski begitu ia merasa bahagia mendapat rezeki selarut ini. Kebahagiaannya bertambah sempurna karena di rumah itu hanya ada dirinya dan asisten rumah tangga. Jevin sudah lama kembali ke Zurich. Zach tinggal di apartemen. Sedangkan saat ini Rosella sedang menghadiri acara sosial di luar kota.Tanpa pikir panjang Prilly langsung membawa Javas ke kamar lelaki itu. Kamar yang juga ditempatinya selama berada di rumah Rosella.“Mbak Prilly, maaf saya baru bangun. Saya dengar tadi ada bunyi bel,” kata Yuka, asisten rumah tangga Rosella yang tiba-tiba muncul. “Saya udah buka pintunya, kamu tidur aja, Bi.”“Tamunya Mas Javas ya, Mbak?” tanya Yuka saat melihat Javas dalam papahan Prilly. Yuka melihat gelagat tidak enak. “Yap. Kamu kan bisa lihat sendiri. Tidur sana! Nggak ada gunanya juga kamu bangun. Udah keduluan saya.” Prilly mengusir perempuan itu agar pergi darinya.Yuka bertahan di tempat. Ia merasa ragu. “Mbak Prilly mau bawa Mas
last updateLast Updated : 2024-03-11
Read more

Bego Jangan Dipelihara ya, Bangsat!

Tidak membiarkan ponselnya berdering lebih lama, Zach segera menerima panggilan tersebut dengan sedikit perasaan khawatir. Jangan-jangan Rosella menelepon tengah malam begini karena penyakitnya kambuh. Jangan-jangan ini, jangan-jangan itu. Dan masih banyak lagi berbagai jangan-jangan di kepalanya.“Halo, Mami.”“Mas Zach, ini saya Bibi, bukan ibu Rosella.” Terdengar suara Yuka yang bernada panik di seberang telepon sana.“Ada apa, Bi? Mami kenapa?” Zach bertambah khawatir justru karena asisten rumah tangga ibunya yang menelepon. Ia pikir sesuatu terjadi pada Rosella. Apa Rosella betul-betul sakit sehingga tidak sanggup menelepon? Zach tidak tahu jika saat ini ibunya itu berada di luar kota.“Mas Zach, ini bukan tentang ibu Rosella, tapi Mbak Prilly.” Yuka segera memberitahu dengan nada suara yang bertambah panik.“Astaga, Bi. Bibi bikin saya jantungan aja. Saya pikir tadi ada apa. Kalau tentang dia nggak usah laporin ke saya, Bi. Mau mati, mau jungkir balik, mau masuk jurang, mau dita
last updateLast Updated : 2024-03-11
Read more

Candunya Ada Di Sini

Saat Javas membuka mata, ia mendapati dirinya berada di kamar rumahnya dalam keadaan pusing dan kepala berat. Javas mengerjap mencoba mengadaptasi diri dengan keadaannya saat ini. Tangannya kemudian meraba-raba permukaan kasur di sebelah, mencari keberadaan istrinya. Biasanya pagi begini ia dan Zoia masih berpagutan membagi kehangatan. Panggilan untuk bekerjalah yang memisahkan mereka.“Zoiang …,” gumaman itu meluncur dari bibir Javas. Tidak menemukan sang istri di sebelahnya membuat Javas merasa ada yang hilang dari hidupnya.‘Zoiang kok nggak ada?’ tanyanya di dalam hati.“Zoiang, kamu di mana?” Javas berseru dengan suara yang lebih keras sambil memandang ke arah pintu kamar. Barangkali Zoia sedang berada di ruang belakang menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Javas tersenyum sambil membayangkan makanan apa yang sedang diolah istrinya untuk asupan pagi ini.Sesaat kemudian kesadaran menamparnya. Tidak ada Zoia bersamanya di kamar atau di bagian lain rumah itu. Zoia sudah pergi ent
last updateLast Updated : 2024-03-12
Read more

Usaha Javas Meluluhkan Hati Zoia

Zoia tidak menganggap serius celetukan Zach tadi. Lagi pula ia tahu jika adik iparnya itu memiliki selera humor yang tinggi. Setidaknya saat bersama dengannya. Jadi Zoia hanya tersenyum dan tidak menanggapi. Lagipula setahu Zoia Zach juga sering bercanda dengan anak-anak kantor, seperti Khanza misalnya.Setelah dari tempat itu mereka langsung ke kantor. Sambil menyetir sesekali Zach melirik ke arah Zoia. Ia masih tidak habis pikir bagaimana mungkin Javas menyia-nyiakan perempuan di sebelahnya ini.“Zoi, boleh aku tanya sesuatu?” ujarnya hati-hati.Zoia memutar kepala ke arah Zach. “Tanya aja,” jawabnya.“Hmm … kamu nggak berniat buat ngasih tahu Javas kalau dia bakal punya anak?”Zoia tidak butuh waktu lama untuk menjawab pertanyaan itu. Ia langsung menggelengkan kepala. “Javas belum siap punya anak.”“Tapi bukan berarti nggak mau kan?”“Dia memang pernah bilang begitu. Dia bukan nggak mau, hanya belum siap. Dan aku udah mutusin untuk menyimpan kehamilanku sendiri.”“Tapi kamu hamilny
last updateLast Updated : 2024-03-12
Read more

Yang Cantik Kan Hanya Istri Saya

Zoia memandang ke sekeliling dan membalas dengan canggung senyuman para pegawainya. Fix, ia akan menjadi rumpian para pegawainya lagi gara-gara tingkah konyol suaminya.“Jav, kamu jangan kayak gini dong. Aku tuh di sini pemimpin. Nggak enak sama mereka. Para pegawai aku pasti ngomongin kita di belakang,” ucap Zoia geram dengan merendahkan nada suaranya.“Who cares? Aku kan udah bilang nggak akan berdiri apalagi pergi dari sini selama kamu nggak mau pulang ke rumah.” Javas bertahan dengan pendiriannya. Ia yakin sesaat lagi Zoia pasti akan luluh. Zoia tentu malu menjadi fokus perhatian banyak orang. Ia hanya perlu bersabar beberapa menit lagi.Menurunkan pandangannya, Zoia mendapati Javas yang kini memeluk erat kedua kakinya. Tangan laki-laki itu melingkarinya. “Jav, tolong, kamu jangan kolokan gini. Nggak cuma aku yang akan malu, tapi kamu juga.”“Makanya kamu jangan menolak biar aku segera berdiri,” jawab Javas tak peduli.‘Yes! Sebentar lagi Zoiang pasti menyerah. Gue gitu lho!’ Java
last updateLast Updated : 2024-03-12
Read more

I'll Keep Our Secret

Selagi Kinar keluar Javas menghabiskan rotinya. Ia tidak menyangka jika rasanya akan senikmat ini. Padahal hanya roti tawar. Biasanya Javas mana suka makan roti tanpa olesan apa-apa. Aneh, pikirnya. Atau mungkin ini adalah efek perutnya yang lapar?Empat lembar roti tawar tanpa terasa lolos dengan mulus ke dalam perut Javas. Ia sedang menyeka mulutnya dengan tisu ketika Kinar muncul lagi.“Pak, saya sudah temui dia. Namanya Venna,” beritahu sang sekretaris.Javas hampir saja terlonjak dari kursi nyamannya ketika nama itu disebut.“Venna?” ulangnya mengonfirmasi sambil mencoba menyembunyikan rasa terkejutnya.“Iya, Pak, namanya Venna,” jawab Kinar meyakinkan.“Ciri-cirinya gimana?” Javas bertanya lagi agar lebih jelas.“Yang pasti orangnya cantik kayak yang saya bilang tadi. Dia tinggi, langsing, rambutnya sebahu warna coklat. Cara bicaranya ramah dan sopan.” Kinar mengurai dengan detail ciri-ciri sang tamu yang baru pertama kali datang ke kantor itu. Kinar sudah bisa menerima tamu per
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

Mari Bermain Cantik

Ini entah sudah untuk keberapa kalinya Zoia membaca pesan yang dikirim Javas padanya. Setelah Zoia cerna maknanya ia menyimpulkan bahwa Javas sudah lelah membujuknya. Itu berarti Zoia bisa bernapas lega untuk sesaat. Ia terhindar dari Javas dan tidak perlu lagi main kucing-kucingan dengan lelaki itu. Meski begitu di saat yang sama sudut hati Zoia berbisik, jadi cuma segini effort Javas untuk mendapatkan hatinya lagi?Zoia buru-buru meletakkan ponselnya ketika melihat Khanza datang lalu menempatkan diri duduk tepat di hadapannya.“Gimana laki lo? Udah jinak?”Zoia tersenyum samar. Aksi Javas tadi pagi sukses menjadi pembicaraan di seputar para pegawainya. “Kayaknya buat sementara gue aman. Dia barusan chat, katanya nggak bakal ngeganggu lagi.”“Bagus deh. Jadi nggak ada lagi insiden kayak tadi.”“Iya.” Zoia menggumam pelan.“Tapi, Zoi, rencananya lo berapa lama tinggal di apartemen itu?”“Belum tahu sih. Kenapa?”Khanza tidak langsung menjawab. Ia membetulkan posisi duduknya lantas ber
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

Permintaan Orang Tua Zoia

Zoia memijit pelipisnya pelan. Venna sudah pergi sejak bermenit-menit yang lalu. Tapi kedatangan perempuan itu meninggalkan residu yang tidak langsung hilang dalam satu kali kedip.Percakapan terakhir dengan Venna tadi masih terngiang dengan begitu jelas di telinga Zoia. Setelah Zoia menunjukkan sikapnya, Venna memang sempat kehilangan kata. Tapi perempuan itu belum kehabisan akal. Ia terus mencoba memengaruhi Zoia dengan berbagai cara yang diciptakannya sendiri.“Oh iya, Zoi, aku ke sini sekalian mau meluruskan tentang kejadian malam itu.”“Ya, gimana?” Zoia masih di posisinya. Siap mendengarkan seluruh penjelasan Venna.Tampak oleh Zoia gerakan Venna menghela napas. Cukup lama dan begitu dalam. Seakan apa yang akan ia sampaikan adalah sesuatu yang berat.“Tentang malam itu, Javas menginap di kamarku. Aku sudah menyuruh pergi kembali ke kamarmu. Aku mikirnya kasihan kamu sendiri, kalian kan lagi honeymoon. Tapi Javas nggak mau. Iya sih, saat itu aku dan Javas bernostalgia mengenang m
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

Kecupan Basah Yang Melumpuhkan

Setelah menerima telepon dari orang tuanya Zoia tidak langsung meneruskan perjalanan. Ia merebahkan punggung ke sandaran jok sambil memejamkan mata. Saat ini Zoia berpikir keras guna mencari cara untuk menghadapi masalah terbesarnya. Yaitu menghadapi kedua orang tuanya yang akan datang besok. Zoia tidak mungkin melarang kedua orang tuanya untuk datang atau meminta mereka menginap di hotel. Mustahil juga baginya untuk tetap tinggal di apartemen dan berpisah dengan Javas. Orang tuanya bisa curiga lalu bertanya-tanya. Dan ujung-ujungnya Zoia akan menambah beban mereka.Satu-satunya cara adalah kembali ke rumah Javas. Berbaikan sementara dengannya dan bekerjasama bahwa pernikahan mereka mulus tanpa masalah. Tapi, bagaimana caranya mengatakan pada Javas? Javas pasti akan besar kepala begitu tahu Zoia meminta balik.Cukup lama Zoia berpikir sampai akhirnya ia memutuskan untuk menelepon lelaki yang masih berstatus sebagai suaminya itu. Inilah satu-satunya cara yang bisa Zoia tempuh. Tapi i
last updateLast Updated : 2024-03-14
Read more

Tiga Syarat Dari Zoia

Zoia meminta Javas untuk mengangkat kepala dari lehernya kemudian memutar tubuh dan berdiri berhadapan dengannya. Zoia ingin menyaksikan sendiri kesungguhan lelaki itu.Jujur saja, wajah sendu Javas membuatnya tidak sampai hati untuk menolak permintaan laki-laki itu. Lagipula Zoia masih sangat mencintainya. Jika ini memang jalan yang akan kembali menyatukan mereka, apa salahnya ia mencoba?“Aku akan kasih kamu satu kesempatan lagi,” ucap Zoia memutuskan yang seketika membuat mendung di wajah Javas berlalu begitu saja. Laki-laki itu tampak bahagia. “Tapi ada syaratnya.” Zoia melanjutkan.“Apa syaratnya, Yang? Sebutin aja. Aku pasti akan lakuin apa pun untuk kamu,” kejar Javas penuh rasa antusias.Zoia tersenyum samar. Ia merasa bimbang jika Javas sanggup memenuhinya setelah nanti mengetahui syarat yang Zoia ajukan.“Ayo, Yang, sebutin apa syaratnya.”“Kamu yakin sanggup ngelakuinnya?”“Anything for you, Zoia
last updateLast Updated : 2024-03-14
Read more
PREV
1
...
678910
...
39
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status