Home / Rumah Tangga / Gara-gara Selembar 50 Ribu / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Gara-gara Selembar 50 Ribu: Chapter 91 - Chapter 100

130 Chapters

Bab 91

Arga tertawa. Ia geli melihat wajah Nisa yang memerah karena marah. Belum lagi bibirnya yang lebih mancung dari biasanya. "Saya 'kan cuma cerita, Bu. Ibu sensi amat, sih." katanya mencoba meredakan emosi Nisa. Nisa menghela nafas. Anak - anaknya sangat suka ayam goreng buatannya tapi semua orang itu seperti Arga ini. Mempertanyakan dirinya yang selalu menyediakan ungkep ayam di kulkasnya. Apa tidak bosan? Masbulloh? Masalah buat Loh? "Nggak usah banyak komentar." nada suara Nisa melunak. Ia meletakkan ayam yang sudah selesai diungkep itu ke dalam sebuah wadah dan meletakkannya di atas meja warung. Setelah dingin baru akan dimasukkan ke dalam kulkasrd. Ia menoleh pada Arga. "Mau?" tawarnya. Arga menelan salivanya. Meskipun ia bilang anak - anaknya tidak suka ayam, tapi ia sangat menyukainya. Di rumah karena anak - anaknya lebih memilih ikan maka ibu mereka atau istrinya lebih memilih memasak ikan daripada ayam.'Aduhh, mana wangi banget ayamnya. Pasti enak.' keluhnya dalam hati.
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

Bab 92

"Teh Sari kelihatannya sih baik - baik saja. Mudah - mudahan memang benar begitu.""Kita lihat saja nanti." timpal Iman tak yakin, meskipun ia tetap mengharapkan yang terbaik untuk kakak iparnya itu. Nisa hanya dapat menghela nafas. Berdoa agar Sari memang sembuh seperti yang mereka harapkan.'Mudah - mudahan Pak Kyai itu memang benar - benar sakti. Jangan mencoreng nama baik orang muslim karena gelar Kyainya kalau ternyata Ia cuma seorang penipu.' harap Nisa dalam hati.Sudah seminggu berlalu. Sepertinya yang mereka khawatirkan tidak terbukti sampai Yanah mengabarkan perkembangan dari kesehatan Sari. "Ada bintik - bintik merah." di sekitar luka operasinya.""Bintik merah seperti alergi. Ada gelembung - gelembung airnya." tanpa sadar mereka bergidik ngeri. Bintik - bintik di sekitar luka operasi? "Apa gatal? Atau sakit?""Belum nanya. Lupa." Yanah menggeleng - geleng. "Kok bisa begitu, ya?""Itu karena Sari makan ikan asin!" timpal Edi gemas. Ia sudah melarang istrinya itu untuk
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

Bab 93

Cup! Iman mendaratkan kecupan kecil pada kening Nisa di depan semua mata memandang. Di dalam mobil Yanti membuang mukanya melihat adegan itu. 'Perasaan Bang Mumu nggak pernah seromantis itu.' hatinya tiba - tiba menjadi hambar. Pandangannya jadi bersirobok dengan Ijay yang duduk di sebelahnya."Apa?!" Ijay manyun. "Idih! Abang yang kenapa?!" Yanti ikut manyun. Ijay juga memperhatikan semua adegan Nisa memukul lengan Iman dengan manja dan berakhir dengan kecupan di keningnya itu dengan hati meletup - letup. 'Masih di sini aja udah romantis - romantisan gitu. Gimana nanti? Bisa - bisa tensiku langsung melonjak naik!' maki Ijay dalam hati. Ia misah misuh sendiri, membuat Yanah yang duduk di depannya merasa iba. "Kenapa, Pah? Papah kesal duduk di belakang?" ia salah menebak. Ijay mendengus seperti seekor banteng yang dikibarkan kain berwarna merah. "Kok Kita nggak jalan - jalan, sih? Masih nungguin siapa? Lama Amir!""Amir kepalamu peyang! Sabar dikit kenapa, sih?" jeplak Yanah
last updateLast Updated : 2024-06-04
Read more

Bab 94

Nisa merapikan rumah Sari, membereskan tempat tidur dan mengganti spreinya dengan yang bersih agar jika pulang nanti Sari dapat langsung berustirahat. Setelah selesai menyapu dan mengepel Nisa menutup pintunya. Ia pulang ke rumahnya karena tidak ada lagi yang harus ia kerjakan. "Kira - kira kapan mereka pulang ya, Pah?" tanyanya ketika ia sudah berada di rumahnya. "Mungkin besok. Yang dulu juga begitu, 'kan?""Tapi waktu itu 'kan, Teh Sari operasi, jadi harus menginap?" Iman mengangkat bahunya. Ia seperti tidak terlalu perduli. Sementara Nisa berharap ada kabar baik dari mereka, mereka ribut di dalam mobil saat mereka terbangun. "Kenapa pada tidur semua, sih?" umpat Yanah. Ia menyesali kenapa ia juga tertidur begitu lama padahal ia ingin membeli oleh - oleh. "Kamu kan juga tidur!" semprot Edi."Aku 'kan cewek, bisa apa Aku?""Apa hubungannya cewek sama cowok? Ngantuk ya ngantuk aja!" kali ini Edi tidak mau mengalah. Sari yang duduk di antara mereka menutup kedua telinganya. Mata
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

Bab 95

Iman keluar untuk memastikan motor mereka ada semua.Ternyata masih ada. Ia juga melihat mobil yang kemarin dipakai Yanah cs."Udah pulang." gumamnya. Ia langsung membuat kopi dan membawa ke kamarnya. Iman melihat Nisa duduk berdoa sambil menunggu azan subuh. "Mereka sudah pulang." lapor Iman. Nisa tak bergeming. Ia masih berdoa. Setelah terlihat selesai Iman mengulangi laporannya. "Mereka sudah pulang." Nisa menoleh. "Siapa?"Bukannya menjawab, Iman justru terkesan bertele - tele. "Kan Kamu yang semalam nanya kapan mereka pulangnya?" Oh ya, Nisa mengangguk. Ia bersiap - siap untuk sholat subuh. "Mamah nggak ingin cepat - cepat ke sana?" Nisa mengangguk. Tentu saja ingin. Tapi tidak secepat itu juga, 'kan? Ia harus beberes rumah dulu selepas sholat subuh nanti. Menyiapkan sarapan untu Doni..."Nanti aja, Pah. Mereka juga pasti belum bangun." "Tapi nanti ketinggalan berita.""Apaan sih, kayak mau dengerin berita aja."Azan subuh mulai berkumandang. Nisa melepas mukenanya."Kok b
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

Bab 96

Perkiraan Arga tepat. Saat menguras empang mereka menemukan umpan yang sudah membusuk dalam kamtong plastik yang dimasukkan ke dalam empang. Diceburkan, tepatnya. Umpan itu diikat dengan batu yang berat hingga tenggelam ke dasar empang. "Pantesan ikannya nggak mau makan." ucap Arga seraya melempar 'barang itu' ke sungai di samping rumah Nisa. "Ikannya mabok. Lama - lama mereka bisa mati semua karena mabok." katanya lagi. Iman menghela nafas sedang Nisa hanya dapat terkesima. "Kita belum juga maju, kenapa mereka sudah njahatin Kita, sih?" dengus Iman. Nisa mengerti siapa yang dimaksud Iman dengan mereka, tapi Arga tidak."Kita termasuk maju, Bos! Bulan pertama ini Kita sudah menjual hampir 4 kuintal ikan." jelas Arga. Netra Iman membesar."Serius?" "Iya. Masa' Bos nggak bisa ngitung, sih? Tiap paketan aja udah 40 kilo sendiri, 'kan?" maksudnya paketan itu adalah lomba yang diadakan setiap malam minggu. Memang kelihatannya banyak. Tapi mana uangnya, ya? "Judulnya aja 4 kwintal,
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

Bab 97

Tentu saja Doni tidak mau Mamahnya bertambah sakit karena Iman yang tidak sabaran."Tapi Doni ijinin sekolahnya ya, Bang?" pintanya pada Nino. "Beres!" Nino meengacungkan jempolnya. Ia juga memberi uang untuk Doni membeli makanan. "Pulang kerja Bang Nino dan Mbak Wiwi langsung ke rumah sakit. Kamu bisa pulang. Tapi sebentar aja.""Kok sebentar? Bang Deni kapan jatah jagain Mamah?""Dia 'kan pulangnya udah malem terus. Kasihan. Pagi - pagi harus berangkat kerja lagi.""Oh." Doni mengangguk mengerti. "Malam sampai siang Kamu tetap yang jagain Mamah.""Doni nggak sekolah lagi?""Nggak. Sampai Mamah pulang. Paling 3 hari, kan Oma nyuruhnya begitu." Doni mengangguk. Sebenarnya ia senang menemani Nisa di rumah sakit. Nisa juga merasa nyaman berada bersama si bontotnya ini.Iman hanya menjenguk seperti orang lain yang menjenguk. Sebentar saja. Ia tidak sanggup melihat wajah istrinya yang pucat seputih kertas. Ia mengeluhkan itu pada saudara - saudaranya. "Aku nggak tega. Nisa sampai sepu
last updateLast Updated : 2024-06-08
Read more

Bab 98

Nisa menolak. Ia enggan bila harus ke Rumah Sakit lagi. "Nisa di sini cuma pengen istirahat." Wida menghela nafas. "Pengobatanmu harus tuntas, Nak. Bagaimana kalau nanti perutmu sakit lagi?" Nisa membayangkan saat dirinya menangis dan menjerit karena perutnya yang sakitnya tidak tertahankan. Ia bergidik. "Nanti Vaya akan menemanimu.""Vaya?" Nisa membayangkan asisten kepercayaan Mamanya itu. Gadis cantik dengan jilbab yang menutupi dadanya. Gadis cantik dengan kepercayaan diri yang tinggi. Wajarlah, ia sarjana accounting lulusan universitas ternama. Tapi kenapa Ia mau bekerja di catering mamanya, ya? Lalu kenapa juga ia mau menemaninya ke Rumah Sakit? "Ayok, Mbak." ajak Vaya dengan senyum manisnya melihat Nisa sudah siap. "Hati - hati, Nak." Wida melepas mereka dengan harapan besar atas kesembuhan Nisa. Nisa membiarkan lengannya di rangkul oleh Vaya saat mendudukkannya di dalam BRV milik Wida dan membantu memasangkan sabuk pengdamannya. "Aku bisa." ketus Nisa. Ia merasa diangg
last updateLast Updated : 2024-06-09
Read more

Bab 99

"Kenapa Dokter Wizhar? Kenapa nggak nyari dokternya yang perempuan aja?!" Vaya tersenyum menghadapi kemarahan Nisa. "Alhamdulllah Dokter Wizhar itu Dokter terbaik di sini, Mbak. Ibu Wida yang meminta Mbak Nisa mendapatkan Dokter yang terbaik.""Tapi Aku nggak suka..""Mbak coba dulu, ya. Kalau Mbak tetap ngerasa nggak suka atau nggak nyaman nanti Kita bisa pindah Dokter.""Kenapa nggak sekarang aja!" Nisa menautkan alisnya. Vaya tetap tersenyum. "Ibu Annisa!" suara perawat yang memanggil namanya tidak membuat Nisa bangun dari tempat duduknya. "Ibu Annisa?" "Iya, Sus." Vaya menarik lengan Nisa dengan lembut. "Alhamdulillah, Mbak sudah dipanggil." Vaya tidak memperdulikan attitude Nisa yang buruk karena Wida sudah memberitahu sebelumnya. "Nisa tidak seperti dulu. Kamu yang sabar, ya?"Seperti apa Nisa dulu tentu saja Vaya pernah mendengarnya dari orang - orang yang bekerja di dapur catering. Mereka yang selalu bertemu Nisa setiap Nisa dan keluarganya pulang ke rumah Wida. "Mbak
last updateLast Updated : 2024-06-10
Read more

Bab 100

Nisa tidak tahu kalau puluhan kilometer dari sana ada hati yang juga menangis dan meratapi ketidak berdayaannya untuk merawat istri tercintanya. "Papah nggak punya uang, Mah. Biar Mama yang merawat Mamah dulu. Mamah cepat sembuh, ya? Papah nunggu di sini.."Iman menangis. Bahunya berguncang naik turun dalam kamarnya yang terkunci. Ia tidak ingin ada yang mengetahui kesedihannya. Di luar ia berusaha terihat tegar. Ia terlihat seperti biasa saja meski istrinya tidak ada bersamanya dalam waktu yang lama. "Nisa boleh pulang kalau Dokter bilang Dia udah sembuh." tegas Wida padanya. Memang Wida tidak secara langsung menyalahkannya tapi jauh di dalam lubuk hatinya ia merasa disalahkan.Seperti yang Samsul bilang, Ia ini suami brengsek yang tidak mampu merawat istrinya sendiri. Iman berusaha tegar, apalagi saudara - saudaranya mendukungnya. "Biar Nisa di sana." ujar Yanah menenangkan Iman. 'Di sini juga cuma bisa ngerepotin aja!' geram hatinya bila melihat Iman yang sibuk ke sana ke ma
last updateLast Updated : 2024-06-11
Read more
PREV
1
...
8910111213
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status