Home / Romansa / Istri di Atas Kertas sang CEO / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Istri di Atas Kertas sang CEO: Chapter 31 - Chapter 40

52 Chapters

Bab 31

"Kak, kenapa harus di apartemen kau? Oma, sedang menunggu kalian di rumah utama, awas ya kak, jika kau tidak membawa kak Shania, datang ke sini," ucap Stella lewat pesan suara."Sudah, mungkin Shania sedikit terkejut dengan kejadian tadi, mereka ke sini, besok juga tidak apa-apa," ujar Oma menenangkan Stella."Tapi, Oma ... aku juga khawatir dengan kak Shania," rengek Stella."Besokkan masih bisa bertemu, biarkan Steven yang menenangkan, Shania," bujuk sang Oma lagi.Akhirnya, Stella mengangguk. Hari ini, dia akan bermalam di rumah utama keluarga Smith. Sementara itu, Nikel hanya diam, begitu pun dengan Quira, sang istri. Nikel, masih merasa sedikit kaget karena bertemu dengan Shania, hingga sikap Nikel memperlihatkan bahwa dia sedang terlihat pikiran."Nikel, sedari tadi kau diam? Kenapa?" tanya Oma."Huh?" Nikel menatap Oma dengan raut bingung. "Aku ... mungkin aku lelah," jawab Nikel dengan alasan.Quira mengerutkan dahinya, tumben sang suami mengeluh lelah. Tidak seperti biasanya
last updateLast Updated : 2024-03-01
Read more

Bab 32

Rumah utama Smith terlihat begitu sibuk hari ini. Begitu juga, di apartemen Steven. Shania terlihat begitu sibuk memilih pakaian yang akan dia kenakan, untuk bertemu kembali dengan sang Oma dan paman Nikel.Jika saja ingin dia berkata jujur, sungguh dirinya malas terlibat dengan keluarga bangsawan ini. Namun, nasi sudah menjadi bubur, Shania sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi, hanya perlu mengikuti jalan ini dan nikmati alurnya.Sementara itu, Steven juga terlihat sibuk, sedari pagi dirinya tak henti-henti mengerjakan pekerjaannya. Akan tetapi, Shania sama sekali tidak memperdulikan, walaupun adegan ranjang panas sempat berlaku tadi malam.Bagi Shania bersentuhan dengan Steven merupakan kewajiban dirinya sebagai istri. Dia sama sekali tidak menolak, karena dalam diam juga Shania meminum pil pencegah kehamilan."Shania, apa kau ingin aku mengantarmu ke salon untuk berdandan?" tanya Steven tiba-tiba."Tidak perlu, terima kasih," sahut Shania menolak."Baiklah, kalau begitu. Tapi,
last updateLast Updated : 2024-03-02
Read more

Bab 33

Ketika Shania keluar dari dalam mobil, dirinya disambut dengan begitu baik dan meriah oleh Oma dan Stella. Hingga, membuat senyuman pada wajah Shania melebar dengan sempurna. Walaupun, sambutan seperti ini menyentil kenangan masa lalu, di sudut hatinya yang dalam Shania merasa sedih.Apakah jika kedua orang tuanya masih hidup, dia bisa merasakan kehangatan seperti ini, pulang dari tempat dia bermain akan disambut dengan hangat. Shania sedikit bermonolog, andai sang ayah tidak termakan tipu daya dan andai sang ibu memeriksa kondisi kesehatan dengan cepat sudah tentu mereka masih bersama dirinya."Kak Shania, jangan melamun. Ayo kita masuk." Stella datang dan langsung bergelayu manja pada lengan Xenia."Shania sayang kemarilah. Jangan hanya bengong di luar sana," ucap sang Oma pula."Ayo, kita masuk," ujar Steven juga.Shania menatap uluran tangan mereka dengan hati yang memberikan kehangatan yang berbeda. Terlihat sekilas sendu p
last updateLast Updated : 2024-03-04
Read more

Bab 34

"Stev, aku ingin membuang air kecil. Kamar kecilnya, di mana?" tanya Shania dengan berbisik."Aku menghantar kau, ya," jawab Steven.Shania mengangguk, mereka pun pamit bersama. Stella, yang ingin menyusul mereka dilarang oleh sang Oma. Oma mengatakan pada Stella, mungkin Shania tidak akan lama bersama Steven.Terpaksalah, Stella mengangguk dan mendengarkan ucapan sang Oma. Dia cuma merasa sedikit cemburu, kenapa Shania tidak memberi tahu dirinya, 'kan dirinya juga bisa menunjukkan jalan.Akan tetapi, Stella berpikir mungkin ada yang ingin dibicarakan pada Steven, oleh itu mereka pergi bersama. Jujur saja, Stella saat ini merasa bahagia melihat kedekatan Steven dan Shania, namun dia masih saja ada rasa cemburu denga Steven, sang Kakak.Sementara itu, Steven berdiri di hadapan pintu kamar kecil sembari bersandar pada dinding. Dia harus berbicara pada Shania mengenai hal Immanuel, karena dia takut Immanuel akan mendapat celah untuk menemui Shania.Krekk...Bunyi pintu kamar kecil terbu
last updateLast Updated : 2024-03-06
Read more

Bab 35

"Cepat, patah balik Sean!" ucap Steven.Bugh!Bunyi lemparan kayu pada kaca mobil mereka terdengar, Steven langsung menutup mata Shania."Jangan lihat," bisik Steven.Satu tangan Steven, berusaha merogoh saku celananya, untuk mengambil ponsel miliknya. Setelah, ponsel berada di tangannya, Steven langsung menelepon bawahannya untuk datang menjemput mereka.Sangat tidak mungkin, pria -pria tadi tidak mengejar mereka, buktinya ada beberapa motor yang sedang mengekori mobil mereka."Sean, bawa ke jalan besar, biar mereka merasa sulit," perintah Steven lagi.Steven, masih sibuk memeluk Shania dan satu tangannya mencari satu nomor untuk membantu dirinya.Shania pula, dia hanya bersandar pada dada Steven. Tubuhnya sedikit gementar, dia mulai cemas. Sebenarnya, apa yang berlaku kenapa tiba-tiba ada orang jahat?Bugh!Mobil mereka kembali menerima pukulan dari si pembawa motor dan penumpangnya. Steven, semakin memeluk erat Shania. "Sial!" ucpa Steven maki mereka yang mengejar mobilnya. "Sean
last updateLast Updated : 2024-03-07
Read more

Bab 36

"Sudah aku kirim ke email kau, aku juga sudah lihat. Mereka keluar dari gedung perusahaan X. Aku sangat yakin mereka adalah orang-orang Felix," jelas Carry.Steven, dengan cepat meminta Sean membawa laptop ke tempat mereka duduk. Steven, masih tidak bisa bergerak banyak karena Shania masih menempeli dirinya.Setelah, Steven memeriksa email masuk. Dia membuka pesan dari Carry, lalu melihat isinya yang terdapat beberapa rekaman video."Bagaimana kau bisa berpikir untuk mengambil rekaman cctv di sekitar perusahaan itu?" tanya Steven."Kau belum mendengar? Perusahaan itu sedang mengalami inflasi pesat secara tiba-tiba," jawab Carry. "Makanya, aku menebak itu serangan dari Felix karena dia berpikir kau yang membuatnya di ambang kebangkrutan," lanjut Carry lagi.Steven mengangguk, jujur saja dia baru mendengar hal ini. Padahal, perusahaan itu menjadi saingan perusahaan Steven saat ini."Sean, apa kau sudahmendengarnya?" tanya Steven un
last updateLast Updated : 2024-03-08
Read more

Bab 37

Bugh!Felix memukul meja, sambil menatap nyalang pada pria yang berada di hadapannya. Namun, pria itu masih memasang wajah yang begitu santai sembari mengeluarkan asap rokok dari mulut."Kau bilang akan membantuku lagi, tapi apa?! Kau menjadikanku kambing hitam!" bentak Felix pada pria tadi.Pria itu tampak menoleh ke arah Felix, sudut bibirnya terangkat. Tatapan matanya tercetak kelicikan."Hm, semalam dia bersama seorang wanita, jadi aku harus kembali menyusun rencana yang baru," jelas pria itu dengan raut serius."Ck, bersama seorang wanita atau tidak, aku tidak peduli! Aku harus membalas dendam karena dia berani menjatuhkan perusahaanku dalam diam," bantah Felix.Bugh.Bunyi pukulan meja kembali terdengar, tapi kali ini pria tadi yang memukul meja dengan kuat. Dia menatap ke arah Felix dengan gurat amarah tercetak pada raut wajahnya."Kau hanya perlu mengikuti rencanaku dan jangan berani mengaturku!" sentak pria itu tak kalah dingin.Nyali Felix sedikit menciut, dia pun membuang m
last updateLast Updated : 2024-03-09
Read more

Bab 38

Steven sungguh berhati-hati, dia berjalan dengan perlahan mendekati pintu apartemen. Lagi-lagi bel dibunyilkan dengan berulang kali. Steven, mengerutkan dahi.Jika teman-temannya, sudah pasti akan memekik nama Steven dari luar, namun ini tidak sama sekali. Ketika Steven, telah berada di hadapan pintu, dia coba melihat ke arah layar cctv pintu."Tidak ada orang?" ucap Steven. Namun, pada cctv pintu menangkap sebuah kotak dus kecil berada di hadapan pintu. Steven, ingin mengambil keluar, tapi Shania menahannya.Steven, sedikit menjengit kaget karena Shania. Entah, sejak kapan Shania berada di belakangnya."Kau hampir buat jantungku copot, Shania," ujar Steven sembari mengelus dada.Shania, memasang wajah datar, dia tahu Steven tidak sekaget untuk. Hanya saja, Steven sengaja agar Shania mau berbicara padanya. Shania, mengalihkan tatapannya ke arah layar cctv. "Aku curiga mereka menyimpan sesuatu di dalam, ada baiknya panggil Sean atau pengawal kau yang lain, untuk melihat isinya," ucap
last updateLast Updated : 2024-03-11
Read more

Bab 39

Quira begitu kesal karena Stella berani melayangkan tamparan pada pipinya. Ingin sekali dia membalas, namun Oma menatap tajam ke arahnya, dia pun mengurungkan niatnya."Ayo, Stella. Oma mau beristirahat tanpa ada gangguan," ujar sang Oma.Stella kembali mendekati kursi roda Oma dan mendorongnya menuju ke dalam kamar istirahat. Sementara, Quira hanya mematung di tempat.Apakah sekarang, Oma begitu membenci Quira? Setelah, kehadiran Shania, Oma benar-benar tidak pernah berbaik hati dengan dirinya lagi. "Aku tidak bisa diam atau aku yang tergeser dari posisi warisan harta," geram Quira.Wanita itu hanya memikirkan harta warisan saja, sedikit pun tidak pernah terpikirkan oleh otak kecilnya tentang kehangatan sebuah keluarga."Mommy," tegur Immanuel.Quira yang masih menatap ke arah ruangan kamat istirahat, dibuat berjengit kaget. Dia menoleh dan melontarkan senyuman canggung."I-Immanuel? Kau buat apa di sini?" tanya Quira sedikit gugup karena takut apa yang dia katakan tadi terdengar ol
last updateLast Updated : 2024-03-12
Read more

Bab 40

Sepanjang perjalanan menuju ke rumah utama, Shania terlihat melamun. Menatap ke arah jalanan yang panjang dan dipenuhi dengan banyaknya kenderaan.Nikel menatap khawatir ke arah Shania, ingin sekali dia berbicara dengan Shania. Namun, situasi ini tidaklah sesuai jika ingin banyak berbicara. Nikel pun memilih diam, menghitung dengan tenang, sudah berapa lama dia tidak menemui Shania hingga Shania sama sekali tidak mengenal dirinya.Ciit..Mobil mereka berhenti mendadak, mujur saja sabuk pengaman telah dikenakan. Shania pun tidak terlalu terdorong kedepan, hanya saja sedikit tergerak."Shania, kau tidak apa-apa?" tanya Nikel tak kalah kaget. Shania hanya menggelengkan kepala, lalu cepat menoleh ke depan. Begitupun dengan Nikel."Siapa pria itu?" tanya Nikel pada sang sopir."Sepertinya, pria ini orang yang sama. Dia pasti menggira tuan Steven, ada di dalam mobil ini," jawab sang sopir sedikit menebak.Tringg..tringg..Ponsel Nikel di dalam saku berteriak dengan deringan panggilan telep
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status