All Chapters of Sentuhan Panas Dokter Dingin: Chapter 91 - Chapter 100

112 Chapters

Bab 91

"Sayang, Zava nggak mau tidur?" tanya Raja ikut terbangun begitu mendengar rengekan bayi mungilnya."Iya Mas, padahal baru saja minum ASI, tapi nggak mau bobok, bagaimana ini," jawab Ruma sembari terkantuk-kantuk.Raja yang awalnya sudah merem mencoba bergantian menemani Zava. Dia mempersilahkan istrinya untuk istirahat lebih dulu. Kasihan, sepertinya juga sangat lelah."Sini biar aku yang jaga. Kamu tidur ya, besok kan acaranya banyak, kalau nggak tidur bisa ngantuk berat.""Kamu nggak apa Mas jagain Zava sendirian?" tanya Ruma memastikan. "Iya, semoga sama buya bisa cepet merem. Mana tahu adek memang lagi kangen sama buya ya sayang. Jadi pingin dimanja ayahnya."Ruma sebenarnya kasihan, tetapi tubuhnya terasa penat dengan mata mengantuk berat. Perempuan itu terlelap cepat begitu menemukan bantal. Sementara Raja masih menimang-nimang Zava agar lekas terlelap."Sayang, bobok ya anak buya yang sholehah. Ini sudah malam, itu umma udah bobok tuh, kasihan kan umma kepingin dikelonin buya
Read more

Bab 92

"Buk, ayo kita temui pengantinnya dulu," ucap Rasya menginterupsi ibunya."Iya, pestanya meriah sekali. Dokter Raja itu orang kaya ya," tanya Mami Maria melihat banyaknya tamu undangan yang hadir. Serta tatanan dekorasi yang begitu mewah dan megah."Iya Mi, Raja kan pewaris rumah sakit islam dan juga cucu dari Kiai Hasan, pantas saja kalau acaranya semegah ini. Aset ayahnya banyak di mana-mana. Bahkan universitas yang ada di sekitaran Al Hasan milik keluarganya," jawab pria itu sedikit banyak tahu silsilah keluarganya.Pria itu memang sudah ningrat sejak kecil. Tentunya dari background keluarganya yang memang sudah berada dari dulu.Mami Maria merasa takjub, dia juga baru menyadari kalau semua tamu undangan yang hadir tidak diperkenankan membawa amplop atau hadiah semacamnya. Orang kaya memang beda. Mereka memang sengaja mengadakan syukuran akbar untuk menyambut hari bahagia putranya."Mi, kok Rasya kaya nggak asing sama pengantin perempuannya," ucap pria itu baru menyadari ada hal ya
Read more

Bab 93

"Biar aku lihat dulu, mana tahu sama ummi," ucap Raja mencoba tenang. Walaupun sebenarnya dalam hati cemas luar biasa. Apalagi melihat istrinya yang sudah panik, hatinya makin tak karuan. Raja keluar, mencari-cari mana tahu baby Zava digendong keluarga lainnya. Namun, semua orang terlihat sibuk. Di luar juga kedua orang tuanya dan orang tua Ruma sedang tidak menggendong Zava, lalu di mana bayi kecil itu berada. "Ya Allah ... kamu di mana sayang," gumam pria itu cemas. "Ja, kenapa?" tanya Shaka menghampiri kerabatnya. "Ka, kamu lihat bayi sku nggak? Zava sama siapa ya?" tanya pria itu mulai kalut. "Adek Zava bukannya tadi dijagain sama Mbak Ika ya." "Iya, tapi Ika sholat, dia malah nidurin Zava di kamar. Tapi nggak ada, Ka, kamu coba tolong bantuin nyari ya. Msna tahu digendong budhe, atau siapa gitu. Kasihan istriku mau kasih ASI-nya sampai penuh." "Iya, iya, aku bantu nyari sebentar," ujar pria itu bergegas. Ruma tentunya tidak diam saja. Dia keluar menanyakan langsung
Read more

Bab 94

Nyonya Maria tak bisa mengendalikan putranya. Dia kalut dengan wajah kebingungan melihat Zava kembali dibawa pergi."Rasya, jangan Nak, kasihan Zava. Ayo berikan pada Mami. Dia masih kecil sayang, dia tidak bersalah," bujuk Nyonya Maria mengiba."Mami jangan ikut campur, sudah kubilang, dia tidak akan pernah aku serahkan pada mereka. Bayi ini seharusnya milikku, Ruma hamil saat masih menjadi istriku. Dia berbohong, pengadilan tidak mungkin akan mengesahkan perceraian kita kalau tahu Ruma hamil. Dia berbohong."Rasya merasa sangat terkhianati. Apalagi melihat mantan istrinya begitu bahagia bersanding dengan sahabatnya, hati Rasya sakit. Dia tidak bisa menerima itu, sementara dirinya menderita sepenuh hati."Mami tahu kamu kecewa, marah, tapi tolong jangan libatkan Zava, kalau memang benar kamu menyayanginya. Berikan pada mami, sayang, mami yang akan mengurusnya. Nanti mami musyawarahkan ke Ruma."Perempuan paruh baya itu terus memohon. Mencoba menyadarkan kekeliruan putranya. Dia tahu
Read more

Bab 95

Ruma terdiam dengan tangis. Dia tidak percaya Rasya sekejam itu. Terlihat jelas wajah kalut Raja sembari terus mengemudi. "Ayo Raja, lakukan! Talak Ruma sekarang! Atau kamu mau melihat bayi ini aku lempar ke jalanan!" ancam Rasya tak sabar. "Jangan Rasya! Tolong jangan sakiti Zava. Aku minta maaf, tolong jangan apa-apain anakku!" jerit Ruma terdengar memilukan. "Tenang sayang, aku akan memaklumimu. Kembalilah padaku, kita bisa mempunyai anak yang lucu-lucu," sahut Rasya benar-benar gila. Ruma menggeleng, dia tidak mau mengakhiri pernikahan yang baru saja dibinanya. Terlebih mereka saling mencintai. Berharap ada solusi atas semua ini. "Tolong berhenti Mas, jangan sakiti Zava." "Aku hanya akan berhenti setelah Raja menceraikan kamu, sayang," sahut Rasya tetap dengan pendiriannya. Raja merampas handphone di tangan Ruma, lalu mengakhiri panggilannya. Dia tidak mungkin menuruti permintaan gila Rasya yang jelas tidak masuk akal. "Mas, kenapa malah dimatikan? Kita nanti
Read more

Bab 96

Sudah dua hari baby mungil itu tergolek tak berdaya di ruang NICU. Ruma harap-harap cemas menunggu. Setiap kali pumpink ASI, pasti sambil nangis. Rindu sekali dengan tangis dan berisiknya. "Sayang, ummi bawain makanan kesukaan kamu. Dimakan dulu ya, udah selesai kan pumpinknya." Raja masuk sembari membawa bekal titipan ibunya. Pria itu harus memastikan nutrisi istrinya terpenuhi dengan baik. "Nanti Mas, belum lapar," jawab Ruma tak berselera sama sekali. Makan hanya karena perut lapar saja. Benar-benar tidak bisa merasakan dengan nyaman. "Sini Mas suapin," bujuk Dokter Raja sedikit memaksanya. "Aku bisa makan sendiri Mas," tolak Ruma merengut. "Iya tahu, tapi nggak pa-pa kan kalau buya-nya Zava ingin menyuapi umumnya Zava." Mau tidak mau akhirnya Ruma membuka mulutnya. Dia pasti makan walaupun nunggu nanti saja. Tetapi Raja malah yang terlihat begitu khawatir. Sudah anaknya sakit, istrinya tidak boleh sampai ikutan drop memikirkannya. "Mas, apa belum ada perkemban
Read more

Bab 97

"Terima kasih," ucap Raja sembari berjalan menggandeng tangan istrinya."Untuk?" tanya Ruma tak paham."Senyum kamu hari ini, cantik sekali," puji pria itu membuat mood istrinya semakin baik."Ish ... ngegombal aja. Namanya juga perempuan, ya cantik lah masa ganteng.""Serius, perempuan tercantik itu umma-nya Zava."Pria itu tersenyum lembut ke arahnya. Ruma spontan menyenderkan kepalanya manja sembari berjalan."Mas, aku takut," ucap Ruma tiba-tiba. Takut sekali terjadi sesuatu dengan Zava."Tidak apa-apa, itu hal yang wajar sayang. Kita terus berdoa ya, semoga Zava segera sadar. Dia bisa pulang lagi ke rumah." Satu tangan pria itu mengusap puncak kepalanya. Ruma mengangguk pelan. Rasanya sudah tidak sabar mendengar kabar baik itu. Setiap kali ke ruang rawat bayi mungil itu, hati Ruma nelangsa dibuatnya."Dokter Raja! Baby Zava, Dokter!"Seorang perawat mengabari dengan tergesa."Iya Sus, ada apa dengan bayiku?" Pria itu langsung ke ruang NICU.Bayi mungil itu sudah tidak bernapas.
Read more

Bab 98

"Mas, tidur, jangan menatapku seperti itu," tegur Ruma tersenyum. Masih suka salting kalau ditatap lama-lama biarpun sudah menjadi suami istri. "Kangen Dek, udah berapa lama ya enggak berkunjung. Apa malam ini boleh?" pinta pria itu mengingat sudah lama menganggur. Rasanya rindu sekali, tetapi tentunya harus atas persetujuan istrinya juga. Ruma juga kangen, hanya saja dia bijak menyembunyikannya. Bukannya mengiyakan, perempuan itu malah beranjak memeluknya.Raja tersenyum sembari mengelus punggungnya. Memberikan pelukan paling ikhlas walau setelahnya sedikit menuntut karena tidak bisa menahan setiap kali berdekatan seperti ini. Ada hasrat yang membendung minta disalurkan."Hai ... nggak tidur kan? Beneran kangen loh," ujar pria itu mengelus pipinya.Ruma mendongak, netra keduanya saling bertaut penuh kerinduan. Refleks saling mendekat, mempertemukan bibir mereka. Membiarkan indera perasa itu saling menyapa. Membelit rindu yang terpendam.Malam itu melodi cinta kembali bersua. Menyer
Read more

Bab 99

Beberapa hari ini Raja terlihat begitu sibuk di rumah sakit. Terkadang dia pulang malam karena ada pasien yang harus ditangani. Beruntung suami istri itu mempunyai profesi di bidang yang sama, jadi Ruma cukup maklum dengan tidak adanya kabar seharian. Ya, karena sibuk, Raja sampai kadang tidak sempat balas pesan. Atau menerima pesan sekarang balasnya nanti beberapa jam kemudian. Malam ini juga Raja pulang terlambat. Dia hanya bisa menunggu dengan sabar di rumahnya. Hal yang paling menyenangkan itu, ketika tengah menunggu, lalu mendengar kendaraan suaminya masuk rumah. Hati Ruma langsung lega. "Assalamu'alaikum ...," ucap Raja begitu memasuki rumah. Pria itu terlihat lelah, tetapi masih bisa senyum. "Waalaikumsalam ...," jawab Ruma menyambutnya dengan sumringah. Seperti biasa, pria itu akan membalas dengan kecupan sayang di keningnya setelah Ruma menyambutnya dengan takzim. "Mandi dulu Mas, sudah aku siapkan airnya," ucap Ruma mengiringi langkah Raja ke kamar. "Terima kasih, sayan
Read more

Bab 100

LDR tiga hari berasa sewindu. Untungnya Ruma sudah mulai sibuk dinas jadi tidak terlalu kesepian. Aktivitasnya cukup padat sejak hari pertama masuk. Ruma berjaga di IGD. Dia bertugas dari pagi hingga sekitar pukul empat sore. Seharusnya Ruma tertib pulang setelah tugasnya hari ini selesai. Namun, berhubung Raja juga sedang tidak di rumah, jadi dia memutuskan untuk jalan bersama sahabatnya. Ya, ini adalah pertemuan tiga sekawan setelah sempat terjadi banyaknya ujian yang menimpa Ruma. Dia merasa jauh lebih baik dan bisa menjalankan kehidupannya normal kembali. "Seneng banget, akhirnya kita bisa hang out kaya gini lagi."Kesibukan membuat tiga perempuan itu jarang ada waktu bersama. Saat ada kesempatan begini, rasanya seperti kembali ke masa muda lagi. Memang pada dasarnya belum terlalu tua juga. "Terakhir kapan ya. Udah lama banget nggak sih.""Huum, apalagi aku. Hampir lupa kapan menikmati hidup. Tapi sekarang nggak ding. Suamiku baik banget, plus perhatian. Walaupun jarang keluar
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status