All Chapters of Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak: Chapter 21 - Chapter 30

61 Chapters

21. Kemarahan Selin

Malam ini Revan merenung di kamarnya yang ada di rumah ibunya, besok dirinya akan menikah dan ibunya memaksanya datang ke sini. Banyak pikiran yang berkecamuk di otak Revan. Perasaannya mendadak tidak enak karena takut pernikahan besok akan gagal mengingat ibunya tidak setuju dengan Dara. Revan sudah lama menyukai perempuan itu, andai Dara mudah diajak kerja sama sejak lama, Revan juga tidak akan melecehkan perempuan itu. Namun, Revan tidak peduli, mau bagaimana cara dia menikah dengan Dara, yang penting dia bersama perempuan itu. “Revan, keluar sebentar!” pinta Selin membuat Revan tersentak. Revan segera berdiri dan menuju pintu kamarnya, saat pria itu membukanya, ia melihat Selin yang menatapnya dengan lekat. “Ada apa?” tanya Revan. “Pikirkan sekali lagi pilihanmu!” titah Selin. “Apa yang membuat Ibu tidak yakin dengan Dara?” tanya Revan balik. “Sudah ibu bilang kalau kalian tidak setara, itu hanya membuat kamu susah nantinya, Revan. Latar pendidikan, latar keluarga sudah beda
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

22. Pengantin Pengganti

Hari pernikahan yang Revan tunggu-tunggu pun tiba. Revan tampak menawan dengan tuxedo berwarna grey yang dia kenakan, pria itu menunggu kedatangan calon istri ke tempat pernikahan. Semalam Revan menginap di depan rumah Dara, baru jam tiga dini hari dia harus pergi karena masih ada urusan, sedangkan Dara masih berdandan di rumah karena Revan sudah mengirim beberapa orang untuk membuat istrinya tampak cantik. “Kakak, gimana perasaan Kakak? Senang kan? Atau deg-degan?” tanya Risya menghampiri Kakaknya dengan senyum sumringah yang menghiasi wajahnya. Revan hanya tersenyum tipis karena dalam hatinya pun juga sangat deg-degan. Pernikahan akan diadakan pukul sembilan pagi, tetapi sudah jam setengah sembilan Dara tidak kunjung datang. “Risya, sudah menelfon orang yang Kakak suruh mendandani Dara?” tanya Revan. “Sudah, katanya sebentar lagi,” jawab Risya. “Revan, Dara tidak akan datang. Sedangkan tamu sudah ada di sini,” ucap Selin menghampiri anaknya. Revan tidak menanggapi orang tuanya,
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

23. Cemburu?

Pernikahan besar-besaran dilakukan Revan dengan mengundang banyak orang. Kini tamu undangan berbondong menghampiri Revan untuk memberi pria itu selamat. Pun dengan Revan yang menyambut mereka dengan senang. Sedangkan Dara celingak-celinguk untuk mencari adik dan Ayahnya karena takut keduanya hilang di antara banyaknya orang di sana. “Hei, fokus padaku saja!” titah Revan pada sang istri. “Aku takut Ayah dan adikku hilang,” jawab Dara. “Tenang saja, mereka pasti baik-baik saja,” ujar Revan. Meski Revan mengatakan demikian, tetapi Dara tidak bisa tenang karena tadi saja saat berangkat ke sini dia dihadang oleh orang suruhan Selin. Revan mengusap tangan Dara untuk menenangkan istrinya. Kalau dalam mode seperti ini, Revan dan Dara tidak seperti menikah atas perjanjian, melainkan atas dasar suka sama suka. Dokter Arhan mendekati Dara dan Revan seraya mengusung senyumnya. Ada dua pengantin di sana, tetapi yang disenyumin Arhan hanya pengantin perempuan. Saat melihat Arhan, di otak Revan
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

24. Ribut Terus

Suara tangisan anak kecil terdengar memilukan sampai wajahnya banjir air mata. Bocah itu juga mendorong-dorong tubuh Revan dengan sekuat tenaga dengan tangan mungilnya. “Huwaa … hiks hiks hiks … jangan bawa kakakku, hiks hiks … huwa … Kak Dokter jahat!” teriak Kaivan kencang seraya menangis sampai bahunya bergetar. Bocah itu meraung, merengek dan membuka lebar-lebar bibirnya untuk menangis agar Revan tidak membawa Kakaknya. “Kaivan, kita pulang dulu. Nanti ketemu lagi sama Kak Dara,” ujar Sahrul menenangkan anaknya. “Gak mau … gak mau, aku mau sama Kak Dara,” jawab Kaivan terus mendorong Revan agar tidak mendekati Kakaknya. Dara menatap adiknya dengan mata berkaca-kaca, dia pun tidak tega meninggalkan adiknya yang di rumah bersama ayahnya saja. Sejak kecil adiknya tidak merasakan punya ibu, dan sekarang saat usia adiknya masih lima tahun, dia juga menikah. Saat ini mereka masih berada di gedung pernikahan, tetapi tamu sudah pulang dan tinggallah keluarga inti. Revan “Sudah ibu bi
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

25. Perhatian

Pagi ini Revan dan Kaivan duduk saling berdampingan di meja makan. Tidak ada yang membuka suara sedikit pun, hanya lirikan tajam Revan pada Kaivan, pun dengan sebaliknya. Semalam Revan menurunkan paksa Kaivan di kamar bocah itu dan menguncinya dari luar, baru dibuka Revan pagi ini. Hal itu membuat Kaivan marah. “Kak Dara, meski rumah ini bagus. Lebih baik kita di rumah kita yang lama,” ucap Kaivan membuat Dara yang tengah memasak pun menoleh. Dara melihat Revan dan Kaivan saling melirik tajam. “Dimana-mana lebih enak rumah bagus,” sambar Revan. “Kak Dara, makanan apapun aku suka. Aku gak rewel. Kakak gak usah masak banyak-banyak, nanti Kakak capek,” oceh Kaivan. “Makanan apapun aku juga suka, kalau capek nanti aku pijitin. Aku yang perhatian sampai melakukan tindakan, tidak hanya perkataan saja,” sambar Revan yang tidak mau mengalah dengan Kaivan. Usia boleh beda jauh, tapi mereka berebut perhatian Dara sama-sama. “Sudahlah jangan bertengkar!” pinta Dara yang kini menata makanan
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

26. Ungkapan Hati Revan

Satu minggu sudah Dara dan Revan menikah, tidak ada kegiatan yang berarti untuk pengantin baru itu kecuali bercinta. Dara juga terlihat sedikit dingin dengan suaminya meski suaminya mencukupi semua kebutuhannya, pun dengan Kaivan yang tidak mencari gara-gara dengan Revan lagi. Malam ini Revan duduk di ruang tengah seraya menyalakan televisi, tetapi tatapan matanya kosong ke arah sana. Entah kenapa Revan seperti memiliki salah kepada Dara, padahal harusnya apapun yang dia lakukan pada Dara, Dara tidak berhak protes karena dia sudah membeli seluruh hidup Dara. “Ini gajah, aku kalau besar pengen jadi gajah,” ucap Kaivan yang tengah belajar tidak jauh dari Revan. Meski Kaivan belum sekolah, tetapi Dara mengajari adiknya agar kalau sekolah bisa mengimbangi teman-temannya. “Hustt, jangan kenceng-kenceng!” bisik Dara. “Kakak, kenapa kakak kelihatan takut sama Kak Revan? Kenapa kita tidak pulang ke rumah saja? Daripada di sini ada orang jahat,” tanya Kaivan setengah mengeraskan suaranya u
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

27. Setan Gentayangan

Malam ini terasa mencekam bagi Dara, pasalnya saat ini adiknya berada di ruang ICU dengan berbagai alat yang terpasang di tubuh kecilnya. Usia adiknya masih sangat kecil, tetapi sudah mendapatkan penderitaan yang sangat banyak. Dara tidak diperkenankan masuk, perempuan itu hanya bisa menangis sembari melihat di kaca. Keadaan adiknya yang seperti ini membuat hati Dara sanga sakit, kalau bisa dia ingin menggantikan adiknya saja.“Dara, ayo duduk!” ajak Revan pada Dara. “Kenapa tidak langsung melakukan transplantasi tulang belakang? Kamu sudah bilang kalau akan melakukannya. Kenapa lama sekali?” tanya Dara bertubi-tubi. “Dara, sesuai prosedur sebelum transplantasi harus dilakukan regimen conditioning selama tujuh sampai sepuluh hari, tidak bisa langsung melakukan tindakan,” jelas Revan, “Tapi adikku sudah seperti ini, Revan. Aku tidak ingin adikku kenapa-napa. Kamu periksa sumsung tulang belakangku, ambil saja kalau cocok untuk adikku!” pinta Dara bertubi-tubi “Dara, tidak bisa semba
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

28. Butuh Ungkapan

Revan mengelus wajah Dara yang tampak pucat, pria itu terpaksa memukul leher belakang Dara agar Dara istirahat. Dengan perlahan Revan mencium kening istrinya, hal yang sangat jarang Revan lakukan karena pria itu lebih sering mencium bibir Dara dengan brutal. Suara bel berbunyi terdengar, Revan tidak menanggapi karena malas menerima tamu. Namun, semakin lama bel berbunyi semakin kencang. Dara menggeliat dalam tidurnya, Revan menepuk-nepuk pipi Dara dengan pelan agar Dara kembali nyenyak. “Dasar sialan,” maki Revan yang kini berlalu pergi dari kamarnya untuk membukakan pintu sang tamu.Saat membuka pintu, Revan memutar bola matanya jengah karena melihat Devano yang kini menatapnya memelas. “Revan, bagaimana ini?” tanya Devano yang mendesak masuk. Namun Revan mendorong Devano. “Tidak usah masuk. Katakan saja di sini!” titah Revan yang kejam sekali. Namun, Devano tetap punya akal hingga bisa masuk ke rumah Revan, pria itu mendudukkan dirinya di sofa.“Katakan apa urusanmu!” titah Rev
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

29. Pengakuan Dara

“Risya, tunggu, Risya! Jangan mengajakku lagi!” pekik Dara saat Risya menarik tangannya paksa untuk menuju tempat tas yang terpajang mewah di etalase. Di tangan Dara penuh paper bag berisi baju, sepatu dan aksesoris, kini Risya masih mengajaknya membeli tas. Dara tidak enak dengan uang suaminya yang dia belikan barang-barang yang menurutnya tidak berguna. “Risya, aku tidak mau beli tas!” pekik Dara lagi. “Dara, uang suamimu sayang sekali kalau gak dihabiskan. Kita nikmati kemewahan ini dengan baik,” ujar Dara. “Risya, aku baru menikah dengan Kakakmu. Kalau aku menghabiskan banyak uang, aku yang tidak enak. Ini tadi saja hampir lima puluh juta,” tambah Dara menunjukkan paper bagnya. “Aku akan memarahi Kak Revan kalau dia marah sama kamu. Jam tangannya saja seharga dua ratus lima puluh juta, belanjain kamu lima puluh juta saja marah,” seloroh Risya. “Risya, aku mohon. Ini saja!” pinta Dara yang tidak mau belanja lagi. Dara selalu merasa bersalah sudah merampas apa saja dari Revan.
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

30. Harus Tanggung Jawab

Malam ini Dara menunggu suaminya pulang, tetapi sampai jam dua belas malam suaminya belum menampilkan batang hidungnya membuat Dara gelisah. Sejak siang Dara sudah takut kalau suaminya marah-marah perkara uang yang dia habiskan hampir lima puluh juta, ditambah dia juga takut kena amukan saat suaminya capek pulang lembur. Dara duduk lesehan di lanai seraya merebahkan kepalanya di meja ruang tamu. Dara menahan rasa kantuknya yang semakin menyerangnya, kendati demikian Dara enggan tertidur. Namun, rasa kantuk itu tidak bisa terkendali hingga Dara jatuh terlelap. Bertepatan dengan itu Revan turun dari mobilnya yang sudah berhenti di depan rumahnya. Revan memijat otot lehernya yang terasa kaku karena hari ini banyak pasien mendadak dan observasi adik iparnya. Saat memasuki rumahnya, Revan disambut dengan Dara yang tidur di lantai dengan kepalanya di meja. Revan tersenyum menatap Dara dan menghampiri sang istri perlahan. “Dasar bodoh, kenapa menunggu di sini?” tanya Revan menjitak pelan
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status