Home / Pernikahan / Kau Bisa Apa Tanpaku, Mas? / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Kau Bisa Apa Tanpaku, Mas?: Chapter 51 - Chapter 60

218 Chapters

Minta nafkah

"M-Mas Bian?"Salma begitu kaget saat menjumpai Bian yang ternyata sudah berdiri didepan kamar. Rasa takut mulai menghinggapi. Bagaimana, jika lelaki itu mendengar semua percakapannya sedari tadi?"Mas udah lama di sini?" lanjut Salma lagi.Bian berusaha mengontrol emosinya. Tidak! Belum saatnya Bian harus melampiaskan emosinya. Dia harus mencari tahu terlebih dulu, siapa lelaki yang menjadi selingkuhan Salma."Baru aja," jawab Bian singkat."Apa Mas tadi dengar apa yang aku ucapin di telfon?""Nggak," geleng Bian berbohong. "Memangnya, apa yang kamu ucapin?""Ah, nggak ada," geleng Salma. Dalam hati, dia merasa sangat lega setelah mendengar jawaban Bian."Memangnya, kamu lagi bicara sama siapa?" tanya Bian, berpura-pura ingin tahu."Ehm, sama temenku, Mas!""Cewek apa cowok?""Jelas cewek, dong! Masa' cowok, sih? Nanti, kamu malah cemburu, lagi."Bian menarik napas panjang. Saat salma hendak memeluk lengannya seperti biasa, lelaki itu langsung mencari alasan untuk pergi."Aku mau mas
last updateLast Updated : 2024-04-17
Read more

Menjemput Ibu

"Darimana kamu?" tanya Bian saat Salma baru saja memasuki rumah."Dari rumah Najwa," jawab Salma dengan wajah cemberut."Ngapain?""Minta nafkah.""Hah?" Bian terkejut dengan jawaban Salma. "Ngapain kamu minta nafkah sama dia?" tanyanya keheranan."Ya, karena kamu udah nggak mau nafkahi aku lah, Mas! Jadi, otomatis yang harus menggantikan tugas kamu ya Mbak Najwa.""Dikasih?""Nggak," jawab Salma ketus. "Istri pertama kamu itu beneran pelit banget deh, Mas! Padahal, apa salahnya dia membantu kita yang lagi kesulitan? Kan, kita ini keluarganya juga.""Sudahlah, Salma! Nggak usah memperkeruh suasana. Kalau kamu terus bersikap begini, yang ada Najwa malah makin ilfeel sama kita."Salma menatap Bian dengan tatapan kesal. Bagaimana tidak? Lelaki itu hanya pintar memberi nasehat tapi lupa menjalankan kewajiban."Ini semua juga salah kamu, Mas! Kenapa kamu nggak mau kasih aku uang lagi, hah?"Bian mengusap wajahnya kasar. "Kan, udah kubilang! Aku lagi mengalami kesulitan, Salma! Aku dipecat
last updateLast Updated : 2024-04-18
Read more

Memergoki

Bian meringis setelah selesai membayar biaya tambahan saat mengurus kepulangan sang Ibu. Kini, uang yang tersisa di ATM-nya benar-benar tinggal sedikit. Dia harus putar otak supaya bisa mencukupi kebutuhan hingga akhir bulan."Kamu kenapa, Bian?" tanya Bu Jannah."Nggak apa-apa, Bu," jawab Bian berbohong.Tak mungkin dia jujur pada sang Ibu bahwa saat ini dia sedang dalam kesulitan."Kalau gitu, yuk kita pulang sekarang! Ibu udah nggak sabar pengen nyampe rumah," ajak Bu Jannah sumringah."I-iya, Bu!" angguk Bian.*****"Loh, kamu kok malah pesan taksi online sih, Nak? Memangnya, mobil kamu kemana?" tanya Bu Jannah heran."Mobilnya sudah Bian jual, Bu," jawab Bian jujur."Dijual? Kenapa?" pekik Bu Jannah tak percaya."Untuk bayar biaya operasi Ibu waktu itu.""Loh, memangnya Najwa nggak kasih uang ke kamu? Kenapa malah mobil kamu yang harus dikorbankan? Dia kan punya uang banyak.""Nanti Bian jelasin ya, Bu!" ucap Bian menenangkan sang Ibu.Setelah itu, dia pun membantu sang Ibu untuk
last updateLast Updated : 2024-04-19
Read more

Mengingat

"Kamu ngapain ngajakin aku kemari, sih?" tanya pria itu dengan gusar."Aku kangen sama kamu, Sayang!" rengek Salma manja sembari memeluk sang kekasih dengan erat."Kamu apa-apaan, sih? Kalau suamimu tiba-tiba pulang, gimana?" Sang pria berusaha terbebas dari pelukan Salma."Kok, kamu sekarang jadi gini sih, sama aku? Mentang-mentang aku udah nggak pernah kasih kamu uang lagi, kamu malah jadi sejahat ini sama aku!" sungut Salma kesal.Bibir yang sudah ia poles dengan lipstik merah menyala tampak mengerucut. Tali lingerie yang sedikit melorot di bahunya, dia benarkan kembali.Padahal, Salma sengaja berdandan cetar dan seksi hanya demi menggoda sang kekasih. Namun, respon pria itu justru malah begitu dingin dan ketus."Bukannya gitu, Sayang! Tapi kan, kamu tahu sendiri kalau akhir-akhir ini aku lagi butuh uang banget. Aku terpaksa harus kerja banting tulang demi bayar uang kontrakan dan beli makanan. Belum lagi, aku juga harus bayar cicilan motor. Aku pusing, Sayang!" Pria itu menjambak
last updateLast Updated : 2024-04-19
Read more

Konsekuensi

"Ada apa ini, Mas Bian?" tanya salah seorang warga yang berdiri tepat didepan pintu rumah kontrakan Bian."Tolong tangkap perempuan itu, Pak! Dia sudah berzina dengan adik ipar saya sendiri. Dia juga telah mencelakai Ibu saya," pinta Bian pada Bapak-bapak tersebut."Minggir!" seru Salma panik. Dia berusaha mendorong pria paruh baya yang berdiri menghalangi pintu.Akan tetapi, dia tak lagi bisa berkutik ketika warga lain ikut datang dan menangkap dirinya yang berusaha untuk kabur."Ibu nggak apa-apa?" tanya Bian pada sang Ibu. Sigap, dia membantu sang Ibu untuk duduk kembali diatas kursi rodanya."Ibu nggak apa-apa," jawab Bu Jannah. "Kamu harus hukum perempuan jahanam itu, Nak! Gara-gara dia, kondisi Ibu jadi seperti ini."Tak berselang lama, Dika pun turut diseret paksa oleh para warga untuk keluar dari dalam kamar. Kondisi pria itu hanya mengenakan celana dalam. Wajahnya yang babak belur, tampak dia sembunyikan dibalik baju yang belum sempat ia kenakan."Mas, lebih baik mereka kita
last updateLast Updated : 2024-04-22
Read more

Konsekuensi part 2

"Ta-tapi, saya nggak ada uang sebanyak itu, Pak!" ucap Dika dengan suara gemetaran."Kalau kalian menolak membayar denda, siap-siap saja masuk penjara!" ancam Bian lagi."Mas, tega sekali kamu!" pekik Salma tak terima."Tentu saja aku tega. Manusia seperti kalian, tidak pantas untuk dihargai sama sekali.""Jadi, bagaimana keputusannya, Mas Dika? Bersedia bayar denda, atau perbuatan kalian diproses hukum saja?" tanya Kepala desa menengahi.Dika kembali tertunduk dalam. Ah, pikirannya benar-benar terasa buntu."Sayang, aku nggak mau dipenjara. Tolong, kamu bayar saja dendanya! Ya?" bujuk Salma sambil menatap Dika.Melihat cara pandang Salma pada Dika, Bian sadar betul bahwa wanita yang baru saja dia cerai itu sangat mencintai adik iparnya sendiri. Dan bodohnya, kenapa Bian baru sadar akan arti tatapan itu sekarang? Padahal, setiap kali Salma dan Dika bertemu, tatapan Salma memang selalu begitu walaupun mulutnya berpura-pura menghina Dika."Aku mau dapat uang darimana, Salma? Kan, kamu ta
last updateLast Updated : 2024-04-23
Read more

Mereka kembali

Salma syok mendengar pengakuan Dika. Hatinya patah oleh perkataan yang Dika keluarkan."Nggak. Jangan jadi laki-laki brengsek kamu, Dik! Setelah semua hal yang aku kasih ke kamu, kenapa kamu malah tega giniin aku?" pekik Salma dengan amarah yang kian membuncah."Aku udah kasih semuanya loh, buat kamu! Aku bahkan selalu sisihin uang pemberian Mas Bian setiap bulannya untuk kamu. Tapi, kenapa balasan kamu malah kayak gini? Kenapa kamu malah mencintai perempuan seperti Najwa, hah? Apa hebatnya dia dibanding aku?" lanjut Salma meraung murka."Jelas, Najwa lebih segalanya dibanding kamu, Salma! Najwa itu mahal. Dapetinnya susah. Bahkan, sudah hampir sah jadi janda pun, dia tetap menjaga harga dirinya sebagai seorang wanita yang bermartabat." Dika menatap Salma sambil tersenyum sinis. "Beda sama kamu yang dari sananya udah murahan. Yang mau-maunya aja ditiduri lelaki manapun padahal sudah punya suami," lanjut Dika lagi."Diam, Dik!" hardik Salma.Sementara itu, Bian yang terlihat fokus mend
last updateLast Updated : 2024-04-25
Read more

Diusir lagi

"Kenapa masih berdiri disitu? Kamu nggak dengar apa kata Ibu, ya? Minggir, Najwa!" ucap Bu Jannah ketus."Siapa yang mengizinkan Ibu dan Mas Bian masuk?""Ya, nggak ada. Kenapa juga harus minta izin? Ini kan, rumah Ibu dan Bian juga," jawab Bu Jannah."Ini rumah saya, Bu! Bukan rumah Ibu dan juga Mas Bian. Ngerti?""Walaupun rumah ini dibangun sama Kakek kamu, tapi tetap saja Ibu dan Bian juga punya hak. Bukankah, kami ini mertua dan juga suami kamu?"Hah! Najwa benar-benar merasa speechless. Ada ya, spesies langka seperti kedua manusia ini dimuka bumi?"Saya sudah menggugat cerai Mas Bian, Bu! Jadi, kami sudah tidak bisa tinggal serumah lagi.""Bian menolak gugatan perceraian itu. Jadi, tidak akan pernah ada perpisahan diantara kalian. Paham?""Biar nanti pengadilan agama saja yang menentukan, Bu!"Bu Jannah menghela napas kasar. Najwa memang sangat keras dan tegas. Persis, seperti deskripsi Bian saat hendak berangkat tadi."Kata talak itu, adanya pada suami. Jadi, hakim pengadilan ag
last updateLast Updated : 2024-05-01
Read more

Bingung

"Mereka udah pada pergi, Bi?" tanya Najwa saat Bi Iroh kembali masuk ke dalam."Alhamdulillah, sudah, Mbak. Tadi, udah ta' usir," jawab Bi Iroh dengan bangganya."Bagus, kalau begitu. Terimakasih banyak, ya, Bi. Besok-besok, kalau mereka datang lagi pas saya nggak ada, langsung usir aja. Nggak usah dikasih hati.""Baik, Mbak," angguk Bi Iroh patuh. "Tapi, Mbak... memangnya, mereka siapa?"Najwa menghela napas panjang. "Mereka calon mantan suami dan mertua saya, Bi.""Oh, gitu," Bi Iroh manggut-manggut. "Wajar sih, kalau Mbak Najwa ngusir mereka. Wong, mulut mereka berdua pada kayak mercon kalau lagi ngomong. Kayak manusia yang nggak pernah diajari sopan-santun. Terutama, Ibu mertua Mbak Najwa itu, tuh! Sudah duduk di kursi roda begitu, tapi masih aja, mulutnya nggak bisa disaring kalau lagi ngomong.""Mereka memang kayak gitu, Bi. Makanya, saya memutuskan untuk terlepas dari mereka.""Harus itu, Mbak! Sebagai wanita yang mandiri, seharusnya Mbak Najwa nggak perlu tuh, miara benalu kay
last updateLast Updated : 2024-05-03
Read more

Perlawanan Najwa

Pagi-pagi sekali, Najwa sudah siap untuk berangkat ke pengadilan agama. Hari ini merupakan agenda sidang kedua perceraian antara dirinya dan juga Bian.Diparkiran pengadilan agama, Najwa kembali bertemu dengan Bian. Namun, kali ini lelaki itu tak sendiri. Dia terlihat membawa serta sang Ibu bersamanya."Najwa!" panggil Bian seraya mendorong kursi roda sang Ibu mendekati Najwa."Ada apa?" tanya Najwa datar. Dia melipat kedua tangannya didepan dada, sembari berdiri dengan tegak disamping mobil gagahnya."Mobil siapa ini? Apa mobil kamu, Wa?" celetuk Bu Jannah dengan tatapan berbinar-binar."Alhamdulillah, Bu," sahut Najwa. "Ini memang mobil saya.""Bagus sekali. Pasti, menyenangkan kalau mobil ini kita bawa jalan-jalan ke rumah saudara kita, Bian." Bu Jannah mendongak menatap putranya. "Mereka pasti akan sangat menghargai kita dan memuji-muji kamu."Bian nyengir. Merasa agak malu gara-gara perkataan sang Ibu. Sementara, Najwa tampak melongo. Dia tak menyangka, Bu Jannah akan berucap sep
last updateLast Updated : 2024-05-03
Read more
PREV
1
...
45678
...
22
DMCA.com Protection Status