Semua Bab Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris: Bab 71 - Bab 80

257 Bab

BAB 71: Pertunjukan

Bak petir disiang bolong, Issabel terhuyung mundur kehilangan tenaga di kakinya. Betapa sakitnya mendengar ucapan menjijikan yang begitu tenang terucap dari mulut Rachel.Issabel tahu dia bukan seorang ibu yang baik, namun apapun selalu dia lakukan untuk bisa memberikan yang terbaik untuk Rachel agar dia bisa mendapatkan kehidupan yang layak dan tidak kekurangan kasih sayang.Tidak pernah terpikir oleh Issabel jika ternyata Rachel jauh lebih buruk dari dirinya, Issabel telah salah menilai putrinya.Rachel telah berubah terlalu banyak.Issabel menarik napasnya dalam-dalam, wanita itu berusaha menegakan tubuhnya dan tidak terpengaruh oleh ancaman Rachel. Issabel harus bertindak tegas agar putrinya tidak semakin tidak tahu diri.“Silahkan saja jika kau berani, jika perlu kita kita sama-sama hancur,” jawab Issabel dengan suara yang sedikit bergetar, “dalam waktu satu jam kau tidak ada di rumah dengan semua barang-barangmu dan menyerahkan SHMSRS apartementmu, aku akan menganggap kau bukan
Baca selengkapnya

BAB 72: Penolakan Kembali

“Penampilanmu cukup menarik, aku senang kau memiliki kepercayaan diri yang bagus,” komentar Samantha menyambut kedatangan Floryn yang kembali ke belakang panggung, membiarkan penari lain mengisi panggung.Floryn tersenyum sambil mengusap-ngusap telapak tangannya yang berkeringat dingin pada gaun.Pertunjukan pertamanya tidaklah begitu sulit meski Floryn masih membutuhkan banyak pelatihan lagi. Floryn menikmati pekerjaannya hanya kurang dari dua menit, segala kesenangannya berubah menjadi tekanan ketika dia menyadari jika Alfred Morgan ada di salah satu penonton yang tengah melhat pertunjukannya.Pria itu berdiri hingga akhir pertunjukannya.Sebisa mungkin Floryn tidak melihat kearahnya, berpura-pura tidak tahu, meski dia bisa merasakan eksistensinya yang begitu kuat seperti setangkai gardenia.“Untuk malam ini, pertunjukanmu hanya itu saja. Aku perlu tahu respon pelangganku terlebih dahulu,” suara serak Samantha menarik Floryn dari lamunan kecilnya.“Apa itu artinya saya sudah boleh p
Baca selengkapnya

BAB 73: Mengintai

“Aku pulang.” Suara Rachel yang lesu dan tidak bersemangat terdengar.Dengan tergesa Emier pergi ke lantai satu, menyambut kedatangan Rachel dan membantunya membawa masuk salah satu koper, menunjukan sebuah perhatian, kasih sayang tidak pernah henti Emier curahkan kepada Rachel, putri kebanggaannya yang memiliki karier mentereng dan berhati baik.Tidak sia-sia Emier menyekolahkan Rachel di sekolah bergengsi hingga perguruan tinggi, ternyata Rachel menjadi penyelamatnya tepat ketika dia sedang berada dalam masa-masa yang sulit karena keborosan Issabel yang memiliki gaya hidup hedon demi dipandang terhormat oleh orang lain.Meskipun begitu, Emier harus memastikannya sekali lagi, dia tidak ingin merusak harta milik putrinya yang selama ini susah payah Rachel perjuangkan, meski pada awalnya Emier jugalah yang membayar jaminan uang dimuka apartement itu. “Kenapa kau tidak memberi kabar apapun kepada ayah?” tanya Emier dengan senyuman sedih bercampur haru.Rachel yang tidak mengetahui situ
Baca selengkapnya

BAB 74: Ingatan Floryn

Setelah beberapa kali sempat tersesat karena lupa jalan, akhirnya kini Floryn bisa sampai ke tempat tinggalnya yang lama.Seperti apa yang Floryn harapkan, rumah dinas Emier yang lama tampaknya tidak ditinggali oleh siapapun.Rumah yang pernah menjadi saksi bisu atas kematian Abra dan kehancuran hidup Floryn, kini keadaannya terbengkalai tidak terawat.Rumah itu rimbun ditumbuhi oleh ilalang dan rumput liar lainnya yang mulai merambat sampai teras. Pepohonan yang tumbuh tinggi meninggalkan daun-daunnya diatas tanah, hanya ada beberapa lampu yang masih menyala menerangi rumah.Dibawah kegelapan malam yang sunyi sepi, Floryn berdiri didepan pagar berkarat.Floryn menelan salivanya dengan kesulitan, suara napasnya yang kasar tidak beraturan terdengar, sepasang matanya yang cerah sedikit berkilauan digenangi oleh air mata yang bisa terjatuh kapan saja.Floryn pikir, dia akan kuat dan memiliki cukup banyak keberanian memasuki rumah itu tanpa tenggelam dalam kesedihan dan trauma yang begitu
Baca selengkapnya

BAB 75: Terbuang

Kata-kata kejam yang menohok hati menghancurkan segenggam harapan yang Floryn bangun. Floryn pikir, Emier enggan menemuinya dalam beberapa hari ini karena dia sedang berduka atas kepergian Abra, namun ternyata Emier berpikiran hal yang sama dengan orang lain, menganggap Floryn seorang pembunuh.Floryn menggeleng tidak membenarkan tuduhan ayahnya, dengan lemah tubuhnya terjatuh di lantai tepat dihadapan kaki Emier. Floryn terisak putus asa, sulit untuk menjelaskan seberapa menakutkannya situasi yang telah dia lalui beberapa hari terakhir ini.Dunianya berubah begitu gelap menghadapi kenyataan bahwa Emier yang dia harapkan akan menjadi perlindungan terakhirnya, justru Emier berpikiran hal yang seperti orang lain. Lantas kepada siapa kini Floryn harus mengadu?“Itu tidak benar, aku tidak membunuh. Aku mohon percayalah padaku sedikit saja, aku tidak mungkin melakukan tindakan sekeji itu,” mohon Floryn dengan napas tersenggal.Dagu Emier terangkat angkuh tidak sudi melihat Floryn yang me
Baca selengkapnya

BAB 76: Gagal Menghindar

Floryn menata rambut panjangnya usai berganti pakaian, dia harus tampil rapi seperti para pelayan lainnya, wajahnya yang pucat terpoles make up tipis dan bibirnya mengenakan pelembab. Piper menyarankan semua pekerja untuk tampil rapi agar enak dipandang.Hari ini Floryn jauh lebih pagi dari hari-hari sebelumnya, dia sengaja melakukannya agar tidak berpapasan dnegan Alfred Morgan yang akan berangkat bekerja.Kejadian semalam berhasil mengganggu pikiran Floryn, penolakan yang dia lontarkan terkesan sedikit arogan tanpa Floryn ingat jika Alfred Morgan adalah tuan mudanya, dan selama dua bulan kedepan mereka akan bertemu setiap hari.Floryn terbebani, dia tidak tahu harus bertindak seperti apa jika nanti mereka bertemu, satu-satunya cara yang bisa Floryn lakukan saat ini adalah menghindar, sebisa mungkin dia tidak bertemu Alfred Morgan dalam waktu beberapa hari kedepan.Suara ketukan langkah terdengar, kedatangan Daisy terlihat di bayangan cermin.Floryn menurunkan pandangannya begitu dia
Baca selengkapnya

BAB 77: Wisteria

Alfred menutup bukunya dan mengambil buku yang telah Floryn bawa. Pesta ulang tahun ibunya akan segera digelar, dia harus kembali mengingat sejarah hingga catatan penting keluarga Morgan dari generasi ke generasi.Sebagai anak sulung dari tuan rumah dan pewaris yang sudah diumumkan, Alfred akan menghadapi berbagai hal, dia akan menjadi pusat perhatian rekan bisnis keluarga dan beberapa saudaranya dari jauh. Mereka semua pasti akan menguji kemampuannya untuk memastikan kelayakannya sebagai seorang pewaris.Menjadi seorang peminpin perusahaan dari turun temurun, Alfred tahu tugasnya bukan hanya mempertahankan kualitas perusahaan, dia juga harus menjaga figure yang telah diciptakan peminpin dari generasi sebelumnya.Sesungguhnya, Alfred benci terlibat dalam bisnis perusahaan, namun dia tidak mungkin melepaskan hal-hal yang berpuluh-puluh tahun berusaha dibangun dan diperjuangkan keluarganya.Alfred ingin malam penting ulang tahun ibunya berjalan dengan sempurna meski itu tidak begitu me
Baca selengkapnya

BAB 78: Pergi ke Butik

Suara langkah kaki Nara terdengar, dia memasuki ruangan makan untuk memulai sarapan paginya, suasana hati Nara terlihat cukup baik setelah Floryn menghiasi wajahnya dengan polesan riasan dan menata rambut panjangnya sesuai dengan apa yang Nara inginkan.Seperti biasa, Floryn menunggunya di depan, sesekali melihat ke dalam memperhatikan apa yang tengah Nara lakukan.Derap langkah kaki terdengar dari lorong, dengan cepat Floryn tertunduk menurunkan pandangannya begitu tahu orang yang datang adalah Alfred Morgan.Bayangan tubuh Alfred terlihat dipermukaan lantai, seiring dengan keberadaannya yang kian dekat Floryn semakin menundukan wajahnya. Suara helaan napas penuh kelegaan tidak dapat Floryn sembunyikan ketika pria itu melewatinya hingga ke ambang pintu.Melihat kakaknya yang baru datang, Nara melompat turun dari kursi dan berlari menghampirinya. “Alfred, aku cantik kan?” tanya Nara menopang dagunya menunggu di puji.Seketika Alfred tersenyum melihat binar di mata Nara, riasan cantik
Baca selengkapnya

BAB 79: Ulang Tahun

Seorang wanita berpakaian hitam formal memasuki ruangan, dia membawa dua segelas minuman dan sebotol anggur berkualitas, juga dua piring kue yang sengaja dihidangkan untuk tamu penting yang sedang menunggu.Nara dibawa pergi untuk memilih gaun dan mencocokannya dengan setelan lain yang akan dia gunakan.Kini, Floryn berdiri di sisi kursi kosong, menempatkan kedua tangannya di belakang punggung. Alfred belum sempat memasuki ruangan karena dia harus menerima telepon dari seseorang.Di tengah kesunyian yang menyelimuti, Floryn menikmati petualangan matanya yang memperhatikan barang-barang terpajang dietalase dan menequin, barang-barang itu tidak sebanyak di toko pada umumnya, setiap barang yang terpajang terlihat berbedaDiantara banyak barang-barang yang terpajang di etalase, Floryn tidak dapat mengalihkan pandangan matanya pada sebuah tas gendong untuk anak-anak. Tas itu mengingatkan dia pada tas lama miliknya yang sempat dipakai dihari kejadian kematian Abra.Floryn menyimpan salah s
Baca selengkapnya

BAB 80: Amarah Melisa

Floryn meringis menahan pusing yang berdenyut di ujung matanya, pandangan matanya beberapa kali mengabur membuatnya harus mencari-cari keberadaan keran air diantara bayangan.Sekuat tenaga Floryn berusaha untuk tidak menangis, tangannya yang ternoda darah tidak akan mampu menyeka air matanya. Suara gemercik air keran mulai terdengar, tetesan darah yang berjatuhan bergabung di genakan air mengalir. Bibir mungil Floryn terbuka mengambil napas dengan tersendat-sendat, saluran pernapasan di hidungnya terhalang oleh darah yang masih mengucur tidak terhenti.Suara ringisan kembali terdengar, nadi di leher Floryn menegang bermunculan, gadis itu tertunduk berpegangan erat pada sisi wastafel menunggu tubuhnya kembali tenang dan darah dari hidungnya berhenti keluar.Setelah terdiam dalam beberapa menit, tetesan darah berhenti berjatuhan.Perlahan Floryn mendapatkan kembali kekuatannya untuk membasuh hidung dan permukaan seragam perawatnya yang ternodai oleh darah.Floryn harus segera kembal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
26
DMCA.com Protection Status