Home / Pernikahan / Istri Dadakan Paman Mantan / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Istri Dadakan Paman Mantan: Chapter 11 - Chapter 20

36 Chapters

Mari Taruhan, Tuan

Mata Aruna menatap Adrian dengan sorot marah. Rindu? Selama ini Adrian sama sekali tidak mencari keberadaannya. Bahkan, Aruna mendapat kabar bahwa Adrian akan mengeluarkan album baru dalam waktu dekat. Melihat Aruna yang hanya bergeming, membuat Adrian tersenyum dan melangkah maju untuk memeluk."Berhenti di sana."Adrian tak menuruti permintaannya, terus melangkah dan merentangkan tangan. Namun, melihat Aruna yang minggir, membuat pria tersebut hanya berhasil memeluk angin.Mata Adrian menatap terkejut padanya. "Sayang, ada apa? Kenapa kamu menghindari aku?"Aruna tatap Adrian serius. "Kamu lupa, statusku yang sekarang bagimu, Adrian?"Mendengar hal itu, Adrian tersenyum miris. Pria tersebut tak menerima kenyataan, bahwa Aruna telah menikah dengan sang paman. Mata Adrian yang menatapnya nampak memerah. "Kesepakatan apa yang kamu dan pamanku buat, Sayang?""Berhenti memanggil seperti itu, kamu sudah tidak pantas."Tangan Adrian langsung mengepal. Merasa kesal dengan Aruna yang mulai
last updateLast Updated : 2024-03-24
Read more

Ponselku, Bukankah Sudah Disadap?

Bukannya merasa senang akan memimpin perusahaan secara cuma-cuma. Pria tersebut langsung menunjukkan wajah penuh beban. Hingga tangan menunjukkan tanda silang."Maaf, Tuan. Hadiah dari taruhannya sangat berbahaya bagi saya.""Berbahaya?" Yuksel sampai mengerutkan dahi."Coba bayangkan, jika saya menang jabatan tertinggi bisa dikantongi. Kalau semisal kalah?"Yuksel menatap sekretaris bernama Daris serius. Benar juga, pria tersebut tidak memiliki hal serupa seperti dirinya. "Kalau begitu, aku bakal jadi pembantu. Hal itu juga berlaku untukmu jika aku kalah."Daris kali tersebut mengangguk setuju. Sorot mata menampilkan kepercayaan diri tingkat tinggi. Pria tersebut mengenal baik siapa Yuksel. Sang atasan bukanlah pria yang mau terjerat hubungan dengan wanita, hanya karena alasan mencari info atau memanfaatkan."Apa sebelumnya, Anda sudah mengenal nyonya?""Apa ini semacam wawancara?"Daris tersenyum. "Ini hanya sebuah rasa penasaran.""Enyah," ujar Yuksel sembari menunjuk pintu.Meli
last updateLast Updated : 2024-03-25
Read more

Putra Kebanggan Dan Sejumput Sampah

"Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan."Mata Aruna memandang lekat suaminya yang nampak menghindari sejenak. Kemudian, membalas tatapannya. "Kamu yang lebih tahu, Kak. Bagaimana caraku memakai ponsel itu."Yuksel menarik napas. "Baiklah, aku tadi tidak akan menuduhmu."Melihat Yuksel yang berjalan meninggalkan dapur, membuat Aruna menatap serius."Tolong berhenti menyadap ponsel milikku."Tubuh Yuksel langsung berhenti. Dia tak segera menoleh atau pun berbalik. Memang dia sudah ketahuan dan tak bisa lagi mengelak, namun berhenti mengawasi ponsel istri. Sebuah keputusan yang berat bagi Yuksel.Hingga perlahan, tubuh berbalik dan mata saling bertatapan dengan Aruna."Ceritakan soal ayahmu, lebih tepatnya keberadaan dia. Maka, aku akan berhenti melakukannya."Sudah Aruna duga. Yuksel sampai melakukan perbuatan tercela, hanya untuk mencari tahu keberadaan ayahnya. Aruna tidak sebodoh itu, hingga langsung menghubungi ayahnya."Aku bisa mengantar Kakak ke pemakaman--"Aruna kaget den
last updateLast Updated : 2024-03-26
Read more

Memohonlah Padaku

"Jadi, kamu mau kan pergi ke sana denganku?"Aruna memandang Yuksel yang mengajak dengan nada halus. Aruna tidak tahu harus bagaimana, ketika melihat wajah ibunya nanti. Namun, kepala Aruna mengangguk, menyetujui permintaan suami."Baiklah," sahutnya.Yuksel tersenyum tipis, kemudian mengulurkan tangan ke arahnya. Mata Aruna menatap lekat tangan besar dari suaminya ini. "Aku bisa jalan sendiri."Terburu Aruna melewati Yuksel. Hal itu membuat dia berbalik dan memandang kepergian istri. Yuksel menarik napas dan mulai berjalan mengikuti.Sesuai pembicaraan. Begitu selesai sarapan, Yuksel membawa Aruna ke rumah ibunya. Padahal mereka berdua sudah tiba di depan pekarangan rumah, namun Aruna sibuk mengendalikan diri untuk tidak gugup."Mau sampai kapan kita di sini?" singgung Yuksel sampai melirik.Aruna ikut melirik. "Tunggu sebentar, Kak. Biarkan aku tenang dulu."Jemari Yuksel mengetuk stir. "Aku rasa kamu harus mengubah panggilan terhadapku.""Diubah lagi?" protesnya.Yuksel menatapnya
last updateLast Updated : 2024-03-27
Read more

Kebakaran Hari Itu Disengaja

"Aku yang bicara," ujar Aruna pelan.Yuksel mencondongkan tubuh, tangan berada di atas pangkuan dan wajah menunjukkan keangkuhan. Namun, bibir bicara dengan suara pelan dan tak lupa menambah senyuman."Tapi, jika kamu katakan ayahmu sudah meninggal. Aku pastikan akan menggantung kamu di dinding rumah."Ancaman itu, membuat Aruna membeku. Ia kurang mengenal pria ini, entah ucapan barusan akan terwujud atau hanya omong kosong.Ibunya yang mendekat membuat Yuksel duduk dengan santai lagi. Sementara Aruna menatap ibunya yang meletakkan secangkir air kelapa."Minumlah, ini bagus untukmu, Aruna."Aruna tersenyum dan tanpa ragu meminumnya. "Dari mana Ibu dapatkan air kelapa jam segini?""Ada tetangga baru, dia jualan es kelapa."Kemudian ibunya memandang Aruna dan Yuksel yang saling duduk terpisah. Yuksel tersenyum menang ke arah Aruna, karena sebentar lagi istri akan disuruh pindah."Bu, aku gerah. Kenapa jendela yang dibuka hanya satu?" tanyanya.Hal itu membuat senyum di bibir Yuksel lang
last updateLast Updated : 2024-03-28
Read more

Aruna Bukan Lagi Kekasihmu

Yuksel mendadak terduduk begitu mendengar ucapan dari Aruna. Kemudian kepala menoleh dan mata memandang pada istri."Jika ayahmu itu masih hidup. Lantas, di mana sekarang dia tinggal?"Tangan Aruna yang semula meremas sprei, kini mulai kehilangan kekuatannya dan perlahan tak mencengkram apa pun. "Bukankah Kakak hanya akan menanyakan satu hal?""Apa?"Aruna sendiri berbalik dan menatap suaminya. "Sekarang Kakak sedang menanyakan pertanyaan yang kedua. Ini melanggar aturan, kan?"Yuksel menyeringai. "Sial."Aruna menatap suami yang menyugar rambut dengan jemari. Masih dengan posisi duduk di atas ranjang dan nampak tidak ada niatan untuk tidur."Apa kamu kembali pada sifatmu yang keras kepala?"Aruna meraih selimut dan memeluk permukaannya. "Kamu sendiri yang bilang akan tanya satu hal, Kak."Yuksel menarik napas. Dia telah lama menyadari, istri begitu keras kepala. Namun, sikap itu benar-benar mengesalkan."Baiklah. Aku akan mencari tahu sendiri," ujar Yuksel pelan.Suara langkah kaki
last updateLast Updated : 2024-03-29
Read more

Tuan Dan Nyonya Bertengkar Lagi

Perlahan pandangan Aruna tertunduk. Benar, terikatnya Aruna ke dalam tali pernikahan dengan Yuksel karena ayahnya. Apa yang sebenarnya Aruna harapkan? Bahagia dengan pernikahan tak diinginkan ini."Setidaknya hargailah perasaanku, Kak. Setiap waktu aku merasa tertekan selama menggenggam ponsel." Aruna mulai bicara.Mata membalas tatapan Yuksel tak kalah emosi. "Kamu yang membuat rasa tertekan itu sendiri, Aruna. Karena kamu memiliki rahasia."Yuksel mulai berjalan pergi dan begitu bertemu dengan Tuti. Suaminya langsung mengeluarkan perintah."Kurung dia di rumah sebelah, jika sampai Adrian datang ke rumah ini.""Tapi, Tuan?""Apa! Kamu akan melanggar perintahku!" Melihat Tuti yang kaget karena dibentak, membuat Aruna angkat bicara."Baik, aku akan mengurung diri di rumah sebelah saat dia mencariku."Sorot mata Yuksel memandang tajam ke arahnya. Kemudian mulai berjalan menaiki anak tangga dan sosok suaminya tak lagi dilihat olehnya. Tuti segera menghampiri Aruna dengan raut cemas."N
last updateLast Updated : 2024-03-30
Read more

Paman Yang Merebutnya Dariku!

Yuksel menatap kesal ke arah sekretaris. "Memangnya aku malaikat? Tidak boleh bersikap emosi pada istri yang pembangkang macam itu."Daris hanya mengangguk saja. Baiklah, mungkin sudah saatnya pria tersebut mengalah dan tidak lagi berkomentar. Kaki mendekati kursi kerja dan Yuksel mendudukinya lagi. Dia memejamkan mata, berusaha menyudahi amarah yang masih mengganjal hati."Dokumen," pinta Yuksel dengan tangan menengadah.Daris memberikan dokumen yang dibawa pada atasan. Yuksel membuka tiap halaman dan begitu sibuk memenjarakan beberapa baris angka dan tabel di sana."Selidiki Adrian, jika dia sudah menemukan rumah ini langsung kabari aku."Pandangan Yuksel terangkat. "Jangan sampai telat satu detik pun, atau kamu tahu akibatnya.""Iya, Tuan."Paling nominal gaji Daris berkurang sedikit, itulah kebiasaan yang Yuksel lalukan. Memang seorang atasan yang sangat menyebalkan.***Tuti membawakan sarapan ke lantai atas. Dua pembantu lain mengikuti di belakang dengan nampan di tangan mereka
last updateLast Updated : 2024-03-31
Read more

Lepas Ikat Pinggangku, Aruna

Baru saja Yuksel ingin berdiri tegak. Adrian kembali mendekat dan memukul, namun satu hal yang membuat pria itu heran. Karena Yuksel sama sekali tidak membalas."Ada apa, Paman? Apakah kemampuan Paman dalam berkelahi sudah berkurang?" sindir Adrian.Yuksel tertawa sinis. "Kenapa aku harus berkelahi denganmu?"Adrian kembali mengepalkan tangan, bersiap untuk meninju. Namun, Yuksel malah memasang wajah."Pukul lagi.""Paman sedang mencoba merendahkan aku? Aku bisa menumbangkan Paman!"Yuksel menyeringai. "Ya, pukul saja. Karena aku akan memperlihatkannya pada Aruna."Seketika tubuh Adrian membeku dengan ekspresi kaget. "Apa maksud Paman?" Yuksel menatap Adrian menang. "Tentu saja Aruna akan mengasihi aku dan memarahi kamu, karena telah memukul suaminya.""Sialan!"Meski Adrian berkoar marah. Namun, tangan tak bisa lagi memukuli Yuksel. Karena bekas di wajah akan semakin terlihat dan Aruna jelas marah. Adrian saja yang mondar-mandir di depan kampus, diprotes oleh Aruna. Apalagi melihat
last updateLast Updated : 2024-04-01
Read more

Selamat Aruna, Kehamilanmu Diketahui Publik

"Jangan bicara seperti itu!"Mata Aruna mengerjap dengan gugup. Tubuhnya terburu duduk lagi, karena merasakan tangan Yuksel yang merambat di perutnya.Aruna menatap suaminya yang sudah tersenyum. Padahal kemarin mereka berdua berdebat begitu heboh, sampai pembantu mendengar. Namun, hari ini seolah mereka berdua tidak memiliki masalah apa pun."Hanya membuka ikat pinggang saja, kamu tidak mau?"Kepala Aruna langsung menggeleng. "Tidak.""Baiklah. Terpaksa aku yang harus melepaskannya sendiri."Melihat pergerakan tangan suaminya. Aruna langsung melengos, jantungnya saat ini berdetak sangat kencang. Bagaimana bisa Yuksel melepas celana di sebelahnya juga. "Kamu sudah lihat lebih dari ini, Aruna. Kenapa harus malu?"Aruna tak menyahut sama sekali. Hanya sibuk menenangkan diri dari rasa canggung yang datang secara mendadak ini. Yuksel yang menuruni ranjang dan bersiap memakai baju tidur pun, sempat terhenti. Mata melirik istri yang duduk dengan kaku di atas ranjang."Kalau aku ajak berhu
last updateLast Updated : 2024-04-02
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status