Home / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Warisan Artefak Kuno: Chapter 41 - Chapter 50

408 Chapters

Di Hutan Willow.

Terdengar suara derap kaki kuda yang mantap mendekati Ouyang Jun dan tiga temannya. Suara itu berirama, memecah keheningan pagi hari di Pintu Gerbang Timur. Bayangan kuda itu tampak gagah, berwarna putih, dengan surai yang melambai-lambai seperti sutra paling halus yang pernah dilihat Ouyang Jun. Untuk melengkapi penampilan kuda yang seputih salju itu, ada sosok remaja yang tampak gagah. Ia mengenakan jubah sekte Wudang yang berdesir setiap kali angin lewat di sela-sela tangannya. Tangan remaja itu menunjuk dengan pedang di tangannya. Suaranya sangat keras berteriak, ketika dengan kecepatan seperti hantu, Kuda Putih Salju itu menyambar Ouyang Jun, Cao Shui, Zeng Feng, dan Zou Jia. "Minggir semua! Rong Guo, murid Sekte Wudang, hendak pergi menjalankan misi!" setelah bersuara seperti itu, seolah-olah tidak peduli dengan Ouyang Jun dan tiga kawannya, Rong Guo langsung menerobos penjagaan di pintu gerbang. Wush! Sosok Rpng Guo dengan Kuda Putih Salju itu mengecil dengan cepat ketika be
last updateLast Updated : 2024-04-19
Read more

Makhluk Iblis Stormfury.

Pada saat itu, Ouyang Jun dan kawan-kawannya Cao Shui, dan Zeng Feng sudah dilanda keputusasaan yang mendalam. Mereka melihat Zou Jia, teman mereka, tergolek di tanah dalam keadaan yang mengenaskan. Tubuhnya penuh dengan luka berdarah, dan nafasnya terengah-engah, seolah-olah setiap tarikan nafas bisa menjadi yang terakhir."Kita harus lari! Tidak ada yang bisa kita lakukan jika berhadapan dengan makhluk iblis ini!" teriak Ouyang Jun dengan suara yang penuh ketakutan. Wajahnya seputih kertas, dan matanya terbuka lebar, mencerminkan rasa takut yang mendalam.Baru saja ia mengucapkan kata-kata itu, tubuhnya melesat seperti anak panah yang dilepaskan dari busurnya. Dia bergerak dengan kecepatan yang mengejutkan, seolah-olah dia hendak meninggalkan medan pertempuran dengan cepat. Ouyang Jun dengan tidak mengenal malu, telah terlebih dahulu meninggalkan kawan-kawannya yang masih berusaha bertarung melawan kera iblis itu, yang ukurannya dua kali lipat dari manusia biasa dan memiliki kultiva
last updateLast Updated : 2024-04-20
Read more

Desa Yunshui Chun.

Dini hari di Hutan Willow…Tanpa rasa malu, Cao Shia dan Zeng Feng langsung meminta maaf. Saat itu, suara perut mereka yang berbunyi keras seperti sebuah orkestra, membuat sosok yang telah menolong mereka, Rong Guo, membalikkan badannya.Kedua remaja ini sudah memiliki prasangka bahwa Rong Guo pasti akan menghina, bahkan mungkin meninju mereka. Hal ini wajar, mengingat mereka selalu terprovokasi oleh Ouyang Jun untuk ikut serta membully Rong Guo. Namun, hari ini, nyawa mereka selamat berkat bantuan Rong Guo, anak yang saat ini sedang menatap mata mereka dalam diam.Suara Rong Guo terdengar dingin ketika ia bertanya dengan nada penuh kepalsuan, "Apa kata kalian? Aku tidak mendengarnya!" Rong Guo memasang ekspresi datar. Ia buru-buru melipat tangan, seolah-olah ia adalah seorang tua yang ingin mendengar pengakuan dosa dari anak-anaknya."Aku – aku..." Zeng Feng tidak sanggup melanjutkan kata-katanya ketika matanya bertemu dengan mata Rong Guo. Zeng Feng ini memang sedikit tinggi hati, i
last updateLast Updated : 2024-04-21
Read more

Desas Desus Hantu

Pada pagi itu, terdengar suara derap kaki kuda memecah keheningan yang menyelimuti Desa Yunshui Chun. Bunyi ladam sepatu kuda, ditambah dengan suara dua pasang kaki murid Sekte Wudang yang membentur batu dan kerikil di jalanan desa, terdengar seperti alunan simfoni. Seolah-olah ada puluhan tentara yang berjalan di jalanan desa, suasana semakin terasa mencekam.Tak seorang pun yang berani keluar dari rumah, apalagi membuka pintu dan mencari tahu, siapa gerangan yang berjalan di jalan desa."Aneh sekali," gumam Rong Guo dalam hati. "Mengapa hari masih pagi, namun orang-orang desa tidak melakukan aktivitas sehari-hari? Apakah kabar tentang hantu penasaran yang mengganggu desa benar adanya?"Rong Guo berpikir dengan penuh analisis. Tangan kanannya tak pernah lepas dari gagang pedang Xingying, meskipun pedang itu sudah rusak parah akibat beberapa pertarungan. Memang, ketahanan Pedang Xing Ying akan menurun jika beberapa kali bertarung melawan ahli di tingkat setara Pendekar Harimau Giok. B
last updateLast Updated : 2024-04-22
Read more

Hantu Perempuan Berbaju Merah.

Malam itu, hujan yang semula hanya rintik-rintik, kian lama kian deras tercurah ke bumi. Petir menyambar-nyambar, diiringi deru angin yang terdengar seperti suara tamparan keras, mendirikan bulu kuduk siapapun yang mendengarnya. Sesekali, kilatan petir tampak membentuk urat-urat halus berwarna putih, tercetak di cakrawala yang kelam.Suasana betul-betul menyeramkan, membuat siapapun semakin enggan untuk keluar dari rumah yang hangat dan nyaman.“Cao Shui!” panggilan itu terdengar jelas di tengah hujan.“Zeng Feng!” suara itu menggema, mencoba menembus derasnya hujan.Rong Guo baru saja membuka pintu gubuk kakek Shang, saat deru angin dan tetesan hujan langsung menampar wajahnya, memaksa ia menyipitkan mata. Ia merasa seperti berada di tengah badai, namun ia tahu ia harus bertahan.Belum sampai dua tarikan nafas berlalu, bola matanya terbelalak. Ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat.“Cao Shui! Zheng Feng! Kaliankah itu?” teriaknya hampir tak percaya.Mata Rong Guo fokus pada dua s
last updateLast Updated : 2024-04-23
Read more

Berpamitan.

Meskipun dalam hatinya penuh dengan pertanyaan yang menggantung, Rong Guo tidak berhenti mengejar Hantu Perempuan berbaju merah yang berlari dengan semakin lemah di tengah guyuran hujan yang semakin deras. Yang membuat Rong Guo terkejut dan penasaran, hantu ini tampaknya menuju ke Pagoda pemujaan Tao - sebuah tempat suci yang dikenal dengan nama Pagoda Yunshui."Apakah mungkin ada seseorang di dalam Pagoda pemujaan itu yang memelihara hantu Perempuan berbaju merah ini untuk meningkatkan kultivasinya?" pikir Rong Guo, hatinya dipenuhi dengan tanda tanya.Saat ini, dia tidak lagi mempermasalahkan dirinya yang basah kuyup di tengah hujan yang tak kunjung reda. Yang ada dalam pikirannya adalah, “siapakah para pengejar keabadian di dalam Pagoda Yunshui, yang ia tebak memelihara Hantu Perempuan berbaju merah itu?”Pertanyaan ini masih menggantung, namun semakin lama, semakin dekat sosok hantu Perempuan berbaju merah dengan seratus anak tangga yang menuju ke lokasi Pagoda yang berada di atas
last updateLast Updated : 2024-04-24
Read more

Di Hutan Pinus Longxia.

"Siancai... siancai," kata Imam Lingbao dengan suara yang lembut dan wajah yang penuh kedamaian.Saat itu, Rong Guo menilai kalau tak ada lagi jejak kelicikan atau culas di wajahnya, seperti yang ditangkapnya beberapa saat yang lalu. Suasana pun langsung berubah ketika kata-kata bijaksana mengalir dari mulutnya, membuat seisi kampung langsung membungkuk dan memberi hormat pada sang imam."Semoga semua mahluk berbahagia..." ucap Imam Lingbao.Kata-kata ini menimbulkan perasaan damai di dalam hati semua orang yang mendengarnya. Angin pagi yang berdesir membuat penampakan sang imam terlihat seperti orang suci ketika sinar matahari pagi jatuh di atas wajahnya, menciptakan aura yang menenangkan.Seisi desa makn menunduk dalam rasa hormat, dan mereka semakin bertambah-tambah rasa segan dan menunjukkan ketaatan pada ajaran yang disampaikan sang imam. Mendadak, semua mendekatinya dan meminta berkat dari dia."Berkati aku, Imam Lingbao!" kata seorang kepala keluarga."Aku juga, Imam Lingbao. S
last updateLast Updated : 2024-04-26
Read more

Kematian Imam Lingbao.

Imam Lingbao tampak berdiri tegak di antara batang-batang pohon pinus yang menjulang tinggi, seperti seorang macam ganas siap meneror lawan.Sinar rembulan yang lembut jatuh menimpa punggungnya, menciptakan bayangan yang tampak panjang dan misterius, ia seperti sosok penyihir yang sedang mempersiapkan mantra. Surai Hudtim, senjata andalannya, tampak berdesir di tangannya, seolah-olah merespon angin yang berhembus pelan di sela-sela batang pohon pinus. Kemunculannya tampak sangat dramatis, seperti iblis yang baru saja muncul dari kegelapan, menyeramkan namun memikat.Rong Guo, yang sejak saat meninggalkan Desa Yungshun Chun, telah memprediksikan hal ini akan terjadi, ia hanya mendengus dingin lalu membuat Gerakan meringankan tubuh.WUSH!Dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa, ia langsung melompat dalam Gerakan Terbang Diatas Rumput – sebuah gerakan salto yang indah namun sangat cepat. Dalam sekejap, disertai bunyi siulan bernada tinggi yang memecah keheningan malam, tubuh Rong
last updateLast Updated : 2024-04-27
Read more

Kejutan Tuan Hou Yang.

Rong Guo, lantas mengebumikan mayat Imam Lingbao di bawah rembulan yang memancarkan cahaya pucat pada malam itu juga.Dengan cermat dan hati-hati, ia menggali tanah dalam-dalam, lalu menimbun jasad sang imam dengan tanah yang sama. Dia tidak meninggalkan petunjuk apapun di atas gundukan tanah tersebut, tidak ada papan nama atau kode tertentu yang bisa memungkinkan seseorang melacak keberadaan sang imam. Dengan demikian, rahasia tentang bagaimana dia telah menghabisi Imam Lingbao sangat kecil kemungkinannya untuk terbongkar.Setelah pemakaman darurat itu selesai, Rong Guo duduk di tepi kuburan, menyeka keringat yang mengalir di keningnya. Dalam diam, ia mengelus-elus manual pelatihan energi spiritual dan tabung tempat penyimpanan energi sihir yang didapatkan dari hantu berbaju merah. Cahaya rembulan memantulkan kilatan misterius dari benda-benda tersebut, menimbulkan gairah aneh di dalam hati anak itu."Kultivasi Ku akan melonjak drastis, jika aku berhasil menguasai teknik spiritual in
last updateLast Updated : 2024-04-28
Read more

Kembali Ke Sekte Wudang.

Dada Rong Guo berdetak kencang, seperti gendang perang yang dipukul dengan ritme cepat. Saat itu dia sedangberada di ruang dalam di Toko Embun Senja di Kota Tanshan, bersama Tuan Hou Yan pemilik toko.Detak jantungnya itu beresonansi dengan aura kuat, aura yang dipancarkan oleh senjata peringkat Jinlong yang berbentuk aneh - sebuah payung, itu kata Tuan Hou Yan. Senjata itu kini terpampang di depan matanya, memancarkan kilauan menakjubkan yang hampir menyilaukan."Senjata peringkat Jinlong ini," kata Tuan Hou Yan dengan nada penuh penghargaan, "adalah mahakarya ayahku, penempa senjata Hou Gang. Keahliannya tidak diragukan lagi, terkenal di antara dua gunung, Wudang dan Zhonglu. Aku bahkan tidak pernah menawarkan senjata ini untuk dijual pada siapapun." Wajahnya tampak serius, matanya menatap Rong Guo dengan intensitas yang hampir bisa dirasakan."Namun entah mengapa, aku merasa senjata ini cocok denganmu, Pendekar muda," kata Tuan Hou Yan. Ia mengakhiri pujian dan sanjungannya dengan
last updateLast Updated : 2024-04-29
Read more
PREV
1
...
34567
...
41
DMCA.com Protection Status