Beranda / Romansa / Cinta Cita / Bab 41 - Bab 50

Semua Bab Cinta Cita: Bab 41 - Bab 50

95 Bab

Cinta Cita ~ 41

“Cita!”Kedua mata Cita melebar saat mendengar suara yang memanggilnya. Ia menoleh dan ternganga melihat Nando menghampirinya dengan cepat. Apa yang dilakukan pria itu di kompleks gedung perkantoran Antasena?Apakah ini suatu kebetulan? Atau, Nando memang sengaja menemuinya?“Mas ... Nando? Ngapain ke sini?”“Kenapa kamu kerja di sini?” Nando berhenti dan menatap lobi Antariksa sebentar. “Kenapa nggak balik ke Metro?”“Mas Nando ngapain ke sini?” ulang Cita menunggu jawaban pria itu.“Aku ada pertemuan di sebelah.” Nando menunjuk sekilas pada Antasena Tower. Gedung utama yang berseberangan dengan kantor Antariksa dan kepemilikannya masih berada di tangan keluarga Antasena. Sementara Antariksa sendiri, sudah jatuh sepenuhnya ke tangan keluarga Lee, tanpa ada campur tangan dari pemilik atau pewaris sebelumnya. “Tapi aku sengaja datang pagi-pagi, supaya bisa ketemu kamu.”“Mas—”“Kenapa kamu nggak bilang, kalau mamiku sudah bicara sama kamu?”“Mas.” Cita menunduk sebentar, sembari memija
Baca selengkapnya

Cinta Cita ~ 42

“Pembayaran selanjutnya akan dibayar dua bulan lagi.”Cita mengangguk dan tidak melontarkan protes atas ucapan Pasha. Di akhir negosiasi, keluarga Atmawijaya akhirnya setuju dengan nominal akhir kesepakatan. Yakni Rp18 Miliar, dari kenaikan tuntutan Cita sebesar Rp30 Miliar ketika bicara dengan Pasha tempo hari.Nominal tersebut akan dibayar bertahap, dengan tiga kali pembayaran dalam jangka waktu enam bulan.“Kalau pembayaran dari pihak Atmawijaya telat, segera laporkan ke saya,” sahut Mai datar, sembari memasukkan semua berkas ke tas kerjanya. “Klien saya sudah berbaik hati sampai sejauh ini, jadi tolong, jangan ngelunjak. Tepati pembayaran sesuai perjanjian, makan semua urusan hukum tetap aman.”Mai kemudian berdiri setelah semua berkasnya beres, lalu mengulurkan tangan pada Cita. “Saya pergi dulu, Bu Cita. Kalau ada apa-apa, segera hubungi saya.”“Terima kasih, Mbak.” Cita menyambut uluran tangan Mai dengan segera. “Terima kasih banyak.”“My pleasure.” Tidak lupa, Mai juga berjaba
Baca selengkapnya

Cinta Cita ~ 43

“Ehm! Hai.”Cita membalas singkat dan tidak ingin banyak bicara. Andai bisa keluar dan mengganti jadwal penerbangan, maka Cita pasti akan langsung pergi dari sana. Namun, ia tidak mungkin melakukan hal tersebut, karena jadwal pekerjaan di luar kota sudah memburunya.“Kalian kenal?” Salsa dengan cepat mencondongkan tubuh dan menengok ke arah Arya dan Cita bergantian.“Ka—”“Gue ngantuk, Sal.” Cita mengulang ucapannya beberapa saat lalu, untuk memotong ucapan Arya. Ia semakin menarik ujung hoodienya hingga menutup mata. “Mau tidur dulu.”Arya tersenyum pada Salsa dengan mengangguk. Memilih diam dan tidak lagi bersuara. Arya paham dengan situasi canggung, yang sedang dihadapinya dengan Cita saat ini. Karena itulah, tidak perlu lagi memaksakan kehendaknya daripada hubungan mereka semakin panas.Setidaknya, ada setitik harapan dan rasa bahagia ketika melihat boneka pemberiannya ada di pelukan Cita. Meskipun gadis itu bersikeras menolak dan menghindarinya, tetapi akhirnya Arya tahu bagaiman
Baca selengkapnya

Cinta Cita ~ 44

“Mantan, lo, kan? Iya, kan?” buru Salsa masih penasaran karena Cita masih saja bungkam. Jika bukan mantan, kenapa Cita terdengar akrab ketika bicara di telepon dengan ibunya Arya siang tadi.Sembari menyusuri garbarata, Salsa tetap memasang telinga guna mendengar percakapan Cita di telepon dengan seseorang yang dipanggilnya tante. Kendati hanya bisa mendengar dari satu pihak, Salsa sudah benar-benar yakin dan bisa menyimpulkan Arya adalah mantan kekasih Cita dahulu kala.“Kepo.”Salsa yang bersila di lantai kamar setelah mengambil baju di koper, lantas menoleh. Memindai penampilan Cita yang sudah rapi, setelah keluar dari kamar mandi.“Nggak bawa baju, lo, Cit?”“Lo nggak lihat isi koper gue?” tunjuk Cita pada kopernya yang masih terbuka, di sebelah pintu kamar mandi.“Maksud gue, nggak ada baju lain?” tanya Salsa lagi. “Lo makan malam sama camer pake kaos sama celana jeans?”“Camer apaan?” Cita menghempas bokòngnya di sudut tempat tidur. Ia menyisir rambut, sambil menunduk melihat ka
Baca selengkapnya

Cinta Cita ~ 45

“Berasa rugi, nggak, sih?” Salsa menghempas tubuh lelahnya di tempat tidur, tanpa melepas kedua sepatunya terlebih dahulu. “Check out hotel jam 12 tapi kita subuh-subuh harus pergi dari sini.”Karena ada perubahan rencana liputan hingga malam, maka pihak redaksi Antariksa, mengubah jadwal penerbangan menjadi keesokan paginya.“Kalau aku bukan masalah ruginya, Sal.” Cita juga melakukan hal yang sama dengan Salsa, di tempat tidur berukuran single yang berbeda. “Tapi capeknya.” Cita melihat jam tangannya. “Kita baru nyampe hotel jam 11 malam, tapi jam 3 harus ke bandara.”“Mana langsung kerja,” sambung Salsa lalu menguap dan memiringkan tubuhnya memunggungi Cita. “Pasang alarm, Cit. Aku sudah nggak sanggup mau ngambil hape di tas. Ngantuk!”Tubuh Cita pun sama lelahnya, tetapi pikirannya seolah tidak bisa diajak kerja sama. Lantas, ia melepas tas selempang yang masih mengalung di tubuhnya, tanpa bangkit dari tidur. Cita mengeluarkan ponsel, lalu memasang alarm pukul 2.30 dini hari. Denga
Baca selengkapnya

Cinta Cita ~ 46

“Aku nggak bisa lama-lama.” Cita duduk lebih dulu, kemudian Arya memilih duduk berhadapan dengannya. “Ada tugas yang harus aku cek ulang.”“Pulang jam berapa?” Karena pekerjaan Arya sudah selesai, sepertinya ia bisa menunggu dan mengantar Cita pulang ke rumah. “Biar aku antar.”“Nggak usah, ada pak Aiman,” tolak Cita. “Lagian kamu pasti capek.”“Aku senang kalau diperhatikan gini.”“Aku nggak lagi perhatian,” sanggah Cita buru-buru mengklarifikasi ucapannya.Saat ini, Arya sudah mulai berani bersikap dan tidak lagi terlihat muram. Ini pasti gara-gara mereka sempat satu pesawat dan pria itu melihat Cita membawa boneka kelincinya.Andai waktu bisa diulang, Cita pasti tidak akan membawa boneka itu pergi dengannya. Kalau begini, Arya semakin besar kepala.“Terus tadi, emangnya kamu sama Rashi belum baikan juga dari dulu?” selidik Cita mengingat betapa canggungnya, sikap kedua orang yang pernah saling mencinta itu.“Yaaa, seperti itu tadi.” Arya menjeda percakapannya, karena seorang pelaya
Baca selengkapnya

Cinta Cita ~ 47

Dua panggilan tidak terjawab dan sebuah pesan masuk sekitar satu jam yang lalu. Cita hanya melihat hal tersebut pada pop up notifikasi yang ada di layar ponsel dan membiarkannya.Yang menjadi perhatian Cita saat ini, justru pesan dari Kasih. Ibu hamil itu mengiriminya pesan dengan huruf kapital dan banyak tanda seru di belakangnya.“AYO KETEMUAN!!!!!”Cita terkekeh sendiri, lalu segera menelepon kakak perempuan yang hampir tidak pernah ditemuinya belakangan ini. Kesibukannya yang padat, membuat Cita tidak ingin pergi ke mana-mana jika sudah berada di rumah, atau ketika hari liburnya tiba.“Napa, Kak?” todong Cita menjauh dari keramaian setelah selesai melakukan sedikit wawancara di sebuah gedung pertemuan.“Aku bedrest! Bosan nggak bisa ke—”“Hah? Kenapa bisa sampe bedrest? Kecapean, atau kenapa?” cecar Cita baru mengetahui hal tersebut. “Dari kapan? Kok, papa nggak ada ngabarin?”“Baru hari ini,” jawab Kasih dengan helaan panjang setelahnya. “Tadi pagi ke dokter, karena aku ngflek da
Baca selengkapnya

Cinta Cita ~ 48

“Tante ...” Dengan terpaksa, Cita harus mengganggu obrolan Elok dan sang suami, yang sedang duduk santai di tepi kolam renang.“Loh!” Elok menoleh dan segera beranjak menghampiri. “Sudah mau pulang?”“Bukan.” Cita terkekeh pelan dengan menggeleng. “Maaf kalau ganggu, tapi, apa bisa bicara sebentar?”“Sama Om Lex?” Elok menoleh pada suaminya sekilas. “Atau sama Tante?”“Sama Tante.”“Oke, oke.” Elok mengangguk-angguk lalu kembali menatap Lex. “Mas, aku tinggal bentar.”Saat Lex mengangguk, Elok segera merangkul Cita kembali masuk ke dalam rumah. Merasa ada hal pribadi yang ingin dibicarakan Cita, maka Elok mengajak gadis itu menuju ruang kerja Lex.“Arya masih di atas?” tanya Elok sambil membukakan pintu ruang kerja dan masuk lebih dulu ke ruang kerja.“Iya, masih sama bang Awan, sama kak Kasih.” Cita melihat Elok lebih dulu duduk di sofa panjang. Wanita itu memintanya menutup pintu, lalu segera duduk di sampingnya.“Kamu balikan sama Arya?” tanya Elok setelah pintu ruang kerja Lex ter
Baca selengkapnya

Cinta Cita ~ 49

“Oia, jangan juga kasih tahu Duta kalau aku bedrest.”Permintaan Kasih tersebut, membuat Cita yang masih betah berada di tempat tidur mengangguk-angguk. Ia sedang melakukan panggilan video dengan Kasih, karena wanita itu tengah dilanda kebosanan yang teramat sangat. Hari masih pagi, tetapi obrolan mereka hampir tidak pernah terputus.“Tapi, tante Kiya sama om Gilang, emang nggak tahu kalau kamu bedrest, Kak?”Kasih menggeleng. “Mama nggak ngomong ke siapa-siapa, biar nggak rame yang jenguk. Nanti aku capek katanya.”“Semalam sudah ngasih tahu Arya juga nggak?” Karena Arya sedang mengerjakan proyek dengan Duta, pastilah kedua pria itu akan sering berkomunikasi.“Nah! Itu dia!” Kasih lagi-lagi menggeleng. “Kamu yang telpon Arya, ya! Eh, udah dulu, ya, Cit. Mama udah bawain makanan. Nanti kita ghibah lagi. Jangan lupa telpon Arya! Babay!”Cita menahan napas, ketika wajah Kasih hilang dalam sekejap dari pandangannya. Wanita itu, memang selalu mengakhiri panggilan, tanpa menunggu jawaban l
Baca selengkapnya

Cinta Cita ~ 50

Cita mengakhiri panggilannya ketika sudah melihat Arya melambai dan berjalan ke arahnya. Yang mengejutkan ialah, pria itu tengah menggendong sebuah boneka kelinci, yang besarnya hampir menutup tubuh Arya.Semakin Arya mendekat, debaran jantung Cita semakin cepat. Perasaan seperti ini, membuat Cita semakin yakin, perasaannya ternyata hanya untuk Arya seorang.“Udah check-in?” tanya Cita sambil menahan luapan emosi dan rasa gugup yang mendera. Kedua tangannya mengerat memegang tali ras yang menyilang di depan dada dan berusaha tersenyum seformal mungkin.Arya mengangguk, lalu menyerahkan boneka kelinci yang dibawanya pada Cita. “Yang ini bu Kelinci.”“Kok, bu Kelinci?” Akhirnya, Cita terkekeh geli. Namun, ia belum mengambil boneka tersebut dari Arya. “Buat siapa?”“Buat bidadariku.” Arya meraih tangan Cita, lalu menyerahkan boneka tersebut pada gadis itu. “Karena warnanya pink dan lagi megang botol susu, jadi kita panggil dia ibu kelinci.”Tawa Cita semakin keras. “Kenapa gedean bu keli
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status