Semua Bab Perawat Mantan Napi Milik Sang Pewaris: Bab 61 - Bab 70

257 Bab

BAB 61: Dendam

Issabel berjalan tergesa, suara ketukan heelsnya terdengar tajam disetiap langkah yang dia ambil. Wajah Issabel terlihat suram karena amarah yang sangat sulit untuk dikendalikan.Dibandingkan merasa puas karena telah meluapkan amarahnya dan mempermalukan Floryn didepan umum, justru kini Issabel menjadi semakin kesal pada gadis itu.Setelah sekian lama tidak bertemu, ternyata Floryn tidak pernah berubah, dia masih keras kepala, angkuh dan berani kepadanya.Watak gadis itu sungguh membuat Issabel semakin ingin menyakitinya dan melihat keterpurukannya hingga titik dimana Issabel menyaksikan dia berlutut dibawah kakinya untuk meminta maaf atas apa yang telah terjadi.Issabel menyibak rambutnya dengan kasar, dilihatnya Emier yang sejak tadi tidak banyak berbicara dan sibuk dengan pikirannya sendiri. “Ada apa denganmu? Kenapa kau tidak melakukan apapun untuk mendukungku Emier? Sejak tadi kau hanya menonton apa yang tengah terjadi,” cecar Issabel meluapkan kekesalannya.”“Memangnya apa yan
Baca selengkapnya

BAB 62: Ambigu

Gerbang besar didepan Floryn terbuka begitu dia sampai didepan kediaman keluarga Morgan.“Selamat pagi Paman,” sapa Floryn tersenyum kepada seorang lelaki yang kini tengah duduk di bangku pos menikmati sarapan pagi.“Selamat pagi Flo.” Seperti hari-hari sebelumnya, Floryn menyapa tukang kebun yang tengah memotong rumput dan menyirami bunga, pelayan yang berlalu lalang Floryn senang dia bisa langsung akrab dengan semua orang, terkecuali Daisy.Pelayan itu masih gigih berusaha mengingat Floryn, dia kukuh dengan pendiriannya bahwa dia pernah melihat Floryn, dalam beberapa kesempatan setiap kali mereka berpapasan dan makan bersama, Daisy tidak pernah berhenti menatap Floryn hingga harus ditegur oleh beberapa pelayan lain.Floryn berharap rasa penasaran Daisy akan segera berakhir seiring dengan berjalannya waktu. Floryn bekerja di rumah ini dengan niat yang baik meski ada sebuah kebohongan yang telah dia ciptakan dibaliknya.Keberadaan kamar Nara berada di bagian utara, Floryn membelokan
Baca selengkapnya

BAB 63: Berubah Pikiran

Bayangan Floryn mulai menghilang di spion seiring dengan mobil yang bergerak semakin menjauh dari kediaman keluarga Morgan.Alfred meremas udara ditangannya, dia masih sangat kesal dengan tutur kata Floryn yang menghempaskannya seperti menendang krikil di jalanan. Itu cukup menyakitkan untuk seseorang yang tidak terbiasa dengan penolakan.Ali yang tengah menyetir, beberapa kali melihat spion, memperhatikan tuan mudanya yang terlihat muram.Ali sudah mendampingi Alfred sejak dia masih berada sekolah dasar hingga kini berusia dua puluh delapan tahun, dan sebentar lagi dia akan menjadi peminpin menggantikan posisi Steve Morgan.Ali tahu betul sifat Alfred seperti apa. Alfred sosok orang yang tidak peduli dengan ha-hal yang ada disekitarnya, tidak mudah juga untuk bisa memiliki ikatan dengannya, bahkan Alfred menolak melakukan sentuhan fisik dengan sembarangan orang.Banyak orang yang menilainya sebagai sososk pria angkuh.Anehnya, Floryn adalah sebuah pengecualian yang tidak pernah Ali
Baca selengkapnya

BAB 64: Mengancam Issabel

Julliet menghampiri salah seorang pekerja. “Ada apa ini?”“Kami sedang memasang beberapa lampu untuk menerangi tangga,” jawab pekerja itu seraya menurunkan topi keamannnya.Julliet berdecak pinggang, dia menghitung ada lima tiang lampu yang kini tengah dibangun sementara tiang lampu yang lama sudah diruntuhkan. Julliet tidak mengerti, dia sudah tinggal di tempat ini sejak berusia sepuluh tahun, baru kali ini wilayah kumuh tempatnya tinggal mendapatkan perhatian lagi dari pemerintahan setempat.Julliet kembali memusatkan perhatiannya pada para pekerja yang berseragam sebuah perusahaan, bukan seragam khusus pegawai pemerintahan. “Tangga ini hanya tertuju pada satu rumah. Aku tidak pernah menelpon siapapun untuk melakukan pekerjaan ini, aku tidak perlu membayar apapun kan?” Pekerja itu tersenyum lebar. “Tentu saja Nona, semua pekerjaan ini sudah dibayar oleh seseorang.”Kening Julliet mengerut seketika. “Seseorang?”Pekerja itu mengangguk membenarkan. “Saya tidak tahu persisnya seper
Baca selengkapnya

BAB 65: Rahasia Rachel

Floryn berdiri di depan pintu ruangan makan, ditengah kesunyian yang ada beberapa kali dia menengok ke belakang, melihat Nara yang tengah duduk sendirian diantara kursi-kursi kosong tanpa pemiliknya. Alfred telah pergi bekerja, sementara Nathalia dan Steve sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri.Nara terlihat kesepian, anak itu tidak begitu menikmati sarapan paginya dan kedapatan hanya mengaduk-ngaduknya saja sejak beberapa menit yang lalu.Menyadari tidak adanya orang-orang disekitar, Floryn memberanikan diri untuk masuk ke dalam ruangan makan, gadis itu membungkuk di belakang kursi tempat Nara duduk. “Nona,” panggil Floryn berbisik pelan.Nara sedikit terperanjat, anak itu melihat ke belakang, terdapat Floryn yang tengah berjongkok sambil bersandar pada kaki kursi yang didudukinya.“Nona, mengapa Anda tidak makan?” bisik Floryn penuh kehati-hatian.Nara membuang muka, dia kembali teringat dengan percakapan para pelayan yang membuatnya merasa tidak nyaman. Mereka mengata
Baca selengkapnya

BAB 66: Memeras Issabel

“Dany bilang, dia memiliki rahasia penting tentangmu, rahasia apa itu?”Tubuh Rachel menegang kaku. “A-aku tidak memiliki rahasia apapun,” elak Rachel dengan gelagapan, tangannya yang berada dibawah meja terlihat gemetaran hingga berkeringat dingin.Issabel tidak percaya dengan jawaban putrinya, sekalipun dia tahu Dany adalah pria yang jahat, namun dia tidak pernah berbohong.“Apapun rahasiamu, setidaknya kau harus bertanggung jawab Rachel! Kenapa kau begitu tega membiarkan Dany menderita sendirian setelah kau memberinya perintah,” tegur Issabel.“Ibu tahu kan jika semua uang gajiku selama ini dipakai untuk membayar klub pertemuan orang-orang kaya dan membeli pakaian bagus. Aku tidak memiliki uang sebanyak itu untuk bisa membantunya!”“Apapun alasanmu Rachel. Kau harus membayar biaya rumah sakit Dany hari ini juga! Dia telah kehilangan satu kakinya, tidak mungkin dia juga harus menanggung biaya rumah sakitnya!”“Kenapa Ibu tidak membiarkan dia begitu saja? Dia bisa mengurus dirinya se
Baca selengkapnya

BAB 67: Issabel Mengetahuinya

“Kau tahu Issabel, jika aku buka suara pada polisi, aku bisa mendapatkan ratusan ribu dollar karena rahasia putrimu sangatlah penting.”Issabel bernapasnya dengan tidak beraturan, wanita itu berusaha meredakan amarahnya ditengah rasa penasaran yang semakin mengganggu.Kekurang ajaran Dany sudah menguji kesabarannya, disisi lain rasa penasaran semakin tidak berbendung dikepalanya.“Aku tidak akan memaksamu Issabel, namun jika kau tidak tahu rahasia Rachel, mungkin kau akan menyesal seumur hidupmu,” ucap Dany lagi tidak berhenti memancing rasa penasaran Isssabel.Benar saja, Issabel yang terpengaruh akhirnya mengambil handponenya di dalam tas dan segera mengirimkan uang sebesar sepuluh ribu dollar pada rekening Dany.Issabel menunjukan handponenya kepada Dany untuk memperlihatkan bukti bahwa dia telah mentrasfer uang yang dimintai adiknya. “Kau puas kan? Sekarang katakan padaku, apa rahasia Rachel,” desak Issabel.Senyuman merekah mengukir bibir Dany, betapa mudahnya mendapatkan uang, D
Baca selengkapnya

BAB 68: Pengakuan Perasaan

Floryn mengusap permukaan topeng yang lembut dan berbulu, topeng itu terlihat cantik dan indah, sama dengan gaun yang kini tengah dia kenakan.Sekali lagi Floryn melihat penampilannya di cermin, dia terlihat berbeda dengan polesan make up.Cukup lama dia terdiam, memandangi dirinya sendiri dengan lekat. Ragu-ragu Floryn mengusap wajahnya, mata indahnya berkacap-kaca, gemetar perih terdesak oleh kesedihan yang membuatnya bisa menangis kapanpun.“Cantik,” suara Floryn menggantung di udara, “sama persis seperti wajah ibu,” lirihnya terdengar menyakitkan.Floryn menarik napasnya dengan sesak, terbayang wajah ibunya dalam ingatan. Tidak ada satupun potret yang dia miliki tentang ibunya, setiap kali merindukannya, dia hanya bisa bergumul dengan tangisan dan kenangan yang samar-samar masih teringat.Dengan berat hati Floryn mengambil topeng cantik itu dan segera mengenakannya.Sepasang bola matanya yang berwarna safier terlihat mencolok bersama dengan lipstick merah yang membingkai bentuk bi
Baca selengkapnya

BAB 69: Ditolak

“Jika aku bermain-main, aku tidak mungkin datang ke tempat sialan ini untuk yang kedua kalinya!”Alfred mengusap wajahnya dengan kasar, ada kelegaan yang mengalir didalam hatinya saat dia menyerah dan berhenti menyangkal dengan perasaannya sendiri. Alfred membuang napasnya dengan kasar dan kembali melihat Floryn memucat kaget. Diraihnya tangan mungil Floryn dan menempatkannya di dada.“Bisakah kau merasakannya?” bisik Alfred dengan serius. “Tidak pernah sekalipun dalam hatiku, aku dihinggapi perasaan asing seperti, kau harus bertanggung jawab.” Napas Floryn tertahan didada, merasakan degup jantung Alfred yang memacu cepat tidak beraturan.Floryn masih tidak mengerti dengan situasi yang dialaminya saat ini, semuanya terlalu mendadak dan diluar logikanya. Begitu kesadarannya telah kembali, Floryn memberanikan diri mendorong dada Alfred agar pria itu mundur beberapa langkah, tanpa memberikan jawaban apapun gadis itu segera berlari pergi meninggalkan Alfred seorang diri. ‘Aku pasti
Baca selengkapnya

BAB 70: Ancaman

“Apa yang Ibu lakukan? Kenapa tiba-tiba menamparku?” teriak Rachel marah, dia tidak terima dengan sikap kasar ibunya seakan Rachel telah membuat sebuah kesalahan yang sangat besar. “Dulu, aku menjadi pelacur karena aku miskin dan ingin bertahan hidup! Aku menyekolahkanmu setinggi mungkin, kau tidak pernah hidup dalam kekurangan dan kau bekerja di perusahaan mentereng, namun apa yang kau lakukan sekarang? Kau mau menjadi pelacur juga?” desis Issabel berusaha keras untuk tetap berdiri tegak dan mengontrol amarahnya.“Aku bukan pelacur!” bela Rachel marah.Rahang Issabel mengetat, wanita itu mendekat dan menunjuk wajah Rachel tepat didepan matanya. “Hanya pelacur yang menjual kewanitaannya untuk mendapatkan uang. Kau juga melakukan hal itu kan?” Wajah Rachel memerah menahan amarah, dia tersinggung dengan kata-kata ibunya disatu sisi dia tidak dapat membela diri karena ucapan Issabel benar. “Sekarang aku sudah dewasa dan aku berhak memilih jalanku, sebaiknya ibu jangan ikut campur.”“Ji
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
26
DMCA.com Protection Status