Usai membuatkan kopi. Aku duduk di lantai sambil merapikan pakaian. Sementara itu, Mas Reza yang menyusunnya ke dalam lemari. “Mas ambil permisalan saja ya, Dek.” “Hmmm.” “Boleh nggak, Dek?” “Boleh, Mas. Masa gak boleh.” “Misal gini … Adek, punya kebun vanili itu dua ratus meter, Dek.” “Iya, Mas.” “Nah itu kita harus nunggu selama tiga tahun, Dek. Panennya ‘kan setelah usia pohon itu tiga tahun.” “Oh lama juga ya, Mas?” “Iya, Dek. Lumayan lah.” “Terus, Mas?”“Nah panen pertama, dari dua ratus meter itu, kalau harga sekarang … kita paling enggak bisa dapat lima puluh jutaan, Dek.”“Wah banyak, ya, Mas? Berarti kalau dibagi per bulan, dapat rata-rata empat jutaan lebih ya, Mas?” “Iya, Dek. Cuman dipotong buat bayar yang jaga kebun juga dikit. Cuma kalau pas masih dikit, bisa diurus sendiri, Dek.” “Terus, tahun kedua panen itu ningkat, Dek. Jadi kita bisa dapat seratus jutaan setahun.” “Wah makin banyak ya, Mas? Berarti sebulan bisa dapat delapan jutaan, ya?” Baru sampai si
Read more