“Kalau nanti Mas ada rejeki, Adek mau dibeliin rumah kayak gimana?” tanyanya. “Gak tahu, Mas. Belum kepikiran. Yang penting nyaman saja ditinggali.” “Oke, Dek.” “Mas mau beliin Adek rumah? Adek gak mau jauh-jauh dari Ibu sama Bapak, Mas.” “Oh gak jauh, kok, Dek.” “Gak jauh? Maksudnya?” “Ahm, anu … maksudnya, nanti nyari rumahnya yang gak jauh, Dek.” Hening lagi. Kami sudah melewati rumah bekas Pak Lurah yang sudah membuat seluruh warga heboh karena, katanya sedang dipasang lift. Hanya saja, tampilan luarnya terlihat biasa saja. Masih sama dengan model rumah yang dulu. Cuma saja terlihat cat dan gentingnya baru, itu saja.“Mas rumahnya kelihatannya biasa ya padahal, Cuma memang luas saja dan dua lantai. Tapi yang pada lihat ke dalam pada heboh, katanya dalemnya mewah. Adek jadi pengen lihat!” tuturku. “Oh, ya sudah siang nanti Mas jemput. Adek mau lihat-lihat?” “Ish, malu lah, Mas.” “Gak apa-apa, Dek. Mia juga sering ke sana. Hampir tiap hari, Dek.” Deg!Hatiku berdentum. Mi
Last Updated : 2024-03-26 Read more