Home / Romansa / HASRAT MEMBARA SUGAR DADDY / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of HASRAT MEMBARA SUGAR DADDY: Chapter 11 - Chapter 20

151 Chapters

BAB 11 - Bertemu Mantan

Sebelum jam tujuh pagi, Bella sudah berada di mejanya, meja yang tepat berada di luar ruangan Marco. Mempersiapkan semua yang akan di bawa oleh Marco saat rapat nanti.Tak selang berapa lama Marco datang dengan wajah datar tetapi tetap terlihat cool, Bella segera bangun dari kursinya dan mengucapkan selamat pagi kepada Marco."Selamat pagi, pak." "Pagi." Marco hanya melirik Bella sepintas lalu masuk ke dalam ruangannya.Sejujurnya hati Marco merasa berdesir kala berhadapan dengan Bella, tapi Marco harus bisa menahan diri agar rahasianya dengan Bella tetap tertutup rapat.Bella masuk ke dalam ruangan, menyerahkan berkas dan schedule yang akan Marco lakukan hari ini."Pak, tolong tanda tangani berkas ini karena sudah harus di serahkan ke pihak marketing lalu jadwal bapak akan ada kunjungan dari investor jam sebelas siang." Ucap Bella dengan menyerahkan sejumlah berkas di hadapan Marco.Tidak sengaja Marco memegang tangan Bella, sontak Bella menjauh dan terkejut atas kejadian tidak ter
Read more

BAB 12 - Mulai Menyukainya

Hati Bella merasa sangat kesal karena pertemuannya dengan Ferry, terlebih ucapan-ucapan Ferry yang sangat tidak masuk akal, bertahun-tahun dia pergi tanpa kabar ataupun niat untuk menemui anaknya, malah sekarang dia memfitnah Bella mengandung anak dari pria lain.Bella menghempaskan tubuhnya di atas kursi empuk yang ada di apartemennya, rasanya dia ingin segera mengguyur badanya dengan air dingin, sejenak Bella memikirkan semua perkataan Ferry."Kenapa dia memfitnahku mengandung bayi pria lain? Bagaimana bisa?" "Ah bodoamat, dia sudah menjadi masalaluku dan takkan ku biarkan dia menemui Ethan." Cicit Bella bertanya dan di jawab sendiri. Lalu membawa tubuhnya untuk menyegarkan diri di kamar mandi.Selang beberapa menit setelah Bella sudah bersiap, bel apartemen berbunyi, sudah pasti itu Tuan Marco.Bella segera membukakan pintu, Marco yang memandang Bella begitu terkesima dengan dandanan Bella. Memakai lingerie panjang dengan lengan yang terbuka tapi memiliki jubah untuk menutupnya y
Read more

BAB 13 - kedekatan dengan Raffa

Hari ke acara sekolah Raffa telah tiba, Marco datang bersama dengan Bella mengenakan pakaian formal, Marco mengenakan setelan coat berwarna hitam ala Korea, Bella mengenakan setelan celana bahan yang di padukan dengan blose berwarna putih."Papaaa..." Teriakan Raffa senang saat melihat Papanya sudah tiba."Raffa sayang, sudah siap untuk ikut lomba?" Tanya Marco yang sudah menggendong Raffa dan menciumi pipinya dengan gemas."Sudah dong, Raffa sangat percaya diri, pasti nanti menang karena ada Papa dan Tante Bella." "Bagus. Anak papa memang harus selalu percaya diri, ini baru namanya jagoan." Raffa tertawa geli saat Papanya mulai menggelitik badannya. Bella yang melihat pemandangan Marco yang begitu menyayangi Raffa tanpa terasa netranya membasah, Bella teringat akan Ethan yang tidak akan pernah merasakan kasih sayang seorang Ayah."Biarlah Ethan tidak mengenal Ayah kandungnya, daripada nanti dia tahu jika Ayahnya mencampakkan dirinya bahkan saat dirinya masih di dalam kandungan ibu
Read more

BAB 14 - Tuduhan Mantan

Tuan Marco sudah berada di apartemen bersamaku, setelah mengantarkan Raffa ke rumah tak lama dirinya menyusulku ke apartemen.Kami duduk berdua menikmati secangkir kopi dengan beberapa camilan di atas meja. Menikmati sore hari yang cukup cerah sehingga menampilkan pemandangan indah langit sore, dengan berwarna Oren yang mewah."Maafkan Aku jika membuatmu repot hari ini." Ucapnya membuka obrolan."Aku senang kok bisa menemani Raffa, kebahagiaan terpancar dari wajahnya yang polos." Jawabku apa adanya."Tentang ibu-ibu yang menggosipkan dirimu itu, di luar dugaan ku, Aku minta maaf." Aku tersenyum getir saat mengingat ghibahan kedua ibu tadi, rasanya masih menganggu pikiranku."Biarlah, toh mereka menngatakan yang sebenarnya walau tidak tahu kenyataan yang sesungguhnya." "Jika tidak di tempat umum, Aku bisa menampar mulut dua orang itu, tapi jika Aku bertindak seperti itu pasti akan menimbulkan banyak kecurigaan." Jadi sebenarnya dia sedang membicarakan bagaimana dirinya berusaha menj
Read more

BAB 15 - Cemburu

Melihat Bella tertidur di pinggir ranjang karena kelelahan merawatku yang baru demam, membuatku merasa iba namun bahagia. Segera ku angkat tubuhnya yang sintal itu ke atas ranjang kami, melihatnya mengenakan lingerie sexy berwarna Salem itu membuat nafsuku meningkat. Ku elus pucuk kepalanya untuk membangunkannya, perdebatan kecil kami terjadi, tak sanggup membendung Hasratku padanya, segera Aku mencumbuinya dan menyatukan tubuh kami.Keesokan paginya Kami berangkat ke kantor bersama, lebih tepatnya Aku memaksanya untuk berangkat denganku. Akhirnya Bella bisa memanggilku Mas dengan sedikit paksaan, entah kenapa mendengarnya memanggilku Mas terasa lebih sexy jika Bella yang mengucapkan.Setelah dekat dengan kantor Aku turunkan Bella di jalan yang sudah dekat dengan kantor. Ku lajukan mobilku namun masih bisa melihatnya dari kaca spion mobilku. Ciiittt... Ku hentikan segera laju mobilku saat melihat Bella di tarik oleh seorang laki-laki yang sepertinya Aku kenal. "Pak Ferry? Kenapa dia
Read more

BAB 16 - private room

"Jawab! Kenapa hanya diam saja?" Cecarnya lagi dengan nada tinggi karena aku hanya diam saja tidak menghiraukannya."Jangan berteriak di hadapan Raffa, Laura." Jawabku santai."Kenapa? Biar sekalian dia tahu keadaan kita yang sebenarnya, Marco." Laura benar-benar keterlaluan! Kenapa bersikap seperti itu di hadaoan Raffa? Setidaknya tunggu sejenak agar Raffa pergi ke kamar lalu kita bisa membicarakannya. Karena kesal Aku membanting Lego yang tengah ku pegang, Raffa sudah dalam pelukanku jadi dia tidak melihat saat Aku membanting lego."Laura! Bisakah kamu berpikir dewasa, setidaknya biarkan Raffa pergi dari sini dulu". Teriakku padanya.Sus Jenah yang mendengar keributan di ruang keluarganya segera menghampiri dan menggendong Raffa menuju ke kamar. Aku diam sejenak tidak mengatakan apapun sebelum Raffa jauh. Sungguh Aku tidak ingin membuat anak sekecil Raffa harus melihat pertengkaran orang dewasa. Bisa berakibat buruk. Untuk tumbuh kembangnya."Sekarang katakan. Apakah kamu berseling
Read more

BAB 17 - Bertemu dengan Sahabat

Aku menghampiri cafe dimana Alexa memberitahuku, cafe dengan nuansa Eropa yang menyediakan coffeshop serta makanan Western, Alexa memang suka dengan luar negeri dan berbagai macam makanannya, berbeda denganku yang hanya suka masakan Indonesia. Bagiku masakan western tidak sesuai dengan lidahku.Alexa terlahir dari keluarga yang kaya dan cukup berpengaruh, orangtuanya mempunyai salah satu perusahaan textile terbesar yang mengimpor kain-kain ke luar negeri. Walau menjadi anak orang kaya tapi Alexa memiliki hati yang baik, bahkan dirinya hanya mau berteman denganku. Entah apa yang spesial dariku sehingga seorang Alexa mau berteman denganku.Terakhir kami berhubungan sekitar tiga tahun yang lalu ketika dia akan berangkat ke luar negeri, entah kenapa tiba-tiba dia mengganti nomornya dan menonaktifkan sosial medianya, sehingga lama kami tidak berkomunikasi. Lalu tiba-tiba siang tadi ada pesan masuk dengan nomor baru yang ternyata itu Alexa."Bellaaaa..." Teriak seorang wanita yang begitu A
Read more

BAB 18 - Menyatakan perasaan

"Aku menyukaimu Bella..... Tidak, tepatnya Aku sangat menyukaimu." Akhirnya Aku menyatakan perasaanku kepada Bella. Hatiku kembali bertalu-talu di dalam sana. Ada rasa takut di tolak dan ada rasa lega karena Aku sudah menyatakan perasaanku kepadanya.Bella hanya terdiam dan menatapku, tidak ada jawaban keluar dari mulutnya yang indah. "Bella? Kamu bisa percaya dengan apa yang ku utarakan tadi?" Bukannya menjawabku justru Bella melepaskan genggaman tanganku, dan menaruhnya di atas pahanya, lalu meraih garpu dan pisau untuk memotong steak miliknya."Bella, kenapa hanya diam dan tidak menjawab?" Tanyaku lagi yang melihatnya tetap acuh setelah aku menyatakan perasaanku."Aku harus menjawab apa, Mas?" "Ya apapun itu, menolakku tau menerimaku contohnya." "Apa mas lupa? Kalau kita berhubungan hanya karena sebuah surat perjanjian? Tentu Aku berhubungan denganmu tanpa perasaan."Hatiku mencelos mendengar perkataannya. Lagi-lagi dia membahas tentang perjanjian itu lagi."Aku tidak punya ta
Read more

BAB 19 - Penyatuan Cinta

"Jika kamu bisa memberiku perasaanmu, dan aku harus memberikan sejumlah nominal uang, pasti aku akan memberinya." Aku menggeleng mendengar perkataannya yang begitu saja dia ucapkan kepadaku tanpa memikirkan perasaanku. Memang Akulah yang dulu datang padanya untuk meminjam uang karena sudah sangat terdesak. Tapi kini pria yang sedang berada di hadapanku ini berbicara dengan entengnya dan sangat arogan."Aku tidak ingin berbicara denganmu lagi, Mas. Aku ingin istirahat." Aku langsung beranjak dari sofa dan meninggalkannya, tapi ternyata dia malah mengekor dari belakangku. Andai tidak teringat akan surat perjanjian itu, pasti Aku akan melarangnya mendekatiku."Aku begitu lelah, Mas. Bolehkan Aku tidur sampai pagi?" "Ya Bella, silahkan beristirahat, Aku juga lelah menyetir." Tukasnya.Mungkin Mas Marco paham dengan maksudku, untuk malam ini Aku tidak ingin di sentuh dulu, Aku hanya ingin istirahat dan menenangkan pikiranku.Kami berbaring dengan saling memunggungi, Aku pura-pura tidur
Read more

BAB 20 - Semakin intim

Semesta sudah menampakkan cahayanya, semburat sinar menelisik memasuki celah tirai dan menerpa wajahku. Perlahan Aku membuka kedua mataku, langit-langit kamar yang di dominasi warna putih menjadi pandangan pertama yang ku lihat, segera Aku mengalihkan pandangan ke sampingku, ku lihat pria yang semalam telah menghabiskan malam panas denganku masih terlelap tidur. Ku pandangi wajahnya yang tampan dengan rahang yang kuat, jambang tipis menghiasi setengah wajahnya, kulitnya yang berwarna coklat eksotis terlihat begitu menawanku. "Pria yang awalnya Aku anggap begitu arogan ternyata mampu mencuri hatiku." Ucapku dalam hati. Perlahan Aku membuka selimut dan mengenakan piyamaku, tidak ingin membangunkannya Aku mengendap-endap untuk keluar kamar. Perut rasanya sudah mulai keroncongan, cacing di dalam perutku sudah mulai meminta untuk di beri makan. Gegas Aku ke dapur untuk membuat sarapan. Beruntung semalam saat kami kemari sempat berbelanja beberapa bahan makanan , seperti roti , smoke
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status