Semua Bab Berubahnya Istri yang Nyaris Kau Buat Gila: Bab 71 - Bab 80

94 Bab

bab71 Akan kurebut dia

"Baik kalau begitu. Aku akan urus sendiri kepulanganku hari ini.""Nggak perlu. Langsung saja, saya sudah mengurusnya," ujar kak Adam. Tatapannya dingin dan menekan.Aku pun berjalan tertatih, menuju ke arah pintu, tepat di depan lelaki itu berdiri. Melihat perbanku yang kini nampak berdarah, kak Adam langsung menggendongku."Turunin aku, Kak!!" pintaku dengan kesal.Lelaki itu mengabaikan ucapanku dan membawaku ke atas brankar."Obati dulu lukanya, perbanmu berdarah," kata kak Adam."Nggak usah! Biarkan saja, aku mati juga nggak masalah.""Tentu itu masalah. Kalau kamu mati, siapa yang bertanggung jawab pada Maura. Ingat Dinda, dia sekarang bergantung dengan kursi roda. Sedangkan kamu masih bisa jalan kesana kemari. Maka dari itu, jadilah manusia yang tahu diri dan bertanggung jawab," tegas kak Adam sambil memencet tombol.Aku terhenyak, mendengar ucapannya."Memangnya dengan kamu berkata mau mati, saya akan perduli dan mengatakan saya tidak bisa hidup tanpa kamu, begitu?" ejeknya, m
Baca selengkapnya

Bab72 Melawan

Aku mengangguk, dan mau berjalan ke arah dapur. Aku mulai menyiapkan makanan, yang ingin kubawa ke lantai 2.Namun saat makanan telah siap diatas nampan, tiba- tiba Ira masuk ke area dapur.Wanita itu nampak terlihat lesu."Ira," lirihku. "Maafkan saya, ya." Aku memegang tangannya, merasa bersalah pada wanita itu."Nggak apa- apa, Nyonya. Nyonya, kaki anda begitu banyak meninggalkan jejak darah di lantai. Sebaiknya anda beristirat di dalam, biar saya yang mengantarkan makanan ini."Belum sempat aku menyahut, sudah terdengar teriakkan tante Amara."Aduh, menjijikan sekali wanita pembawa sial itu! Darahnya berbekas dilantai. Cepat kalian lap dan bersihkan lantai rumah saya!" teriak tante Amara, kepada para pelayan rumah."Nah, nyonya besar sudah ngamuk," lirih Ira."Yaudah, Ra. Saya ke kamar saja, makasih sudah bantuin saya, Ra. Di rumah ini, cuma kamu yang perduli sama saya," ujarku sambil reflek memeluk Ira.Rasanya aku jadi rindu dengan Iren, entah dimana kini sahabatku itu. Aku kel
Baca selengkapnya

Bab73 Rumah Sakit

Ketika aku membuka mata, lagi- lagi aku mendapati diri sudah berada di rumah sakit. Tangan diinfus lagi, dan hanya ada 3 orang yang ada di dalam ruanganku."Akhirnya kamu sadar," lirih wanita itu. Wanita yang duduk dikursi roda, Maura.Dengan kondisi seperti itu, dia malah berada di rumah sakit, meskipun ditemani pelayannya."Akhirnya nyonya Sadar," lirih Ira, yang langsung mendekatiku."Ra, jangan panggil dia nyonya. Nyonya di rumah itu, hanya ada saya, sama nyonya besar. Sedangkan dia, sama seperti kalian, pelayan," sahut Maura, yang mendekat ke arahku dan Ira. Inem hanya diam, sambil mendorong kursi roda."Saya sebenarnya kasihan sama kamu, sekaligus jijik. Tapi karena suami saya yang begitu baik dan perhatian, dia sengaja memenjarakan kamu di rumah besar kami, untuk menyiksa mental si perusak masa depan istri tercintanya," kata Maura sambil terkekeh, menatap jijik ke arahku.Padahal sebelumnya, dia begitu bersikap lembut dan terlihat begitu baik orangnya. Tapi ternyata, dia berwa
Baca selengkapnya

Bab74 Hanya Ingin Hidup Bersama Kamu

"Apa?" tanyaku, sambil menatap nyalang ke arahnya."Mau marah? Silahkan. Tapi aku berhak untuk memukul siapapun, yang mencoba menyentuhku!" lanjutku."Kenapa harus kasar?" "Kenapa memangnya? Siapa suruh dia lancang, mau menyentuh wajahku," jawabku tanpa mau mengalah sedikitpun."Lihat Maura! Dia cacat gara- gara kamu, dan dia masih peduli sama kamu, sampai- sampai susah tidur," ujar kak Adam, Maura mendadak nangis sesegukan, layaknya orang tersakiti."Takdir," sahutku lagi dengan sikap acuh tak acuh."Pantas saja kamu gagal dari pernikahan pertama, pantas saja kamu dianiaya, karena kamu wanita kasar, dan pembangkang," ucap kak Adam, yang diluar dugaanku.Aku panas mendengar semua itu. Aku langsung duduk dan menarik infus ditanganku, hingga mengeluarkan darah."Awww, Dinda!" pekik Maura, yang melihat semua itu.Kak Adam hanya terdiam, melihatku yang sudah dikuasai emosi."Mari bercerai, aku benar- benar sudah muak dengan tingkahmu!" ungkapku."Tidak layak menjadi suami," lanjutku yang
Baca selengkapnya

Bab75 Perjalanan Bisnis

"Dengan cara menyiksa aku, Kak? Menghajar mentalku?" "Maaf, jika caraku menyakiti kamu, Din." Kini suaranya terdengar lembut."Andai dulu kamu ...." kak Adam menjeda kalimatnya. "Apa?" tanyaku, yang terlanjur penasaran."Aku sudah membeli nyaris 50% saham perusahaan Danum." Aku mengernyit, mendengar ucapannya."Buat apa?" "Buat memusnahkan musuh- musuhmu, Dinda. Aku hanya merasa heran, untuk apa kamu pergi menempuh pendidikan ke LN sana, demi mengikuti ucapan lelaki tua itu. Dengan polosnya kamu mau, dan mengabaikan lamaran aku. Bertahun- tahun, Dinda. Bertahun- tahun lamanya, aku hanya mencintai kamu. Melindungi kamu, membuntuti kamu, bahkan selalu menjadi orang lain, agar tetap berada disisi kamu, Dinda."Aku menjadi bingung, dengan segala ucapan kak Adam."Jangan buat aku bingung, Kak."Kak Adam hanya tersenyum dan tidak lagi menanggapi ucapanku. "Aku hanya ingin bersama kamu, Dinda ...." kak Adam bersuara."Yang kamu lihat diam, yang kamu lihat baik, belum tentu dia benar- b
Baca selengkapnya

Bab76 Menjadi Manis dan Hangat

"Diganggu sama aku?" Aku kebingungan, juga salah tingkah, melihatnya seperti itu.Tiba- tiba kak Adam meletakkanku diatas kasur."Ya, aku nggak mau, saat bersama kamu ada yang ganggu. Kamar hotel ini, memang khusus cuma ada 1 kamar di lantai ini."Aku jadi semakin salah tingkah dia buat. Rasanya, seakan dia tidak pernah menyakitiku. Padahal, kemarin dia baru menarik rambutku gara- gara Maura.Tapi ketika di Singapura ini, dia malah bertingkah sebaliknya. Dia manis, ramah, juga menarik sekali.Kak Adam duduk disampingku, dan mulai memainkan rambutku. "Sudah lama sekali, lama sekali aku ingin seperti ini," lirihnya.Aku menoleh ke arahnya."Oh ya. Kak Adam kenapa, sakit?" Aku menatapnya, kemudian mengarahkan tanganku ke kening lelaki itu."Hangat," gumamku. Lelaki itu meraih tanganku yang menempel di keningnya, dan menatap hangat ke arahku."Maaf ya, kalau aku selalu kasar sama kamu," ujarnya, kemudian mencium tanganku yang berada digenggamannya."Kenapa kakak begitu?" Aku merasa penas
Baca selengkapnya

Bab77 Malam Yang Panas

Aku menutup mataku, mencoba menikmati perlakuan manisnya. Kurasa tidak ada salahnya, membuka hati untuk kak Adam, yang memang sudah berstatus sah suami aku kan.Namun disaat mata ini tertutup, dan menikmati manisnya sentuhan kak Adam, tiba- tiba lelaki itu malah terkekeh dan menjauhkan wajahnya dariku."Aku lapar, ayo kita cari makan," ujarnya sambil cengengesan, membuatku rasanya malu."Sabar, kita tunggu malam hari. Aku nggak ada tenaga kalau sekarang," lanjutnya sambil mengedipkan mata.Rasanya aku benar- benar salah tingkah dibuatnya. Yang membuat aku rasanya kesal, dia senyam- senyum ke arahku, seakan puas telah berhasil mengerjaiku.Awas saja, akan kubalas kamu, Kak. Aku hanya bisa membatin ditengah rasa malu yang menyelimuti hati."Aku belum lapar." Akhirnya aku bersuara, setelah berhasil menetralkan perasaan."Cie ..., kamu merajuk? Apa memang beneran pengen sekarang?" ejeknya sambil tertawa."Gila," gerutuku kesal."Eh, gila- gila begini, saya suami kamu loh. Kamu menikah den
Baca selengkapnya

Bab78 Jangan Terlalu Terlibat

Bab78"Adam! Ngapain kamu pergi sama dia ke Singapur? Harusnya kamu ajak Maura, bukan wanita ini. Pake digendong- gendong segala lagi," cibir tante Amara. Entah kenapa, dia begitu jijik dan benci padaku."Mas, aku sedang sakit dan dalam keadaan tidak bisa apa- apa. Tapi kenapa, kamu malah pergi liburan sama dia?" timpal Maura, dengan derai air mata."Turunkan dia, Adam! Jaga perasaan istri kamu," titah tante Amara lagi."Kak, turunkan aku," pintaku pelan dan lembut padanya."Nggak mau," jawab kak Adam, sembari mendekati mereka."Dinda juga istri aku, Bu. Jadi Maura nggak berhak marah," sahut kak Adam, membuat aku melongo.Mata Maura semakin berkaca- kaca."Mas," lirihnya dengan suara serak."Kak, jangan begitu," pintaku."Diam! Jangan sok baik kamu," bentak tante Amara padaku."Sebelum kamu hadir di kehidupan anakku, dia adalah anak yang baik dan penurut, tapi semenjak ada kamu! Semuanya berubah, dia menjadi anak pembangkang begini."Tante Amara sangat marah dan benci padaku, membuatk
Baca selengkapnya

Bab79 Dipermalukan

"Kakak kenapa bertanya begitu?" Aku menatap gugup padanya."Hhhmmm, nggak perlu dijawab." Lelaki itu tidak lagi menatapku penuh harap, dia membuang pandangan, sembari menghembuskan napasnya pelan.Aku pun memilih diam. Karena saat ini, aku juga tidak tahu, perasaan apa yang aku miliki padanya.Tentang malam panas itu. Aku melakukannya, karena itu kewajibanku sebagai seorang istri. Tapi kalau perasaan cinta, kurasa aku belum memilikinya. Hanya untuk mengatakan apa adanya, aku jelas belum siap. Aku takut, kak Adam akan berubah menjadi kasar lagi padaku."Kak," panggilku, ketika lelaki itu berniat menyalakan rokok yang kini berada dijari tangannya."Ya.""Bisakah untuk tidak merokok? Aku ingin ngobrol," pintaku hati- hati. Kupikir dia akan marah padaku.Namun sebaliknya, dia malah tersenyum dan memasukkan kembali rokok ke bungkusnya."Baiklah, ayo bicara," ujarnya antusias. Entah kenapa, rasanya aku sangat bahagia, melihat sikapnya saat ini."Iren kemana ya, Kak. Apakah kakak tau? Soaln
Baca selengkapnya

Bab80 Gosong

Astaga, diluar nalar sekali, tiba- tiba ada yang begitu bar- bar di negara orang. "Jangan sentuh istri saya! Kalau sampai dia terluka, kamu akan saya tuntut!!" ancam kak Adam, yang langsung mencengkram tangan wanita yang mencoba menarikku."Kamu itu ya, tukang selingkuh! Gak kasihan kamu lihat istri kamu, yang berada di kursi roda itu," tunjuk wanita itu."Anda tidak tahu apa- apa, jangan asal bicara. Saya tidak main- main, jika anda mencoba memprovokator orang- orang disekitar. Saya akan buat anda dalam masalah serius, yang akan anda sesali seumur hidup," ujar kak Adam, yang akhirnya membuat wanita itu terdiam dan langsung menjauh dari kami.Kak Adam akhirnya melajukan langkah menuju lift khusus. "Kak," panggilku, sembari menatap kasihan padanya."Ibu benar- benar keterlaluan. Aku yakin, orang itu pasti ada hubungannya dengan ibu dan Maura. Tidak mungkin ada orang Indonesia, yang begitu bar- bar didepan umum, di negara orang lagi. Kita juga bahkan tidak mengenalnya, wanita itu tiba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status