“Kenapa dia masih ada di Antariksa?”Duta mematung. Mengurungkan niatnya mendorong pintu ruang kerja Restu yang sedikit terbuka, setelah mendengar suara Rinai. Kendati bisa menebak “dia” yang dimaksud Rinai, tetapi Duta tetap tidak mengerti dengan maksud perkataan sepupunya itu.Karenanya, Duta tetap berdiri di tempat dan ingin mendengar semua percakapan ayah dan anak itu.“Karena perempuan itu, titipan Dewa,” jawab Restu. “Karena dia karyawan titipan langsung dari owner, jadi nggak ada yang berani mecat dia.”“Titipan? Si Cita itu titipan pak Dewa? Kok, bisa?”“Nai—”“Oh, bentar, Pa, bentar,” sela Rinai. “Jangan-jangan, Cita itu selingkuhannya pak Dewa. Dia, kan, tiap hari diantar sama mobil mewah. Atau, saudaranya pasti sopir yang kerja di keluarga Lee, jadi—”“Sayang, sudah,” pinta Restu menghentikan ucapan Rinai. “Papa nggak mau berurusan dengan keluarga Lee. Mereka punya banyak preman di belakang dan itu nggak main-main. Papa sudah bilang dari dulu, kan, jangan pernah dekat dan c
Read more