Ketika aku membuka mata, lagi- lagi aku mendapati diri sudah berada di rumah sakit. Tangan diinfus lagi, dan hanya ada 3 orang yang ada di dalam ruanganku."Akhirnya kamu sadar," lirih wanita itu. Wanita yang duduk dikursi roda, Maura.Dengan kondisi seperti itu, dia malah berada di rumah sakit, meskipun ditemani pelayannya."Akhirnya nyonya Sadar," lirih Ira, yang langsung mendekatiku."Ra, jangan panggil dia nyonya. Nyonya di rumah itu, hanya ada saya, sama nyonya besar. Sedangkan dia, sama seperti kalian, pelayan," sahut Maura, yang mendekat ke arahku dan Ira. Inem hanya diam, sambil mendorong kursi roda."Saya sebenarnya kasihan sama kamu, sekaligus jijik. Tapi karena suami saya yang begitu baik dan perhatian, dia sengaja memenjarakan kamu di rumah besar kami, untuk menyiksa mental si perusak masa depan istri tercintanya," kata Maura sambil terkekeh, menatap jijik ke arahku.Padahal sebelumnya, dia begitu bersikap lembut dan terlihat begitu baik orangnya. Tapi ternyata, dia berwa
Baca selengkapnya