Beranda / Romansa / Cinta Cita / Bab 81 - Bab 90

Semua Bab Cinta Cita: Bab 81 - Bab 90

95 Bab

Cinta Cita ~ 81

“Tumben Papa di rumah pagi-pagi?” tanya Cita sembari menuruni tangga. “Nggak jalan-jalan?”“Off dulu,” jawab Harry mengalihkan pandangan dari berita yang ditontonnya di televisi. “Arya masih tidur?”Cita menggeleng dan berhenti di sudut tangga. Ia menoleh ke dapur sebentar dan melihat Sandra tengah berdiri di depan kompor. Ingin rasanya Cita menghampiri Harry, tetapi ia urungkan karena akan terasa canggung jika Sandra tidak ada di antara mereka. Selain itu, Cita juga tidak memiliki bahan yang harus diobrolkan sehingga ia masih terpaku di ujung tangga.“Mas Arya sibuk buat persiapan meeting sama pak Pras.”Harry mengangguk kecil sembari menepuk sisi kosong yang masih luas di sampingnya. “Duduk sini sebentar, temani Papa nonton berita.”“Em, nanti,” ucap Cita masih tidak melangkah ke mana pun. Bukannya tidak mau, tetapi Cita pasti merasa canggung jika harus berada bersama Harry tanpa Sandra. “Aku mau bikinin mas Arya susu sebentar.”“Sekalian buatkan Papa.” Harry tersenyum. Mencoba mengh
Baca selengkapnya

Cinta Cita ~ 82

“Kita bicara sebentar.” Begitu melihat Arya berada di lobi hotel, Nando segera menghampiri dan menarik pria itu menuju lounge. Ia tahu hari ini Arya ada pertemuan dengan Pras, karena itulah Nando sejak tadi sudah menunggu pria itu di lobi hotel.“Mas, a—”“Meeting-mu sama pak Pras masih setengah jam lagi,” sela Nando tidak ingin mendengar protes dari Arya. Ia menariku kursi di salah satu meja, lalu mendudukkan Arya di sana. Sementar Nando sendiri, memilih duduk pada sofa yang berada di depan Arya. “Sekarang jelaskan, kenapa Leoni mendadak resign?”Arya ternganga karena dugaan yang sempat berputar di kepala ternyata salah. Ia mengira, Nando akan membahas masalah Cita, tetapi tidak. Nando justru mempertanyakan perihal Leoni yang sudah mengajukan surat pengunduran diri minggu lalu.“Kenapa nggak tanya langsung sama Leoni?” Arya mengangkat tangan. Memanggil pelayan untuk memesan minum.“Kalau aku tanya sama kamu, itu berarti dia nggak ngasih jawaban.”“Ya aku nggak tahu, Mas,” jawab Arya
Baca selengkapnya

Cinta Cita ~ 83

“A-apa ini?” Arya ternganga melihat beberapa paper bag yang tergeletak di lantai kamar hotel. Dilihat dari nama yang tercetak di paper bag tersebut, semua barang yang di dalamnya pastilah mahal. Mungkin, nilainya hampir menghabiskan seluruh simpanan Arya di bank. “Ini semua, bukannya siang tadi kamu pergi sama enda Sinar?”“He’em,” gumam Cita dengan senyuman dan menghambur ke pelukan Arya yang baru pulang dari Sagara Citra. Satu kecupan ia jatuhkan pada bibir sang suami dan tetap mengangkat wajah menatap Arya. “Aku diajak shopping! Kami keliling Orchard Road tadi siang. Coba aja mami ikut, pasti tambah rame.”Arya menggaruk kepala dengan ekspresi bingung, syok, dan mungkin terlihat bodoh di depan Cita. Bukannya ingin perhitungan, tetapi Arya bukanlah seorang Nando yang sudah terlahir dengan sendok emas di tangan. Arya masih merintis perusahaannya setelah jatuh terpuruk karena kesalahan di masa lalu.“Terus, sebelum pulang kami mampir ke spa,” lanjut Cita masih dengan senyum yang teruki
Baca selengkapnya

Cinta Cita ~ 84

Mendengar suara deritan pagar rumahnya bergeser, Cita bangkit dari tempat tidur dan menyingkap gorden kamarnya. Ketika melihat Arya tengah menarik kembali pagar dan menutupnya, Cita lantas keluar kamar dan membukakan pintu untuk sang suami.“Sorry telat,” ujar Arya sambil meringis ketika melihat Cita berdiri di bibir pintu. “Restoran Padangnya lumayan rame pas jam makan siang gini.”Bukannya meraih kantong kresek yang disodorkan Arya, Cita justru menghabiskan jarak lalu memeluk sang suami.“Itu, sih, ngotot pulang,” ujar Cita sambil memonyongkan bibir. “Padahal tadi aku sudah bilang, mas Arya makan di kantor aja daripada bolak balik.”“Itu karena ada yang mau aku omongin.” Arya mengecùp bibir Cita, lalu mengajak sang istri masuk ke dalam rumah. Mereka langsung menuju meja makan dan bersiap makan siang bersama.“Ada masalah di kantor?” tanya Cita segera mengambil dua buah piring, lalu meletakkannya di meja makan. Sambil mengeluarkan bungkus nasi padang dari kantong kresek, Cita mendeng
Baca selengkapnya

Cinta Cita ~ 85

“Mas, pak Jodi barusan ngirim desain 3D rumah papa yang mau direnov,” ujar Cita sambil menghempas tubuhnya di tempat tidur. Di sampingnya, Arya masih memangku laptop karena harus mengecek beberapa berkas yang dikirim ke email-nya. “Kalau mau lihat, buka hapeku ada di email. Aku mau tidur cepat.”Padahal, malam ini adalah malam minggu. Rencananya, mereka akan pergi nonton setelah pertemuan keluarga ayah Duta dan Arkatama selesai dilaksanakan. Namun, Qai mendadak menelepon atas perintah Pras dan meminta Arya mengirimkan beberapa berkas. Karena itulah, mereka akhirnya pulang dan saat ini Arya sedang memilah-milah file yang diminta oleh pria tua itu.“Sudah yakin mau dibuat kos-kosan?” tanya Arya tanpa menoleh.“Yakin! Biar ada passive income tiap bulan,” terang Cita sudah memikirkannya hingga berulang kali. Lagi pula, Harry setuju dengan idenya karena bisa menjadi sumber pemasukan lain yang berkepanjangan.“Aku ngikut kamu aja.” Arya hanya bisa mendukung, karena merasa tidak memiliki hak
Baca selengkapnya

Cinta Cita ~ 86

“Aku nggak nyangka, konsep nikahanmu mewah begini, Mas?”Duta tertawa ringan mendengar ocehan Arya. Pagi ini, ia kembali berangkat ke Surabaya untuk memastikan semua hal terkait pernikahannya secara langsung. Meskipun semua sudah ditangani oleh Wedding Organizer, tetapi Duta ingin melihat kembali venue yang akan ia gunakan dan segala tetek bengeknya.“Nikah begini, ternyata bikin kepala pusing, Ar.”“Pusing mikirin biaya?” ceplos Arya tanpa berpikir.“Aku bahkan nggak ngeluarin biaya sepeser pun,” sanggah Duta. “Kecuali transportku sendiri. Di luar itu, semuanya dari “sponsor”.”“Sponsor?” Arya masih berlagak bodoh.“Papaku, ayah, papamu. Terus ada juga dari om Lex sama tante El yang kaget, karena aku tahu-tahu mau nikah sama Leoni tanpa dengar kabar apa-apa kalau kita lagi deket.”“Bersyukur, Mas,” sahut Arya masih berdiri di samping Duta yang tengah mengurus reservasi kamar hotel di resepsionis.“Aku bersyukur, Ar.” Duta menjeda obrolannya karena harus bicara sejenak pada resepsioni
Baca selengkapnya

Cinta Cita ~ 87

“Nikahan mbak Chandi dulu, nggak kayak gini.” Arya cukup takjub dengan semua dekorasi mewah yang ada di pernikahan Duta dan adiknya. “Kamu ... nggak iri, kan?”Arya khawatir jika sang istri memiliki rasa cemburu yang terpendam, karena pernikahan mereka tidak semewah dan semegah resepsi Duta dan Leoni. Setelah melakukan banyak pembicaraan dengan Sandra, Arya baru menyadari istrinya itu kerap memendam semua sakitnya sendiri. Cita enggan berbagi, karena tidak ingin menyusahkan dan merepotkan orang lain.“Mas, resepsi begini ini capeeek banget,” ungkap Cita mengingatkan Arya akan alasannya meminta intimate wedding kala itu. “Aku sudah pernah sekali sama Pandu, kan? Jadi, aku nggak mau lagi. Enakan kayak kita kemarin. Singkat, padat, dan nggak terlalu capek.”“Kalau—”“Titip Kasih bentar,” sela Awan sambil menarik kursi kosong di samping Cita. Kursi tersebut memang sengaja Cita kosongkan untuk Kasih yang mengabarkan akan terlambat datang. “Aku mau ambilin makan.”“Oh!” Saat melihat Awan, A
Baca selengkapnya

Cinta Cita ~ 88

Arya mengernyit dan membuka mata ketika mendengar suara yang tidak biasa. Sambil mengumpulkan kesadarannya, ia melihat pada sisi tempat tidur yang sudah terlihat kosong. Menyadari hal tersebut, Arya bangkit perlahan lalu berjalan menuju kamar mandi.Saat melihat Cita terduduk lemas di samping kloset kamar mandi, di situlah kesadaran Arya kembali sepenuhnya.“Sayang! Kamu kenapa?” Arya bergegas menghampiri Cita dan bejongkok di samping sang istri. Arya menempelkan punggung tangan ke dahi Cita untuk mengecek suhu tubuhnya. “Ayo ke rumah sakit, kamu lemas gini. Habis muntah?” tanya Arya segera menekan tombol flush untuk membersihkan cairan yang baru saja Cita muntahkan. “Kepalaku tambah pusing,” ujar Cita pelan. Merasa tidak memiliki tenaga untuk bangkit. “Perutku mendadak mual pagi-pagi.”“Kamu nggak telat makan, kan?” Arya mengingat-ingat, selama menghabiskan akhir minggu kemarin mereka sama sekali tidak telat makan. Bahkan, mereka berdua justru lebih banyak menyantap makanan dari bia
Baca selengkapnya

Cinta Cita ~ 89

“Maaf kalau aku ngerepotin.”Walaupun bahagia tidak terkira, tetapi Cita masih memiliki perasaan tidak enak hati karena Harry dan Sandra tiba-tiba harus terbang ke Singapura. Setelah hasil general check up tidak ada masalah, kedua orang tua Cita segera memesan tiket karena khawatir dengan keadaannya.“Siapa yang bilang kalau kamu ngerepotin.” Sandra mengusap kepala Cita yang berbaring di tempat tidur. Kondisi kehamilan Cita yang kedua ternyata sangat berbeda dengan yang pertama dahulu kala. Putrinya terlihat pucat dan tidak bertenaga.“Kamu nggak pernah ngerepotin,” timpal Harry yang duduk di tengah tempat tidur menemani Cita. “Justru Papa sama mami senang, karena kamu lagi hamil.”“Kak Kasih ... nggak papa?” tanya Cita kembali merasa tidak nyaman. Cita merasa seperti telah merebut Harry dari kakak perempuannya.Kasih memang sudah menelepon Cita dan wanita itu ikut berbahagia atas kehamilannya. Namun, Cita tetap saja memiliki perasaan tidak enak karena telah menjauhkan Harry dari putr
Baca selengkapnya

Cinta Cita ~ 90

“Awan nelpon,” ujar Harry terburu setelah keluar kamar. “Kasih kontraksi.”Sandra berhenti mengupas jeruk dan meletakkannya di meja. “Maju berarti,” ucapnya sembari berdiri lalu mengusap pundak Cita yang duduk di sebelahnya. Mereka memang sudah berencana kembali ke Jakarta minggu depan, tetapi sepertinya harus dimajukan karena perkiraan hari lahir Kasih ternyata di luar prediksi. “Kita balik hari ini?”“Kalau dapat tiket, iya.” Harry mengangguk dan menoleh pada Arya yang baru menutup pintu kamar. Menantunya itu sudah terlihat rapi dan akan bersiap pergi karena ada meeting direksi di pagi hari. “Ar, bisa tolong lihatkan tiket ke Jakarta hari ini? Kasih kontraksi dari subuh tadi.”“Sudah kontraksi?” Arya mengangguk-angguk dan segera mengeluarkan ponsel untuk mencari tiket. Tanpa beranjak ke mana-mana, Arya segera membuka aplikasi pemesanan tiket dan mencari jadwal penerbangan yang ada. “Mau sore atau malam, Pa?”“Sore ada?”“Ada, emm ...” Arya melihat ketersediaan kursi di pesawat. “Bus
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status