Home / Pernikahan / Kau Bisa Apa Tanpaku, Mas? / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of Kau Bisa Apa Tanpaku, Mas?: Chapter 201 - Chapter 210

218 Chapters

Tak pernah merebut siapapun

"Kamu... Dasar laki-laki jahat!! Bisa-bisanya, kamu memenjarakan anak saya yang sedang hamil! Tidak punya hati! Laki-laki biadab!"Bu Sephia mengamuk saat melihat kehadiran Deva bersama dengan pengacaranya di kantor polisi. Wanita paruh baya itu hendak memukuli Deva namun dihalangi oleh dua orang petugas polisi."Itu akibatnya jika kalian berani bermain-main dengan saya!" timpal Deva dengan senyuman miring."Kamu... kamu benar-benar tak punya hati! Padahal, apa salahnya jika kamu menikahi putri saya, hah? Apa salahnya, kamu memberi status yang jelas pada calon cucu saya?""Jelas salah, Tante! Karena saya... bukan pemilik benih yang tertanam di rahim Intan.""Anak itu anak kamu! Jangan mencoba untuk menyangkalnya, Deva!" teriak Bu Sephia dengan suara menggelegar."Kalau begitu, bagaimana kalau kita buktikan lewat tes DNA?" tantang Deva.Wajah Bu Sephia mendadak pias. Garang yang sedari tadi terlihat seketika surut tak bersisa."Untuk apa tes DNA? Apa kamu ingin, supaya putri saya semak
last updateLast Updated : 2024-08-02
Read more

Karena dia

"Mas nggak usah ikut campur, deh! Lagian, situ siapa, sih?""Saya teman dari wanita itu," jawab pria tersebut sambil menatap Najwa sendu. "Sekarang... bisa kalian pergi? Kalau tidak, saya akan benar-benar melaporkan kalian ke polisi.""Laporin aja kalau situ punya bukti," ucap seorang ibu-ibu dengan sinis."Saya sudah merekam kejadian tadi di HP saya," ucap pria itu sambil menggoyang-goyangkan ponsel yang ada ditangannya. "Semuanya... tanpa terlewat sedikit pun."Beberapa Ibu-ibu langsung terlihat panik. Mereka tentu saja tak mau ditangkap polisi. Apa kata suami mereka nanti?"Ka-kami cuma ikut-ikutan aja, kok," ucap salah satunya memberi alasan."I-iya," angguk yang lain membenarkan."Ikut-ikutan atau tidak, tetap saja tindakan kalian ini sudah merugikan orang lain. Dan, jika orang yang dirugikan itu merasa keberatan, maka kalian bisa mendekam dipenjara dan dituntut ganti rugi.""Tapi, dia kan pelakor. Wajar dong, dia dapat sanksi sosial!""Ada buktinya kalau perempuan ini adalah pel
last updateLast Updated : 2024-08-06
Read more

Janji Deva

"Sekali lagi aku bilang... kamu nggak perlu ikut campur!" tegas Najwa. "Aku masih menunggu kamu! Tinggalkan dia, Wa! Aku mohon!" Galih memasang tampang memelas. Berharap, tatapan matanya yang sendu dapat membuat Najwa tersentuh. "Ayo, Bi! Nggak ada gunanya kita mendengar omong kosong dari manusia seperti dia." Galih menahan geram. Sampai detik ini, Najwa tak sedikit pun melirik ke arahnya. Padahal, Galih merasa bahwa dirinya telah menjadi pria yang nyaris sempurna. Menurut Galih, dia adalah pria yang paling dibutuhkan Najwa dalam hidupnya. "Aku jauh lebih baik dari dia, Wa! Aku jauh lebih baik!" desis Galih saat melihat punggung Najwa yang semakin bergerak menjauhinya.Sepasang mata pria itu terlihat sendu. Dihiasi dengan kaca-kaca tipis yang mungkin sebentar lagi akan luruh menjadi butiran bening. * "Astagfirullah!! Kalian kenapa?" pekik Bu Dahlia saat melihat kondisi Najwa dan Bi Iroh yang sangat berantakan. Aroma tak sedap tercium dari tubuh keduanya. Pakaian mereka juga t
last updateLast Updated : 2024-08-07
Read more

Tak mau bermusuhan

Najwa tersenyum haru kala mendengar janji itu. Demi Allah! Najwa sangat percaya akan apa yang suaminya katakan. Bagi Najwa, apapun yang suaminya katakan adalah sebuah janji yang mustahil akan pria itu ingkari."Maaf! Aku nggak ada disaat kamu sedang kesulitan. Aku benar-benar minta maaf!" lanjut Deva dengan suara serak.Menyadari itu, Najwa langsung mendongak menatap wajah sang suami. Sesuai dugaannya, rupanya pria itu sedang menangis."Mas... aku nggak apa-apa," lirih Najwa sembari menghapus air mata sang suami."Kamu bohong, Sayang! Aku tahu, kalau kamu sedang nggak baik-baik aja. Mereka nggak hanya nyakitin fisik kamu aja, kan? Pasti mereka juga nyakitin hati kamu."Deva mencium jemari dan telapak tangan Najwa berkali-kali."Mas... tadinya aku memang nggak baik-baik aja. Tapi, setelah melihat dan merasakan perhatian kamu, rasanya luka aku sembuh begitu cepat. Kamu obatnya, Mas! Mau aku terluka berapa kali pun karena orang lain, kamulah obat yang paling aku harapkan sebagai penawarn
last updateLast Updated : 2024-08-07
Read more

Tamparan

"Intan!! Ntan!" teriak Bu Sephia dengan nada panik.Air mata wanita paruh baya itu berguguran sesaat setelah dirinya mendengar kabar duka yang diberikan oleh sekretaris sang suami di kantor."Ada apa, Ma? Kok, teriak-teriak gitu?" tanya Intan dengan nada malas. Dia baru saja membuka pintu dengan rambut yang terlihat basah."Papa, Ntan!! Papa...," kata Bu Sephia dengan suara parau."Papa kenapa, Ma?" Intan kali ini mulai memasang wajah tegang dan panik."Pa-pa... Pa-pa... Papa lompat dari atap gedung kantor!"Degh!Jantung Intan serasa ditikam begitu cepat. Perih dan sakit bercampur jadi satu."Apa? Kok, bisa?"Bu Sephia menggeleng. Air matanya semakin mengalir deras membasahi pipinya yang berbalut bedak cukup tebal."Mama juga nggak tahu, Ntan!" geleng Bu Sephia. "Kita ke rumah sakit sekarang, ya! Kita harus lihat Papa!"Intan mengangguk cepat. Dengan penampilan seadanya, Intan langsung menyambar tas dan ponsel lalu berjalan menuntun sang Ibu sedikit terburu-buru menuju ke arah mobil.
last updateLast Updated : 2024-08-09
Read more

Tiga hari

"Mas Indra...," lirih Intan berderai air mata.Sementara, Indra masih menatap sang adik dengan penuh kemurkaan. Matanya yang membulat lebar, bagai hendak memangsa adiknya sendiri."Kamu puas, sudah membuat Papa jadi seperti ini? Kamu puas, sudah menghancurkan keluarga kamu sendiri?" cecar Indra dengan mata memerah."Intan nggak salah, Ndra!" ujar sang Ibu memberi pembelaan. "Semua ini bukan salah adikmu. Tapi, salah Deva!"Intan hanya terus menangis. Dia berusaha berlindung dibalik punggung sang Ibu."Mama mau menyalahkan Deva lagi?" Indra tertawa sumbang. "Apa Mama masih waras? Jelas-jelas, semua ini terjadi karena ulah Intan, Ma! Andai dia tidak pernah mengusik Deva, maka kejadian ini nggak akan pernah ada.""Tetap saja Deva yang salah! Seandainya, dia tidak melakukan konferensi pers itu, mungkin nama baik dan perusahaan keluarga kita akan tetap baik-baik saja, Ndra!" balas Bu Sephia keukeuh.Indra mengusap wajahnya kasar. Dia tak tahu lagi harus menyadarkan Ibunya dengan cara apa.
last updateLast Updated : 2024-08-11
Read more

Intan klarifikasi

"Mas...," panggil Najwa. Langkah Deva pun seketika terhenti. Pria tampan itu menoleh menatap sang pujaan hati. Kekasih halal yang kini bukan sekadar mimpi. "Kenapa?" tanya Deva. "Soal Mbak Intan..." Deva menghela napas panjang. "Kita lihat saja nanti. Jika dalam tiga hari mereka masih mempermainkan kita, maka tidak akan ada toleransi lagi. Masa bodoh dengan keadaan dia yang sedang berbadan dua." Najwa pun menganggukkan kepalanya. Dia mencoba tersenyum. "Kita jalan-jalan ke Mall yuk, Sayang! Mumpung hari ini aku lagi free," ajak Deva. Barangkali, jalan-jalan bisa mengembalikan keceriaan sang istri yang sedari kemarin terlihat lebih banyak bersedih. Mungkin, masih kepikiran soal perbuatan Ibu-ibu yang melabraknya di pasar. "Nggak, ah, Mas!" geleng Najwa menolak. "Aku... lagi nggak mood." Deva menatap sang istri dalam-dalam. Dia tahu, sang istri hanya sedang mengarang alasan. Tampaknya, kejadian kemarin masih menyisakan trauma bagi sang istri. "Kalau makan aja, gimana?" Lagi,
last updateLast Updated : 2024-08-11
Read more

Bebaskan mereka!

Sehari sebelumya..."Sini, kamu!" Indra menyeret sang adik menuju ke arah gudang usai pemakaman sang Ayah selesai dilaksanakan malam itu juga."Ada apa, Mas?" tanya Intan."Besok, aku nggak mau tahu! Kamu harus buat konferensi pers untuk meminta maaf kepada Pak Deva dan juga Mbak Najwa! Kamu harus mengembalikan reputasi dan nama baik mereka!""Tidak akan," geleng Intan tegas.Dia berniat pergi namun Indra menahan pergelangan tangannya."Mau kemana, kamu?" tanya Indra dengan mata melotot."Mau pergi!" jawab Intan. "Lepasin, Mas! Mas Indra tidak berhak mengatur-atur aku!""Oh, ya?" Indra tersenyum miring. "Jadi, kamu menolak untuk aku urusi lagi?"Sedikit meninggikan nyali, Intan mengangguk."Ya, aku nggak butuh Mas Indra!" jawabnya percaya diri."Kalau begitu, silakan kamu keluar dan temui semua teman-teman Papa yang ada di sana! Jangan lupa! Siapkan uang cash atau apapun untuk membayar
last updateLast Updated : 2024-08-12
Read more

Halimah kenal

"Kenapa mereka harus dibebaskan?" tanya Deva tak mengerti."Kasihan anak-anak mereka," jawab Najwa."Tapi, mereka sudah merugikan kamu. Mereka sudah menyakiti kamu.""Aku baik-baik saja, Mas! Sungguh!" timpal Najwa cepat.Dia menghampiri sang suami. Mengelus pelan lengan pria itu dengan penuh kelembutan."Kamu yakin?" tanya Deva memastikan.Walaupun hati sebenarnya tidak ingin membebaskan orang-orang itu, namun Deva harus mengalah pada keputusan sang istri. Apapun akan dia lakukan demi melihat senyum sang istri yang begitu indah terbit kembali."Iya.""Ted, tolong lakukan apa yang istri saya minta!" titah Deva pada sang asisten."Baik, Pak!" angguk Teddy patuh."Mbak... terimakasih," ucap seorang ibu-ibu sambil mendekati Najwa. "Dan juga... maafkan saya. Saya mengaku salah."Najwa menatap ke arah tersangka yang lain. Sama seperti teman mereka yang lebih dulu meminta maaf kepada Najwa, mereka juga terlihat sangat merasa bersalah."Saya juga minta maaf, Mbak! Tidak seharusnya, saya term
last updateLast Updated : 2024-08-12
Read more

Terancam

"Jadi, kamu sekarang kerja di catering?" tanya Halimah pada lelaki yang usianya terpaut agak jauh dibawahnya itu.Galih menghela napas dalam-dalam. Dia mengangguk tanpa berani menatap langsung ke arah mata mantan atasannya itu."Najwa juga akan datang ke pesta ini. Saya harap, kamu tidak akan berbuat nekat lagi seperti dulu!" peringat Halimah.Lelaki itu hanya diam saja. Sejujurnya, dia teramat bahagia karena akhirnya bisa bertemu dengan Najwa lagi.Akan tetapi, disudut hati yang lain, Galih justru merasa malu. Bagaimana tidak? Pekerjaannya sekarang hanya seorang karyawan catering. Pelayan, yang derajatnya bahkan dipandang sangat rendah oleh sebagian kalangan berada."Saya harus pergi sekarang, Bu! Permisi!" pamit Galih."Galih, tunggu!"Namun, pria itu tak mau menggubris panggilan Halimah sedikitpun. Baginya, Halimah hanya sekadar mantan atasan. Tak ada kewajiban Galih lagi untuk menghormati apalagi menuruti perintah da
last updateLast Updated : 2024-08-13
Read more
PREV
1
...
171819202122
DMCA.com Protection Status