"Siancai... siancai," kata Imam Lingbao dengan suara yang lembut dan wajah yang penuh kedamaian.Saat itu, Rong Guo menilai kalau tak ada lagi jejak kelicikan atau culas di wajahnya, seperti yang ditangkapnya beberapa saat yang lalu. Suasana pun langsung berubah ketika kata-kata bijaksana mengalir dari mulutnya, membuat seisi kampung langsung membungkuk dan memberi hormat pada sang imam."Semoga semua mahluk berbahagia..." ucap Imam Lingbao.Kata-kata ini menimbulkan perasaan damai di dalam hati semua orang yang mendengarnya. Angin pagi yang berdesir membuat penampakan sang imam terlihat seperti orang suci ketika sinar matahari pagi jatuh di atas wajahnya, menciptakan aura yang menenangkan.Seisi desa makn menunduk dalam rasa hormat, dan mereka semakin bertambah-tambah rasa segan dan menunjukkan ketaatan pada ajaran yang disampaikan sang imam. Mendadak, semua mendekatinya dan meminta berkat dari dia."Berkati aku, Imam Lingbao!" kata seorang kepala keluarga."Aku juga, Imam Lingbao. S
Imam Lingbao tampak berdiri tegak di antara batang-batang pohon pinus yang menjulang tinggi, seperti seorang macam ganas siap meneror lawan.Sinar rembulan yang lembut jatuh menimpa punggungnya, menciptakan bayangan yang tampak panjang dan misterius, ia seperti sosok penyihir yang sedang mempersiapkan mantra. Surai Hudtim, senjata andalannya, tampak berdesir di tangannya, seolah-olah merespon angin yang berhembus pelan di sela-sela batang pohon pinus. Kemunculannya tampak sangat dramatis, seperti iblis yang baru saja muncul dari kegelapan, menyeramkan namun memikat.Rong Guo, yang sejak saat meninggalkan Desa Yungshun Chun, telah memprediksikan hal ini akan terjadi, ia hanya mendengus dingin lalu membuat Gerakan meringankan tubuh.WUSH!Dengan kecepatan dan ketepatan yang luar biasa, ia langsung melompat dalam Gerakan Terbang Diatas Rumput – sebuah gerakan salto yang indah namun sangat cepat. Dalam sekejap, disertai bunyi siulan bernada tinggi yang memecah keheningan malam, tubuh Rong
Rong Guo, lantas mengebumikan mayat Imam Lingbao di bawah rembulan yang memancarkan cahaya pucat pada malam itu juga.Dengan cermat dan hati-hati, ia menggali tanah dalam-dalam, lalu menimbun jasad sang imam dengan tanah yang sama. Dia tidak meninggalkan petunjuk apapun di atas gundukan tanah tersebut, tidak ada papan nama atau kode tertentu yang bisa memungkinkan seseorang melacak keberadaan sang imam. Dengan demikian, rahasia tentang bagaimana dia telah menghabisi Imam Lingbao sangat kecil kemungkinannya untuk terbongkar.Setelah pemakaman darurat itu selesai, Rong Guo duduk di tepi kuburan, menyeka keringat yang mengalir di keningnya. Dalam diam, ia mengelus-elus manual pelatihan energi spiritual dan tabung tempat penyimpanan energi sihir yang didapatkan dari hantu berbaju merah. Cahaya rembulan memantulkan kilatan misterius dari benda-benda tersebut, menimbulkan gairah aneh di dalam hati anak itu."Kultivasi Ku akan melonjak drastis, jika aku berhasil menguasai teknik spiritual in
Dada Rong Guo berdetak kencang, seperti gendang perang yang dipukul dengan ritme cepat. Saat itu dia sedangberada di ruang dalam di Toko Embun Senja di Kota Tanshan, bersama Tuan Hou Yan pemilik toko.Detak jantungnya itu beresonansi dengan aura kuat, aura yang dipancarkan oleh senjata peringkat Jinlong yang berbentuk aneh - sebuah payung, itu kata Tuan Hou Yan. Senjata itu kini terpampang di depan matanya, memancarkan kilauan menakjubkan yang hampir menyilaukan."Senjata peringkat Jinlong ini," kata Tuan Hou Yan dengan nada penuh penghargaan, "adalah mahakarya ayahku, penempa senjata Hou Gang. Keahliannya tidak diragukan lagi, terkenal di antara dua gunung, Wudang dan Zhonglu. Aku bahkan tidak pernah menawarkan senjata ini untuk dijual pada siapapun." Wajahnya tampak serius, matanya menatap Rong Guo dengan intensitas yang hampir bisa dirasakan."Namun entah mengapa, aku merasa senjata ini cocok denganmu, Pendekar muda," kata Tuan Hou Yan. Ia mengakhiri pujian dan sanjungannya dengan
Pada hari itu, di anak tangga yang menghubungkan Sekte Wudang dari kaki Gunung Wudang yang megah, tampak Rong Guo dikelilingi oleh dua puluh murid sekte yang berpedang. Mereka semua berdiri tegap dengan posisi siap tempur, semuanya sudah siap untuk menghabisi Rong Guo, jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan sesuai instruksi. Rong Guo seketika memucat, ia menatap tak percaya. Padahal, dia baru saja menyelesaikan misi sekte, namun dihadapi dengan sebuah tarian "selamat datang" semacam ini. Ekspresi kesal dan tidak terima sangat nampak di wajahnya. “Berlututlah, dan biarkan dirimu diikat untuk dibawa ke pengadilan murid Sekte Wudang!” perintah itu terdengar mendominasi. Xu Wei, seorang murid inti yang menjabat sebagai Kepala murid Biro Pengadilan Sekte Wudang, tampak berjalan dengan langkah pasti, menuruni anak tangga. Dia memasang wajah yang angker ketika melirik ke arah Rong Guo, yang saat ini dikepung oleh dua puluh murid dari Biro Pengadilan yang berdiri dalam Formasi Pedang Se
Di sebuah gua yang gelap, tempat tahanan bagi sosok yang dianggap berbahayacdi sekte Wudang, suasana menjadi mencekam. Hanya ada beberapa lampu minyak yang menerangi ruangan, namun suasana dan atmosfer sudah berubah menjadi dingin.“M-maafkan aku, Penatua,” kata Rong Guo, keringat mengucur deras dari dahinya.Sosok di kamar sebelah penjara itu bukan hanya hampir menampar benaknya menjadi berkeping, tetapi juga mengetahui bahwa Rong Guo melakukan kegiatan spionase dengan menggunakan kekuatan spiritualnya.“Dia marah!” gumam Rong Guo ketakutan.Keistimewaan seseorang yang ahli dalam mengelola kekuatan spiritual adalah kemampuannya untuk menyelami dan menilai kepandaian lawan, mengetahui seberapa besar energi dan hawa murni lawan, serta tingkat kultivasinya. Namun, tidak semua lawan bisa ditilik benaknya. Jika seorang ahli pengguna kekuatan jiwa mencoba menyelidiki lawan yang memiliki kultivasi tinggi, tindakan ini akan sangat berbahaya.Keheningan menyelimuti ruangan setelah Rong Guo me
Untuk semua pembaca kisah ini, sebelum kita melanjutkan bahasan bab sebelumnya, autor harus memberi penjelasan agar kalian bisa mengerti dan tidak bertanya-tanya tentang istilah saat membaca tulisan kisah ini, yang bergaya tulisan wuxia kuno. Sepeminum Teh, adalah sama dengan sekali orang menyesap teh sampai habis, nilai waktunya sama dengan perhitungan waktu setengah jam. Sepebakaran hio, itu adalah waktu yang dibutuhkan dupa untuk habis terbakar – setara dengan lima belas menit. Kentungan pertama, kedua dan seterusnya, adalah tanda seorang penjaga malam di wilayah Tiongkok kuno membunyikan semacam gong, sambil berteriak memberi tahu waktu menunjukkan pukul berapa. Ada kentungan pertama, kedua dan seterusnya. Shi Chen adalah periode jam di Tiongkok kuno, yang diperhitungkan tiap dua jam, untuk satu periode. Jadi periode shi chen ada 12 angka jam, bukan 24 jam versi dunia modern. Air kata-kata = ini artinya arak atau minuman yang mengandung alkohol. Baiklah kita mulai kisahnya.
"Pemimpin Liu!" suara teriakan Rong bergetar, penuh kecemasan, ketika melihat pemimpin desa Yunshui Chun itu berdiri di depan pintu pengadilan murid.Dengan langkah berat, Pemimpin Liu berjalan masuk ke dalam ruangan sidang. Dari gerak-geriknya yang linglung dan wajahnya yang pucat, tampak jelas bahwa dia berada di bawah tekanan yang luar biasa.Rong Guo berusaha menatap mata pria itu, mencari sedikit pun pengakuan atau simpati. Namun, tak sekalipun Pemimpin Liu menoleh ke arahnya. Sebaliknya, dia bergegas berdiri di depan para murid pemimpin, tampak tidak percaya diri saat menyadari ada ratusan pasang mata yang menatapnya."Pemimpin Liu!" panggil Rong Guo sekali lagi, suaranya bergetar.Anak muda ini berharap, inilah kesempatan dia untuk menyelamatkan dirinya dari segala tuduhan yang sudah diajukan oleh Ouyang Jun. Namun, entah mengapa, pria itu tidak mau berpaling sedikit pun, apalagi untuk membiarkan dua mata mereka bertemu. Rong Guo semakin gelisah. Dia yakin ada sesuatu yang tida
Mao Shen adalah pemimpin Organisasi Rajawali Iblis. Nama Rong Guo telah ia dengar sejak dari lantai pertama, namun tak sekalipun ia menyangka akan bertemu langsung dengan pria itu."Bagaimana Anda bisa tahu aku? Kita baru pertama bertemu, bukan?" Mao Shen akhirnya bertanya, suaranya masih terdengar serak setelah batuk-batuknya mereda. Dalam hati, ia menyesal telah meremehkan seni Tapak Angin Puyuh yang nyaris membuatnya muntah darah tadi.Meskipun merasa malu, Mao Shen mencoba menyembunyikan perasaan itu di balik tatapan datar. "Kamu memiliki kemampuan yang cukup hebat," katanya perlahan. "Bisa mengeksekusi Tapak Angin Puyuh—seni bela diri peringkat rendah—menjadi sesuatu yang luar biasa seperti tadi. Itu jelas bukan hal yang mudah."Rong Guo hanya tertawa. Suaranya menggema di antara desiran angin malam dan gemerisik dedaunan, menciptakan suasana penuh tekanan."Dari mana aku tahu Anda?" Rong Guo membalas dengan nada santai, namun sorot matanya tajam menusuk. "Mengapa tidak bertanya
"Ayo masuk, sama-sama kita mencari makhluk kontrak!""Hei! Biarkan aku masuk dulu!""Apa-apaan ini? Mengapa menyerobot?"Suara-suara protes dari para hunter menggema di depan pintu portal. Kerumunan mereka penuh sesak, dengan masing-masing orang berusaha mendahului yang lain. Riuh rendah suara itu memekakkan telinga, menciptakan suasana penuh ambisi dan ketegangan.Namun, ketika Rong Guo melangkah melewati portal itu, semua kegaduhan seketika lenyap. Dunia yang baru saja ia masuki begitu sunyi, seolah waktu di dalamnya berjalan dengan cara yang berbeda.Di kiri dan kanan, pohon-pohon ek yang besar dan menjulang tinggi menyambut pandangannya. Cabang-cabangnya membentang lebar, menciptakan bayangan gelap yang hampir menutupi langit. Di bawahnya, akar-akar besar mencengkeram tanah dengan kokoh, membentuk lanskap yang terasa kuno dan penuh misteri.Suara gemerisik lembut terdengar saat angin bertiup di antara dedaunan, menciptakan harmoni alami yang menenangkan.Rong Guo memperhatikan sek
Sementara itu, Ayong dan Yizhan masih sibuk menyelesaikan duyung-duyung terakhir yang tersisa. Mereka bekerja sama dengan baik hingga tak satu pun musuh berhasil melarikan diri. Ketika suasana kembali tenang dan bayangan dungeon mulai memudar, Rong Guo mendekati kedua kawannya.“Kita langsung pulang saja,” katanya tegas, suaranya terdengar serius. “Kalau kalian ingin merayakan kemenangan dengan minum arak, silakan. Tapi aku punya urusan penting yang harus kuselesaikan.”Ayong dan Yizhan saling melirik dengan raut wajah penuh tanda tanya. Meski penasaran, mereka memilih untuk tidak bertanya lebih jauh. Mereka tahu Rong Guo jarang menjelaskan rencananya, dan mendesaknya hanya akan membuang waktu.Ketiganya berpisah di pintu keluar dungeon. Rong Guo melangkah cepat menuju tempat peristirahatan di perkampungan hunter. Tangannya menggenggam erat Kalung Bintang Abadi, satu-satunya benda yang telah lama ia cari. Benda itu terasa hangat, seolah memancarkan energi misterius.Apakah dalam semal
Setelah beberapa waktu berlalu... setelah Rong Guo melewati dungeon ganda yang menimbulkan rasa cemburu bagi setiap hunter, akhirnya Festival Perburuan Malam dimulai.Namun, ada suatu kejadian yang mengejutkan terjadi, membuat Rong Guo sangat bahagia.Hari ini, tepat sehari sebelum festival dimulai, Rong Guo bersama dua kawannya – Ayong dan Yizhan – masuk ke dalam dungeon.Dungeon yang mereka masuki kali ini berwujud lautan yang maha luas.Lawan mereka adalah kaum duyung yang sangat merepotkan. Selain sakti dengan rata-rata keahlian setara Pendekar Naga Giok, kemampuan sihir para duyung benar-benar luar biasa.“Jangan tergoda dengan nyanyian mereka!” kata Rong Guo tegas. Tangan kanannya melambaikan Pedang Phoenix dan Naga, sementara tangan kirinya merapalkan Teknik Cakra Tengkorak Putih.“Nyanyian duyung mengandung magis, dan bisa membuat jiwa kalian terikat!” tambahnya. “Jika tak kuat, pakailah penutup telinga!”Rong Guo berkelebat cepat, pedangnya meliuk-liuk seperti naga yang menga
Setelah pertemuan panjang dengan para petinggi istana berakhir, Khagan Aruqai melangkah memasuki kamarnya yang megah di dalam istana Kaisar Kota Kaejin.Ruangan itu luas dan penuh kemewahan, dihiasi dengan ukiran-ukiran rumit yang bernilai seni tinggi. Dindingnya dicat dengan lapisan warna emas dan perak yang berkilauan, seakan memantulkan sinar setiap kali cahaya menerpa.Beberapa tembikar berkualitas tinggi terletak di sudut ruangan, semakin menegaskan kesan agung dan megah yang menyelimuti tempat itu.Dalam diam, Khagan berjalan menuju meja tulis yang terbuat dari kayu ebony, tampak eksotis seolah dibawa langsung dari negeri tropis yang jauh. Dengan gerakan tenang, ia duduk dan mengeluarkan selembar kertas khusus yang hanya diperuntukkan bagi para pejabat istana. Ia menulis beberapa kata dengan tangan yang halus dan terlatih.“Tuan, semua sudah siap. Mesin Penghimpun Qi akan segera dieksekusi. Kami juga akan mulai mengumpulkan energi darah yang diperlukan untuk mencapai kesempurnaa
Setelah titah terakhirnya selesai, suasana di balairung menjadi mencekam. Hawa dingin yang tidak nyata menyelimuti ruangan.Tak seorang pun berani menatap langsung ke arah Kaisar. Mereka tahu betul bahwa perintah ini tidak hanya mengancam mereka, tetapi juga melibatkan darah rakyat yang tak bersalah.Mesin itu bukan sekadar alat, melainkan mesin pembantaian yang haus akan darah. Harus dihasilkan energi Qi yang maksimal, dan darah manusia menjadi syarat utamanya. Ini menjadi kendala besar bagi ketiga ahli spiritual, yang berusaha menciptakan mesin tanpa menggunakan pengorbanan manusia.Namun, dengan titah baru Kaisar, dilema itu lenyap. Darah akan ditumpahkan, apa pun akibatnya.Mereka semua meninggalkan balairung dengan tubuh menggigil. Tak ada yang berani berbicara, meski nurani mereka bergejolak dalam jiwanya.Keesokan harinya, keanehan mulai terjadi. Laporan tentang hilangnya orang-orang meruak, jadi bahan gunjingan dimana-mana.Di satu desa kecil, seluruh penghuninya menghilang ta
Di istana Hei Tian, Kaisar Jue Tian Yu duduk di singgasana megahnya. Kursi besar itu dihiasi ukiran kepala Phoenix yang tampak anggun, seolah mengawasi seluruh ruangan.Di bawah singgasana, tiga ahli ternama berlutut dengan tubuh gemetar, menghadapi amarah Kaisar Jue Tian Yu.“Bagaimana mungkin kalian begitu lama menyelesaikan Mesin Penghimpun Energi Qi? Bukankah sudah ada tiga blueprint, dan tinggal membuat sesuai contoh?” hardiknya dengan suara menggelegar, membuat udara balairung terasa berat.Ketiga pria paruh baya—Guo Yong, sang Alkemis, Li Hua, ahli array, dan Hui Jian, penyuling senjata spiritual—semakin menundukkan kepala mereka, wajah dipenuhi rasa takut. Akhirnya, Guo Yong memberanikan diri untuk bicara, meski suaranya parau dan penuh permohonan.“Ampun, Yang Mulia. Meski ketiga blueprint sudah ada, terlalu banyak penyimpangan dan jebakan di dalamnya. Kami sudah berusaha merakit mesin itu sesuai petunjuk, tetapi bahkan pada percobaan kesepuluh, kami tetap gagal...” ujarnya m
Di dalam dungeon, lantai tiga Hundun Yaosai,Monster kalajengking merah raksasa, sebesar kerbau, berdiri dengan penuh ancaman. Makhluk Dark Beast peringkat Naga Iblis ini mengurung tiga hunter yang berdiri di mulut dungeon berbentuk belantara. Mata mereka bersinar tajam, siap menghabisi.Pemimpin kalajengking merah itu, dengan suara serak yang dalam, mengancam. “Kalian akan mati di sini. Tiga orang, berani-beraninya masuk ke dungeon kami!”Tawa mengerikan mengiringi perkataan itu, suara kekehan dari lebih dari lima ratus kalajengking merah yang mengelilingi mereka.“Ayo kita santap mereka! Mereka masih muda, pasti dagingnya lembut dan manis!” kata salah satu kalajengking dengan suara garau.Suara gaduh seperti babi yang disembelih mengisi udara. Namun, yang mengejutkan, ketiga hunter itu tak tampak gentar. Bahkan, pemimpin mereka yang terlihat muda itu hanya tersenyum mengejek.“Ingin menyantap kami? Apa kamu yakin bisa?” tanyanya, suaranya dingin dan penuh tantangan.“Beraninya kamu!
Pada saat Rong Guo menjejakkan kakinya di pelataran Aula Dewa Arca, seketika suasana menjadi hening. Semua mata tertuju padanya, terdiam sejenak oleh kehadirannya yang menonjol.Beberapa orang langsung melangkah maju, ingin melihat lebih dekat pemuda yang baru saja menaklukkan sepuluh ahli tingkat Pendekar Naga Giok itu.Sementara yang lainnya tetap berdiri di tempat, sorot mata mereka menunjukkan rasa ingin tahu yang mendalam. Keheningan memenuhi ruang, hanya terdengar desiran angin lembut yang menggoyang dedaunan.“Apakah itu benar-benar Hunter Guo yang terkenal?” tanya seorang hunter, matanya tertuju pada Rong Guo dengan rasa penasaran.“Tidak disangka, ia punya kemampuan luar biasa. Seorang diri ia mengalahkan sepuluh ahli Pendekar Naga Giok!” kata yang lain, suaranya penuh kekaguman.“Jika aku bisa berteman dengannya, apakah itu mungkin?” gumam seorang hunter muda, terdengar seperti sedang membayangkan kemungkinan itu.Seribu pertanyaan mengalir dalam pikiran mereka, namun tak s