Semua Bab Cinta Maid Belok Kanan: Bab 31 - Bab 40

53 Bab

Rena Mulai Jadi Biang Kerok

​Hari ini, hari kedua aku masuk kantor. Aku membawa bekal dari kostan untuk makan siangku. Aku baru saja masuk kerja setelah berhenti bekerja dirumah Daniel.Aku harus menghemat pengeluaranku. Karena tanggal gajian masih lama, sedangkan keuanganku sudah menipis. ​“Makan siang, yuk..” Daniel berdiri didepanku mengagetkanku.​“Saya bawa bekal dari kostan, Pak.” Aku menunjuk kotak makan dimeja kerjaku.​“Oke, masuk ruangan saya, dan bawa itu!” Aku melihat Daniel dengan bingung. Daniel masuk keruangannya, meninggalkan aku begitu saja. 'Ishh.. Kenapa aku harus membawa makananku keruangannya?' Aku menggerutu. Aku berjalan menuju ruangan Daniel dengan kesal.​“Ada apa, Pak?” Aku berdiri disamping sofa tempat Daniel duduk.​“Silahkan duduk.” Aku duduk disofa berhadapan dengan Daniel. “Buka kotak makannya!" "Kenapa, Pak?"Udah buka cepetan!" Aku membuka kotak makanku sesuai intruksi Daniel. "Masak apa kamu hari ini?” Tanya Daniel sambil melihat isi kotak makanku.Aku hanya membawa nasi g
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-06
Baca selengkapnya

Lagi-Lagi Harapan

Aku menunggu taxi depan kantor, cuaca mulai mendung. Sepertinya tidak lama lagi akan turun hujan, tapi aku belum menemukan taxi. Aku melihat Daniel sedang menaiki mobil dari kejauhan. Aku pura-pura tidak melihatnya. Meskipun, aku berharap Daniel menghampiriku dan mengajakku untuk pulang bersamanya. Benar saja, mobil Daniel mendekatiku.​“Belum dapet taxi?” Tanya Daniel dengan senyumnya.​“Belum, Pak.” Jawabku sembari membalas senyum Daniel.​“Ya udah, naik. Biar aku anter.” Aku mengangguk. Ini yang aku suka dari sosok Daniel. Dia tidak pernah bertanya untuk menawarkan kebaikannya. Dia langsung to the point agar orang mau menerima kebaikannya.Mungkin beda cerita kalau dia orang lain, dia akan menanyakan terlebih dulu, apa aku mau ikut bersamanya?Daniel beda, dia langsung menyuruhku untuk menaiki mobilnya untuk mengantarku. Aku semakin yakin Daniel juga punya perasaan yang sama denganku. Tapi kenapa dia tidak mengungkapkannya? Ah, entahlah!​“Mas tahu alamat kostanku?” Aku meli
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-06
Baca selengkapnya

Daniel Mulai Cemburu

​​“Ehemm.. Seneng banget kayaknya.” Aku menggoda Daniel. Kami makan siang di restoran seusai meeting. Ada raut bahagia diwajah Daniel. Mungkin karena proyeknya yang berhasil hari ini. ​“Iya, lah. Gimana nggak bahagia. Kerja sama lancar, kerjaan kantor semua lancar, ngedate juga lancar.""Hah? Ngedate? Sama siapa?" Tanyaku terkejut dengan pernyataan Daniel."Ngedate sama Assistant pribadi yang pintar dan cantik.""Uhuk". Aku tersedak. Aku mengambil gelas dan segera meneguk air didalamnya. "Kenapa, Sofi?""Nggak apa-apa, Pak." Aku menghela nafas menenangkan diri."Kayaknya kamu bawa keberuntungan deh, buat aku, Sof.” Ujar Daniel sambil menyantap makanannya.​“Biasa aja, Pak. Jangan terlalu berlebihan. Takut saya terbang.” Daniel tertawa. Aku tersipu malu. “Habis ini kita kemana, Pak?” Tanyaku pada Daniel.​“Sofi, Please.." Aku menyipitkan mataku tidak mengerti maksud Daniel. "Ini bukan dikantor, Sof. Jangan manggil Pak, dong.” Daniel berbisik persis didekat telingaku. Dadaku berdeg
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-07
Baca selengkapnya

Daniel yang Possesive

​Seperti biasa, aku masih membawa kotak makan kekantor berisi masakan yang kubuat untukku dan Daniel. Aku mengetuk pintu ruangan Daniel.​“Masuk.” Suara Daniel dari dalam ruangan. Aku memasuki ruangan tersebut dan menaruh kotak makan yang kubawa diatas meja dekat sofa, tempat Daniel biasa makan. Daniel masih duduk dimeja kerjanya. “Kamu bawa makanan buatku, Salman nggak marah?” Aku memutar badan menatap Daniel.​“Kenapa dia harus marah? Apa hubungan dia dengan saya masak buat bapak?”​“Dia kan, pacar kamu.” Tangan Daniel menunjuk kearahku.​“Pak, berapa kali Bapak harus nuduh saya? Setelah menuduh, Bapak percaya, setelah itu balik nuduh, dan percaya lagi, dan sekarang nuduh lagi? Bapak nggak capek? Saya aja capek lo, dengernya, Pak! Saya nggak ada hubungan apa-apa sama Salman.Bahkan nggak akan pernah ada hubungan!”​“Tapi dia jelas-jelas ngomong begitu didepanku dan kamu. Sofi.”​“Dia yang ngomong, Pak. Bukan saya! Please, percaya sama saya. Saya capek Pak dituduh-tuduh terus.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-07
Baca selengkapnya

Lebih Dekat Lagi

​Aku masih duduk menatap layer computer untuk menyelesaikan beberapa document untuk meeting esok hari. Aku melirik jam dilenganku. Sudah jam 06.00 sore hari. Aku melihat sekeliling kantor, semua staff kantor sudah pulang. Kecuali Daniel yang masih berada dalam ruangannya, dan OB yang masih menyelesaikan tugasnya.​“Sofi.” Daniel baru saja keluar dan memanggilku. Aku menoleh kearahnya dan tersenyum tipis. “kamu belum pulang?”​“Belum, Pak. Kerjaan saya belum selesai. tapi ini sedikit lagi, kok.” Aku kembali menatap layer computer.​“Besok meeting kita jam 10.00 siang. Kamu masih bisa menyelesaikannya besok pagi. Sekarang kita pulang. Hari udah mulai gelap. Ayo pulang.” Daniel mengulurkan tangannya.​“Enggak apa-apa, Pak. Saya bisa pulang sendiri. Bapak pulang duluan aja, beneran ini dikit lagi, kok. Biar besok saya bisa nyantai.”​“Oke, kalo gitu, aku temenin kamu.” Daniel menggeser kursi dan duduk disampingku. Aku hanya mengangguk dan focus lagi mengetik document yang hampir sele
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-08
Baca selengkapnya

Akhirnya Berterus Terang

​Beberapa hari ini aku dan Daniel semakin dekat. Setiap hari kami hampir tidak pernah merenggang. Dimana ada Daniel disitu ada aku. Tapi mungkin juga karena aku adalah PA Daniel.​“Kamu cantik banget hari ini.” Aku tersipu malu mendengar pujian Daniel ditengah-tengah sarapan kami dalam ruangan Daniel. Sudah menjadi rutinitas untukku menyiapkan sarapan paginya.​“Terima kasih. Mungkin karena baju yang aku pakai dibelikan oleh laki-laki yang tulus. Jadi dia yang membuatku terlihat cantik.”​“O, ya?” Daniel tertawa kecil. Daniel bergegas menyelesaikan sarapannya. Karena dia harus pergi meeting. Akhir-akhir ini usaha Daniel memang sedang berada dipuncak. Aku Bahagia Daniel bisa sesukses ini. Apalagi, Daniel selalu bilang bahwa aku adalah keberuntungannya.​Aku memang mengharapkan kepastian dari Daniel. Aku ingin Daniel mengatakan bahwa dia menyayangi aku tidak hanya sekedar bagian dari keluarganya, melainkan lebih dari itu. Tapi, aku tidak mau berharap lebih. Aku sudah cukup Bahagia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-09
Baca selengkapnya

Harapan yang Suram

​Malam yang begitu indah. Seperti biasa bulan selalu menemani kesendirianku diteras kostan. Mendengarkan bisikanku tentang Daniel. Tentang perasaan yang masih menunggu kepastian darinya. Apa aku yang harus lebih dulu mengungkapakan isi hatiku?Pantaskah seorang perempuan mengungkapkan perasaannya terlebih dulu? Ah, apa tidak terlalu murahan aku sebagai Perempuan?Biarlah, aku sepertinya harus menunggu sedikit lagi waktu untuk tahu bagaimana perasaan Daniel sebenarnya padaku.“Sofi, buka gerbangnya.” Suara dari balik gerbang memanggilku. Aku mendekati gerbang tersebut. Ternyata Rena yang berada dibalik gerbang itu. Aku segera membuka gerbang.“Tumben malem-malem kesini, ada apa?” Tanyaku pada Rena.​“Enggak disuruh masuk dulu nih, aku?” Rena menjawab dengan Kembali bertanya.​“Oh, iya. Aku lupa.” Aku menggaruk-garuk kepalaku. “ya udah masuk, yuk.” Aku menarik tangan Rena dan membawanya masuk kedalam kamar kostku. Aku menyuruh Rena duduk diatas Kasur. “Ada apa?” Tanyaku penasaran.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-09
Baca selengkapnya

Kebenaran yang Kutemukan

“Selamat pagi, pak.” Aku masuk keruangan Daniel.“Pagi, Sofi. Silahkan masuk.” Aku berjalan menuju sofa. Seperti biasa, setiap pagi aku menyiapkan makanan yang kubawa untuk Daniel. “Silahkan, pak. Sarapannya udah siap. Saya keluar dulu.” Aku melangkah ingin keluar ruangan. “Sofi. Kenapa keluar? Kamu nggak mau nemenin aku makan?” Daniel memanggiku. Aku menyetop langkahku. Daniel berjalan mendekatiku. Aku menunduk tidak ingin melihatnya.Aku masih terlalu sakit mendengar kenyataan, bahwa Daniel tidak memiliki perasaan yang sama untukku.“Ada kerjaan yang harus saya selesaikan, pak.” Daniel mengangkat daguku. Aku mendongak dan melihat wajah daniel dengan jelas didepan mataku.“Kamu kenapa? Kenapa mata kamu bengkak? Kamu habis nangis? Nangis kenapa?” Aku melepaskan tangan Daniel dari daguku.Aku menarik nafas panjang.“Banyak hal yang terkadang orang lain tidak perlu tahu tentang masalah dan perasaan kita, agar kita tidak menyakiti orang tersebut.Atau, kita tidak perlu memperlakukan s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-09
Baca selengkapnya

Hati yang Patah

​Siang yang sangat panas. Panasnya menembus sampai kehatiku.Aku belum bisa melupakan apa yang Daniel lakukan didepan mataku. Akhir-akhir ini, mulai ada jarak antara aku dan Daniel. Kami hanya bebrbicara jika membahas tentang pekerjaan. Daniel tidak lagi memintaku memasak untuknya. Dia juga tidak pernah lagi mengajakku untuk pulang bersamanya. Harapanku benar-benar pupus.​“Mau makan apa, Sofi?” Tanya Rena padaku dikantin kantor.​“Nasi opor ayam aja, Ren. Minumnya air mineral aja.” Rena mengangguk dan berjalan menuju ibu kantin untuk memesan makanan. Dari jauh aku melihat kelebat Salman. Dia datang lagi. Sudah seminggu dia rutin datang kesini untuk ikut makan Bersama kami. Aku tidak hanya mulai berdamai dengan Salman, tapi aku juga mengizinkan Salman datang asalkan dia tidak membahas masalah hati lagi. Sapertinya, kami sudah berteman dengan baik.​“Haii, Sofi.” Salman menyapaku dan menarik kursi lalu duduk didepanku​“Hai, Man.” Jawabku pada Salman. “Kamu enggak mau pesen makan?
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-12
Baca selengkapnya

Melihat Kondisi Daniel

​Pagi yang sangat cerah. Aku memilih untuk berdiam diri diteras kostan pagi hari.Hari ini, aku izin tidak masuk kantor . Fikiranku masih kacau. Belum selesai aku memikirkan kisah cintaku pada Daniel yang bertepuk sebelah tangan, sekarang Salman menambah serabut dalam kepalaku memikirkan lamarannya. Aku melihat lalu Lalang kendaraan disepan kostanku. Tidak ramai memang, karena kostanku bukan berada dipinggir jalan raya, hanya jalan kecil.Tapi tidak kalah ramai dengan jalan raya. Karena Surabaya adalah kota ramai setelah Jakarta.​Aku melirik ponsel yang kugenggam. Lama ia tidak berbunyi menghantar pesan dari Daniel. Namanyapun lama tidak hadir dalam layarku. Kala itu, Daniel pernah mengatakan rindu, apakah ia rindu padaku sama seperti ia merindukan Rena? Tapi rasanya, jangankan untuk mengatakan rindu pada Rena, menghubungi Rena saja Daniel sangat jarang. Lantas kenapa perasaannya harus sama pada kami berdua? Atau memang, Farah masih menguasai hati Daniel? Ah, Aku semakin pelik
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-03-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status