Home / Romansa / Istri di Atas Kertas sang CEO / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Istri di Atas Kertas sang CEO: Chapter 41 - Chapter 50

52 Chapters

Bab 41

Steven terdiam ketika Carry mengatakan dirinya egois. Terlihat jelas bagaimana raut wajah Carry berubah. Sementara itu, Bernard dan Gerald sedikit kaget karena Carry berkata dengan nada tinggi."Car, bukan seperti itu. Aku yakin, ini jebakan yang mereka lakukan," ucap Gerald yang coba meredakan suasana tegang ini."Ck!"Carry membuang muka ke samping sembari berdecak kesal. Entah, kenapa Steven tidak mengerti kemauan para peneror itu. Andai saja, Shania bersamanya pasti yang dia akan selamatkan adalah Shania dan untuk harta yang hilang masih bisa dicari lagi."Bro, aku pikir ini aneh. Sangat aneh, jika peneror itu inginkan Shania, berarti dia telah mengenali Shania. Bisa jadi yang dia inginkan hanya Shania dan mungkin juga ini bukan teror yang sama seperti dulu," timpal Bernard.Carry menoleh ke arah Bernard, dalam diam dia mengepalkan kedua tangannya. Apa yang dimaukan oleh peneror itu sebenarnya? Kenapa harus Shania jadi taruhan?"Aku curiga dia berkaitan dengan Leonard," beritahu S
last updateLast Updated : 2024-03-14
Read more

Bab 42

"Aku tidak menyangka kau benar2 masih hidup," ucap Gerald dengan sinis."Menikmati hasil perusahaan dengan menipu, pantas saja aura kau terlihat gelap. Tidak seperti dulu," sindir Bernard pula."Stev, wanita ini masih kau pertahankan? Ck, tidak sebanding dengan istri dadakan kau," timpal Gerald lagi.Steven hanya diam, dia marah dan benci pada Felix dan Melinda. Namun, di sudut hatinya merasa tidak tega melihat Melinda seperti ini."Masih mau kasian?" tanya Carry dengan sinis.Steven menoleh ke arah Carry, Lalu, menggelang kecil. Dia harus bersetuju melakukan hal seperti ini, agar Melinda mau bekerjasama dengan mereka."Sekarang katakan, kenapa Felix menyerang perusahaan Steven dan menargetkan Shania?" tanya Carry pada Melinda.Sebelum itu, Carry sempat membuka lakban yang melekat pada mulut Melinda. Untuk memudahkan mereka mendapatkan jawaban.Alih-alih mau menjawab pertanyaan Carry, Melinda malah berteriak meminta tolong. Sekuat tenaganya, dia mengeluarkan suara dengan keras, namun
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more

Bab 43

"Aku sudah menunggu sedari tadi, Carry ke mana? Kalau tahu begitu, aku menghantar istriku dulu," gerutu Felix pada sang sekretaris."Sebentar lagi, tuan Carry mengatakan bahwa dia sudah dalam perjalanan pulang," jelas Dikta --sekretais Carry.Felix kembali duduk sembari berdecak kesal. Apalagi, dia masih belum bisa menghubungi Melinda. Pria ini sungguh mengkhawatirkan istri kesayangannya itu.Felix kembali mencoba membuat panggilan pada nomor Melinda, namun masih juga belum tersambung."Firasatku sungguh tidak enak, apa berlaku sesuatu terhadap Melinda? Ya Tuhan, mudah-mudahan istriku itu baik-baik saja," ucap Felix lirih.Dia pun mencoba untuk menenangkan pikiran, namun bayang-bayang Melinda terus saja menghantui benaknya. Sebenarnya, ada apa?!Ah, Felix merasa dia tidak bisa seperti ini. Dia harus pergi menyusuli Melinda untuk memastikan keadaan Melinda. Namun, baru saja dia hendak berdiri dan meninggalkan ruang tunggu itu, Carry muncul."Kau lama sekali," protes Felix."Hmm," guma
last updateLast Updated : 2024-03-16
Read more

Bab 44

"Apa yang kau bahas dengan paman?" tanya Steven kepada Shania, setelah mereka telah berada di dalam kamar."Cuma hal biasa," sahut Shania singkat.Shania malas melayani pertanyaan Steven, dia pun segera memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur."Shania, aku masih mau bicara," protes Steven yang menyusuli Shania hingga ke kamar mandi.Shania menghentikan langkah dan membalikkan tubuh. Dia menatap Steven dengan memicingkan mata."Bicara apa?" tanya Shania sembari menyandarkan punggung pada daun pintu."Kalian cerita tetang apa?" tanya Steven lagi.Steven masih tidak puas dengan jawaban Shania tadi. Dia harus mendengar tahu yang sebenarnya. Apalagi, saingan kecilnya adalah anak sulung sang paman."Kami hanya cerita tentang masalah yang kau hadapi, aku katakan pada paman bahwa aku mengkhawatirkan kau," jelas Shania sedikit berkelit.Steven tidak langsung menjawab, dia malah menatap Shania dengan begitu dalam. Coba mencari gurat kebohongan pada kilatan mata Shania."Huh,
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more

Bab 45

Steven menatap Shania dengan tatapan yang sulit diartikan. Hal itu, membuat Shania bingung sendiri, apa yang dipikirkan oleh Steven sebenarnya.Tiba-tiba, terdengar bunyi pintu diketuk. Shania lantas melarikan pandangannya ke arah pintu kamar. Sedangkan, Steven pula hanya menundukkan pandangan, seperti tidak ingin sibuk.Shania berjalan ke arah pintu, untuk melihat siapa di luar sana. Ketika dia membuka pintu, dia mulai mengukirkan senyuman tipis."Stella," ucap Shania lembut."Kak, apa Stella mengganggu?" tanya Stella.Shania menggelengkan kepala dan mengizinkan Stella masuk ke kamar. Stella mengandengan lengan Shania dengan akrab, namun tidak dia bisa hindari memasang raut khawatir."Kak Stev," tegur Stella.Steven menoleh, dia tersenyum tipis namun tidak berbicara apa pun. Hanya saja, raut wajah Steven sedikit terlihat aneh."Kak, apa aku mengganggu waktu kalian?" tanya Stella lagi.Stella, berpikir jika dia datang di waktu yang tidak tepat. Apalagi, wajah Steven sepertinya sedang
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

Bab 46

"Aku mencari Stella tadi, kebetulan Shania berada di sini jadi, apa salahnya aku bawa dia berbicara," jelas Immanuel sedikit jujur.Shania menatap Steven dengan raut tersenyum dan mengangguk kecil membenarkan ucapan Immanuel. Entah, kenapa Steven selalu saja mencurigai dirinya.Setelah itu, Immanuel pamit dan meninggalkan Shania sedang duduk bersama Steven di ruang tamu itu."Shania, apa tidak ada penjelasan yang jujur dari kau?" tanya Steven tiba-tiba.Ternyata, Steven masih tidak puas mendengar penjelasan Immanuel tadi. Apalagi, Steven merasa Shania semakin hari, semakin jauh darinya.Ada apa dengan Shania sebenarnya?"Steven ...," ucap Shania. "Kau benar-benar menyukaiku?" lanjut Shania lagi.Bukan menjawab pertanyaan, Shania malah bertanya tentang perasaan Steven terhadapnya. Dia tidak mau, Steven semakin larut ke dalam perasaan bertepuk sebelah tangan ini."Kau masih meragukanku, apa dengan menyentuh kau setiap hari itu tidak cukup?" jawab Steven tak kalah serius."Menyentuhku? B
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more

Bab 47

Steven pulang ke rumah utama dengan raut lesu, dia sedikit merasa kesal dengan Bernard dan Gerald yang sedikitpun tidak menaruh curiga pada Carry.Namun, jika dipikirkan, itu juga bukan salah keduanya yang memilih tidak percaya. Hanya saja, Carry yang terlalu licik dalam menutupi sisi jahatnya.Semakin hari, dia semakin yakin ada yang disembunyikan oleh Carry dan Carry juga berkaitan dengan teror beberapa hari yang lalu."Stev," tegur Nikel.Steven menoleh, dia lantas mengukir senyuman tipis untuk diperlihatkan."Kau melamun, apa ada masalah?" tanya Nikel kemudian."Tidak, hanya saja masih terpikir tentang teror hari itu," jawab Steven dengan jujur."Tenang saja, Oma dan paman sudah mengerahkan orang-orang untuk mengawasi sekitar kalian," jelas Nikel sembari menepuk pundak Steven.Steven mengangguk, dia hanya tersenyum tipis. Berharap, suatu saat nanti akan ada hasil dari pencarian mereka. "Oh iya. Malam ini jamuan makan, keluarga besar Smith semuanya akan datang," beritahu Nikel."M
last updateLast Updated : 2024-03-25
Read more

Bab 48

Shania terkejut ketika pria asing itu menggerakkan tangannya yang memengang pisau. Lengan Steven tergores oleh senjata tajam itu."Stev!" pekik Shania.Steven lantas menendang pria tadi dengan tendangan berputarnya, darahnya terlihat semakin banyak mengalir. Pria asing tadi, sempat tersungkur ke atas jalan raya itu. "Steven! Masuk mobil!" pekik Shania yang telah berada di luar mobil.Steven menoleh, raut wajahnya berubah mendadak, dia tahu pria di hadapannya ini cuma untuk memancing Steven dan Shania keluar. Apalagi, sedari tadi Steven menunggu musuh yang lain keluar, namun hingga saat ini belum ada satu pun yang terlihat dan hanya ada satu pria asing itu saja."Shania, masuk! Ini je--"Dor..dor..Bunyi tembkan membuat Steven berhenti memekik, dua kali tembakan dari arah belakang lalu mengenai Shania, mata Shania terlihat melebar dan akhirnya terjatuh di atas aspal jalan itu."Sha-- Shania!" pekik Steven.Steven coba berlari ke arah Shania yang telah tergeletak di atas jalan di sampi
last updateLast Updated : 2024-03-26
Read more

Bab 49

"Shania, bangunlah. Kau harus pergi, dengarkan ibu. Jangan percaya mereka yang berada di sekitarmu kecuali ....""Ibu!" pekik Shania, dia terbangun dengan napas yang memburu. Keringat telah membasahi kulit wajah Shania. Dia belum sadar sepenuhnya, hingga masih terdengar helaan napas yang coba diatur perlahan. Air mata, Shania juga terlihat mengalir tanpa ada isak tangisan."Kau sudah bangun?" Suara seorang pria memberi Shania kesadaran penuh. Shania langsung mengambil posisi duduk, dia mencari asal suara tadi. Sehingga, netra mata Shania menangkap satu sosok yang sedang duduk bersilangkan kaki.Ingatan tentang 6 tahun sebelum sang ayah meninggalkan, kembali berputar pada benak Shania. Wajah yang dia lihat kembali membuka masa lalu yang seharusnya dia lupakan.***"Nia malam ini kita ada tamu, ayah harap kau tidak memasang wajah cemberut," ucap Cristo, sang ayah yang berpesan pada putri semata wayangnya."Kalau begitu, Nia tidak perlu turun dari kamar sekalian saja," jawab Shania."H
last updateLast Updated : 2024-03-28
Read more

Bab 50

Gadis ini aneh menurut Mikael, namun sudut bibirnya terangkat. Merasa Shania sedikit menarik, selama ini banyak gadis berusaha mendekatinya dan sanggup melemparkan diri kepadanya.Akan tetapi, berbeda dengan Shania yang menolak dirinya mentah-mentah tanpa ingin berkenalan terlebih dalam."Apa yang aku dapat jika aku bekerjasama dengan kau?" tanya Mikael.Shania tampak berpikir, sebuah ide terlintas dan langsung saja Shania katakan tanpa ada rasa ragu."Hubungan pertemanan, tapi tergantung sih bagaimana sikap kau terhadapku," jelas Jessi.Mikael tersenyum sungging, dia pun mengangguk mengerti. Sebenarnya, bukan berarti bersetuju, tetapi dia ingin melihat sampai mana Shania bisa menolak dirinya."Terus sekarang kau mau ke mana? Mau kabur?" tanya Mikael lagi dengan raut penasaran."Sangat tepat!" jawab Shania penuh bersemangat."Hm, bagaimana kalau kita kabur bersama saja?" Mikael menawarkan untuk melarikan diri bersama Shania.Shania terkejut, dia kembali berpikir. Sungguh, tidak mungki
last updateLast Updated : 2024-03-31
Read more
PREV
123456
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status