Beranda / Romansa / FROM THE WEDDING HALL / Bab 101 - Bab 110

Semua Bab FROM THE WEDDING HALL: Bab 101 - Bab 110

115 Bab

101: MALAM BRUTAL

Remy mengerutkan keningnya melihat raut wajah Nesia yang sepertinya ketakutan. Lelaki itu mendekati Nesia yang duduk dengan gemetar dan tangan berkeringat. Namun, sebisa mungkin dia menyembunyikan apa yang menjadi kekhawatirannya agar Remy tidak mencurigai dirinya. Nesia kemudian tersenyum menyambut kedatangan Remy.“Tidak. Tidak ada apa-apa. Kamu sudah selesai makan?” tanya Nesia beringsut sedikit menjauh untuk memberi ruang pada Remy agar duduk di sebelahnya. Nesia menatap Remy tetapi hanya sekilas untuk menyembunyikan semuanya.“Sudah. Kamu tahu, selera makanku hilang kalau kamu tak ada di ruang makan bersamaku,” jawab Remy dengan lembut penuh rayuan, sementara tangannya menyingkirkan anak rambut yang menutup di kening Nesia.Perempuan itu beringsut kecil, tiba-tiba merasa kikuk. Padahal mereka sudah terbiasa berinteraksi dengan vulgar. Tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali hingga Nesia lupa menghitungnya.“Bukankah tadi kamu bilang akan berbicara dengan Lukas?” Nesia mengingatka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

102: POOR YOU, NESIA

Hari masih cukup pagi ketika Remy sudah siap dengan pakaian resminya. Perjalanan kali ini memang cukup jauh semenjak dia menikahi Nesia. Dan selama itu pula dia tak pernah meninggalkan Nesia dalam jangka waktu yang cukup lama, meskipun di awal pernikahan mereka tak akur.Remy berdiri di dekat ranjang yang semalam mereka gunakan untuk menuntaskan hasratnya hingga Remy merasakan sebuah kepuasan yang tiada tara. Lelaki itu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana panjangnya, menatap Nesia dengan pikiran yang entah bagaimana. Ada rasa enggan berangkat ke Singapore jika itu harus meninggalkan Nesia. Namun, membawanya ke Singapore jelas bukan sikap yang bijak. Alih-alih akan berunding dengan investor, Remy tak yakin akan ikut pertemuan karena bisa saja dia akan memilih untuk bergelung di kamar hotel bersama istrinya itu.Remy mendongak, menatap langit-langit kamar dan menghembuskan napasnya dengan perlahan. Dia bingung. Masa perjanjiannya suatu saat akan usai, dan mau tidak mau dia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

103: NAMA SAYA DONA

Setelah pembicaraan mengenai Remy yang menyangkal bahwa perasaannya bukanlah sebuah cinta itu membuat suasana hening. Keduanya terdiam, larut dalam pikiran masing-masing. Kalau Remy seolah menelaah kembali jawabannya, tetapi tidak demikian dengan Lukas. Yang berkecamuk dalam pikiran Lukas adalah bagaimana caranya memberitahu Nesia bahwa Remy tidak berubah sama sekali.Entah mengapa, lagi-lagi Lukas tak terima dengan sikap baik Remy selama ini jika ternyata itu hanyalah kamuflase untuk menjerat Nesia agar tetap berada di sisinya. Meski jelas tanpa cinta. Dan inilah yang Lukas sesali atas sikap baik Remy pada Nesia. Semua karena tendensi, bukan karena ketulusan.Padahal, Lukas melihat dengan mata dan kegundahan hatinya bahwa Nesia sudah terbawa arus sikap Remy yang seolah memuji dan mencintainya. Sementara baru saja Remy mengatakan bahwa dia tak butuh cinta hanya untuk bercinta. Tanpa sengaja Lukas menghembuskan napas berat. Ini memang bukan masalah dan urusannya. Tetapi Lukas merasa ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

104: SUMBER KEKACAUAN

Dona?Seketika Nesia menoleh, menatap Bu Maryam untuk memastikan apakah kalimat perempuan cantik di depannya itu benar ataukah salah. Namun, dari sorot mata Bu Mar yang seolah meminta maaf, tahulah Nesia bahwa perempuan di depannya ini memang benar-benar Dona. Perempuan calon istri Remy yang nekat meninggalkan pernikahannya sehingga membuat Nesia terpaksa berada di posisi sekarang ini.Untuk beberapa saat Nesia gamang tak tahu harus berkata dan bereaksi seperti apa. Namun, dia harus bisa menempatkan dirinya dengan baik di rumah ini mengingat bahwa dia adalah istri Remy yang sah secara hukum. Tidak. Tidak hanya secara hukum karena secara personal dia sudah melaksanakan kewajibannya sebagai istri Remy.“Oh, Nona Dona. Atau mungkin saya harus menyebut Anda dengan sebutan Nyonya?” tanya Nesia dengan nada tenang yang dipaksakan.Wajah Dona bersemu merah mendengar jawaban tak disangka seperti itu. ‘Siapa perempuan ini? Mengapa dia berada di rumah ini dan berkata seperti itu?’ Dona bertanya-
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

105: RAHASIA YANG TERBACA

Dengan mengendap, Dona meninggalkan tempatnya menguping. Jantungnya terus berdetak. Berbagai dugaan muncul di kepalanya mengenai keberadaan Nesia di rumah ini. Tak mungkin Remy mempekerjakan seorang asisten perempuan. Selama ini, keberadaan Lukas sudah cukup membantu keseharian Remy, itu yang Dona tahu.“Kalau memang hanya seorang asisten, mengapa dia bisa tinggal di lantai atas? Bukankah itu area pribadi Remy yang bahkan aku saja tidak diperbolehkan masuk ke kamarnya? Atau jangan-jangan perempuan ini peliharaan Remy? Pemuas hasratnya karena tidak jadi menikah denganku?” Dona bergumam sendirian sambil berjalan ke kamarnya yang juga kamar tamu itu.Dona masih berpikir keras mengenai keberadaan perempuan yang sedang muntah di dapur tadi. “Tunggu dulu! Memuaskan hasrat? Memuaskan hasrat Remy?” tanya Dona pada diri sendiri dengan senyumnya yang sinis merendahkan. “Bukankah dia lelaki dingin yang bahkan nyaris tak bisa digoda dengan rangsangan apapun? Memangnya apa yang bisa dilakukan oleh
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

106: MERASA BERKUASA

Tanpa Remy berada di kantor, entah mengapa begitu banyak berkas pekerjaan yang semuanya sepertinya minta untuk diperiksa dan ditangani dengan segera. Lukas tak habis pikir, mengapa jika ada Remy maka semuanya menjadi demikian mudah sementara dia tidak demikian gesit. Tak salah jika ayah mereka memberikan tanggung jawab ini pada Remy, bukan pada dirinya meski mereka sama-sama anaknya.Lukas sudah belajar giat dalam mengelola perusahaan ini. Tidak hanya belajar pada Remy sebagai senior dan juga pimpinan perusahaan ini. Namun, Lukas juga banyak belajar dari kolega mereka, dari orang-orang di perusahaan yang sudah lebih lama bekerja. Namun sekali lagi, Lukas tidak secerdas Remy.Maka, meskipun pekerjaan belum selesai tetapi Lukas sudah begitu penat. Dia harus pulang untuk melihat bagaimana Nesia hari ini, sebagaimana yang diamanatkan Remy tadi pagi. Jalanan kota senja ini basah karena hujan mengguyur semenjak satu jam lalu. Meski tidak begitu lebat namun cukup membuat kota ini tergenang a
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

107: PROVOKASI DONA

Mengabaikan panggilan Remy, Lukas bergegas ke lantai atas. Di ruangan luas yang ada di depan kamar Remy, Lukas bertemu dengan Bu Maryam yang membawa nampan berisi minuman. Lukas mengerutkan keningnya kemudian mendekati Bu Maryam.“Minuman untuk siapa, Bu Mar?”“Untuk Nyonya Nesia, Tuan Lukas.”“Memangnya mengapa harus diantar ke kamarnya?”Bu Mar berhenti menghadap Lukas. Matanya celingukan seolah waspada akan ada orang lain yang melihat keberadaan mereka berdua. Lukas heran sekaligus curiga dengan gerak gerik Bu Mar.“Ada apa, Bu Mar? Apakah ada sesuatu yang gawat?”“Sssttt … Nyonya Nesia sedang tidak enak badan, Tuan. Tadi siang muntah-muntah, makanya saya suruh istirahat. Ini saya buatkan minuman agar nyonya sedikit lega.”“Astaga, Bu Mar? Mengapa tidak menghubungi saya kalau Nesia sakit? Kalau terjadi apa-apa kita yang akan kena salah sama Tuan Remy,” jawab Lukas dengan panik dan bergegas menuju ke pintu kamar Remy yang sekarang juga menjadi kamar Nesia.Bu Mar berjalan mengikuti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

108: TEKAD LUKAS

Di kamar hotel tempat Remy menginap, laki-laki itu geram bukan kepalang melihat keberadaan Dona di rumahnya. Rasa rindunya pada Nesia yang beberapa saat tadi sempat terobati, kini menguap begitu saja dan berganti dengan rasa marah dan kesal karena ternyata Dona datang ke rumahnya pada saat dia tidak ada di rumah.“Hallo, Remy? Apa kabar, Sayang?” Sapaan Dona benar-benar membuat Remy ingin muntah mendengarnya.Remy tersenyum sinis. “Mengapa kamu ada di rumahku?” tanya Remy dengan sadis dan tegas.“Hei? Mengapa kamu bertanya seperti itu? Bukankah aku sudah biasa datang dan bahkan menginap di sini?” Dona balik bertanya dengan suara keras seolah menegaskan dan memberitahu pada Nesia yang ada di ruangan itu mengenai bagaimana dia dulu begitu bebas ke sini.“Sial!” Entah mengapa Remy menyesali jawaban Dona yang pasti terdengar oleh Nesia.“Apa kamu tidak memberitahu istri kontrakmu ini bahwa aku dulu sering menginap di sini? Atau jangan-jangan kamu menyembunyikan hubungan kita dulu, seperti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

109: SIKAP ANEH REMY

“Kalau Bu Maryam mengantuk, Bu Maryam bisa tidur di kasur itu. Biar saya yang berjaga.” Lukas yang menunggui Nesia di ruang rawat inap bersama Bu Mar menyuruh wanita itu tertidur. Lukas tahu kalau Bu Mar pasti lelah.“Lalu Tuan bagaimana?” Bu Mar menatap lesu lelaki itu. Memang dibandingkan dengan Remy, Lukas jauh lebih manusiawi dan lunak serta ramah. Meskipun sekarang Bu Mar mengakui bahwa Remy jauh lebih lunak dan manusiawi.“Saya bisa tidur di sofa.”Bu Maryam mengangguk kemudian menuju ke sebuah kasur kecil yang memang disediakan bagi keluarga pasien yang menjaga. Sebelum dia merebahkan diri, Bu Mar berpesan, “Nanti kalau Nyonya bangun, Tuan Lukas bangunkan saya saja.”Lukas mengangguk. Lelaki itu memilih duduk di sofa, menyelonjorkan kakinya yang panjang ke atas meja yang ada di depannya. Matanya menatap Nesia yang tertidur lelap di atas ranjang rumah sakit. Selang infus terlihat terpasang di tangan kanannya.Jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari, tetapi Lukas tak juga bis
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya

110: HAMIL?

Pagi menunjukkan pukul enam ketika Nesia menggeliat dan membuka matanya. Namun, ada yang membuatnya tak nyaman di bagian tangan. Nesia lalu melihat tangannya dan terkejut mendapati jarum infus terpasang di sana. Dia mencari-cari ke sekeliling untuk mencari tahu apa yang terjadi ketika matanya melihat Remy yang duduk dengan mata terpejam di sisi ranjangnya. Bu Maryam tak terlihat di ruangan itu karena beberapa saat tadi dia pamit untuk mencari kopi di kantin bawah.Nesia mengerutkan keningnya. “Remy?” Tanpa bisa dicegah, Nesia menyebut nama lelaki itu.Merasa ada yang memanggilnya meskipun pelan, Remy segera membuka matanya dan mendapati Nesia sudah terbangun.“Hei, Nes? Kamu sudah bangun?” tanya Remy yang bergegas mendekat pada Nesia, menyambut uluran tangan perempuan itu, dan menciumnya dengan lembut. Entahlah, dia lupa dengan kalimatnya bahwa dia tidak mencintai Nesia, bahwa dia hanya butuh perempuan itu tetap sehat agar bisa bercinta kapanpun dia mau. Tapi nyatanya? Nyawa Remy sepe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status