All Chapters of Teman Ranjang Sang Pewaris (Karma Cinta): Chapter 11 - Chapter 20

32 Chapters

Bab 11 Pulang Kampung

Sampai kapanpun, hal utama yang akan Farrel perjuangkan adalah mendapatkan seluruh harta warisan kedua orang tuanya. Setelah semuanya sudah dalam genggamannya, Farrel akan melakukan hal apapun sesuka hatinya. Farrel terkejut dengan kabar yang baru saja disampaikan oleh Jessi. Perasaannya tidak menentu. Namun, pikiran Farrel terus kembali pada tujuan utamanya. Farrel hanya bisa mengepalkan tangannya erat. Ada rasa kasihan melihat wajah Jessi. Namun, dirinya tidak ingin mengambil resiko lebih dari ini. Langkahnya tinggal sedikit lagi. Semuanya bisa hancur jika semua ini diketahui kedua orang tuanya. "Bukankah sejak awal, kita membuat kesepakatan untuk saling menguntungkan?" "Tunggu dulu, Farrel!" Rasanya Jessi tidak mampu mendengar ucapan Farrel selanjutnya. "Aku akan mengurus cuti kerjamu. Aku tidak bisa mengantarmu, Jessi!" Farrel tidak bisa mengatakan pada Jessi kalau Dania sudah datang. "Gugurkan kandunganmu, setelah itu istirahatlah dulu." Jessi tidak kuasa lagi mena
Read more

Bab 12 Ingin Bertemu Jessi

"Maaf, karena aku ingkar janji. Lain kali, aku akan ajak kamu pergi ke tempat yang aku janjikan malam ini," ucap Farrel begitu mobilnya sudah sampai di depan rumah Dania. "Tidak apa-apa, Farrel. Kesehatan itu nomor satu." Dania berusaha untuk pengertian. Karena tadi Farrel mengatakan sedang pusing. "Begitu sampai rumah, segera istirahat. Jangan lupa kabari aku." Dengan sangat lembut, Dania mengusap wajah Farrel. "Ok!." Dania hanya bisa menghelakan nafasnya yang terasa kesal. Ia merasa ada sesuatu yang aneh dari diri Farrel. "Apakah dia menyembunyikan sesuatu?" gumam Dania menerka. Tidak lama kemudian, Dania menggelengkan kepalanya. "Tidak mungkin. Aku tidak boleh berpikir negatif tentangnya. Aku ini tunangannya. Boleh dibilang aku juga pacar pertamanya. Meski kami dijodohkan, aku yakin dia hanya mencintai aku." Dania berusaha membuang keresahan hatinya. Setelah sedikit merasa tenang, dirinya segera memasuki rumah. Ia harus terlihat happy agar kedua orang tuanya tidak berpikir yan
Read more

Bab 13 Dugaan Yosi Bahwa Jessi Hamil

"Sejak saya mengatakan ke Bapak kalau Jessi tidak bisa saya hubungi, sampai saat ini kami belum pernah bertemu maupun bertukar kabar, Pak. Bahkan saat saya datang ke kosnya, saya tidak bertemu dengan Jessi." "Kamu tidak berbohong?" tuntut Farrel dan memberikan tatapan begitu tajam. "Mana mungkin saya berani berbohong sama Pak Farrel." Farrel mencengkram pulpennya begitu kuat. Nafasnya semakin terasa berat karena tidak mendapatkan informasi apapun tentang Jessi. Melihat reaksi Rika, Farrel yakin kalau karyawannya itu tidak berbohong. "Keluar dan lanjutkan pekerjaanmu." "Baik, Pak. Kalau begitu saya permisi." Sebelum keluar ruangan Farrel, Rika membungkukkan tubuhnya sebentar untuk menghormati Farrel. Kaki Rika terasa lemas. Sebelum memasuki ruangan Farrel, Rika sempat mengira kalau dirinya sudah melakukan kesalahan dan kemungkinan Farrel akan memecatnya. Namun, sekarang perasaan Rika jauh lebih tenang. "Sebenarnya kamu pergi kemana, Jessi. Dan ..." Rika terdiam se
Read more

Bab 14 Diusir

Buah mangga yang baru saja Jessi iris dan akan ia lahap, seketika terjatuh. Karena Jessi terkejut dengan pertanyaan Yosi. "Ke-kenapa Ibu tanya begitu?" Suara Jessi sampai tercekat. Ia takut melihat tatapan menuntut Yosi. "Jawab pertanyaan Ibu, Jessi. Kamu hamil atau tidak?" tuntut Yosi dengan suaranya yang semakin kuat. "Ada apa ini, Bu?" Iyan yang mendengar suara keras sang istri, membuatnya menuju ruang makan. "Jawab, Jessi!" Jessi tidak bisa menjawab. Ia justru menunduk dan menangis tertahan. "Jadi kamu benar-benar hamil?" Yosi masih membutuhkan jawaban langsung dari Jessi. "Siapa yang hamil, Bu?" Iyan masih bingung melihat istrinya yang sedang memarahi anak pertama mereka. Sudah cukup lama Jessi belum pulang kampung. Bagaimana mungkin keributan ini terjadi. "Dari kemarin Jessi mual muntah. Ayah sendiri tahu kalau kemarin Ibu sudah memberinya obat dan Jessi juga sudah Ibu kerik. Tapi sampai sekarang Jessi masih mual muntah. Sekarang dia makan mangga muda, sepe
Read more

Bab 15 Kebaikan Yang Tak Akan Terlupakan

{Aku rasa kamu sudah cukup memberi orang tua dan kedua adikmu uang. Ibumu sudah memiliki penghasilan dari toko. Sedangkan ayahmu dari hasil tani. Kedua adikmu sudah bisa mereka nafkahi sendiri. Sekarang fokuslah dengan dirimu sendiri. Kebutuhanmu, aku yang penuhi. Dan uangmu, simpan saja. Kamu bisa gunakan uangmu sendiri untuk hal yang mungkin belum aku belikan. Lebih bagus lagi kalau kamu langsung meminta padaku jika ingin sesuatu. Jadi uangmu bisa utuh.} Ingat dengan segala ucapan Farrel kala itu, membuat Jessi menangis. Secara bersamaan, lelaki yang ia kagumi justru membuatnya merasa dicintai. Namun, kini lelaki tersebut telah meninggalkan luka. Setidaknya sekarang Jessi sedikit bersyukur. Niatnya ingin memberikan sebagian uangnya ini pada kedua orang tuanya dan sedikit memberi uang jajan pada kedua adiknya, belum ia lakukan. Karena sekarang, uang yang ia miliki bisa Jessi gunakan untuk pergi dan bertahan hidup. Setelah selesai berberes, Jessi segera keluar dari kamarnya.
Read more

Bab 16 Janji Jessi

"Kenapa Ayah sama Ibu usir kak Jessi?" protes Kaila sambil menangis. Sebagai adik yang begitu sayang pada kakaknya, Kaila jelas tidak terima. Ia seolah ikut merasakan sakit hati kala Jessi sedang menangis. "Ini urusan orang dewasa, Kai. Kamu tidak perlu ikut campur!" geram Iyan. "Mulai sekarang, Kaila anak perempuan satu-satunya. Begitu juga dengan Danny yang jadi anak laki-laki satu-satunya. Jadi kalian tidak boleh bertindak sembarangan seperti kakakmu." Saat ini Danny sedang berdiam diri di dalam kamar. Kaila sengaja mengunci adiknya agar tidak mendengar lebih jauh pembicaraan para orang dewasa. Karena sekarang Danny masih berusia 9 tahun. "Kai memang belum dewasa, Ayah. Tapi Kai tahu mana yang salah dan mana yang benar. Kak Jessi memang salah karena pulang dalam keadaan hamil. Tapi apa karena itu Ayah dan Ibu harus mengusirnya?" "Ibu sudah memberinya pilihan, Kai. Dan ini keputusan kakakmu sendiri." Rasanya Yosi malas berdebat dengan anak gadisnya itu. "Sepertinya
Read more

Bab 17 Uang Transferan

Pagi sudah mulai terang. Baru saja Jessi berhenti di terminal selanjutnya. Karena tidak ingin sendirian di terminal. Dan Jessi juga takut ada hal buruk terjadi padanya, maka semalam Jessi memilih menaiki bus terakhir. Bahkan sampai saat ini Jessi masih belum memutuskan akan pergi kemana. 'Sepertinya aku harus makan dulu,' batin Jessi. Ia jalan pelan sambil menarik koper. Sebenarnya Jessi tidak merasa lapar. Bahkan dirinya juga tidak selera makan. Namun, Jessi sadar dengan keadaan tubuhnya yang mulai lelah. Selain itu, Jessi juga tidak boleh egois. Karena ada nyawa yang harus Jessi pastikan kesehatannya. Sambil menikmati soto, Jessi terdiam memikirkan semuanya. "Bu, maaf. Saya mau tanya." "Tanya apa, Dik?" Bukan hal aneh jika ada orang tua yang memanggilnya dengan sebutan adik. Karena dengan melihat Jessi, banyak orang akan menyimpulkan kalau kemungkinan besar Jessi masih sekolah SMA. "Loket bus antar provinsi buka jam berapa ya, Bu?" "Biasanya sebelum jam 8 juga sud
Read more

Bab 18 Perkiraan Carla

"Dari kemarin perasaan dia selalu mual muntah begini? Apa dia sedang sakit? Tapi kalau sakit, kenapa dia pergi ke kantor?" gumam Dania. Dania melihat berkas yang berserakan di lantai. Ia semakin heran dengan Farrel. Menurut calon mertuanya, Farrel adalah orang yang rapih dan juga tidak mudah emosian. Tapi sudah berapa kali ini dirinya seolah melihat emosi Farrel yang meluap. "Kenapa kamu memegang berkasku?" tanya Farel tidak suka. Tanpa aba-aba, dirinya langsung merebut berkas yang baru saja dibereskan Dania. "Maaf, bukannya aku mau mengusik pekerjaanmu. Tapi aku hanya membereskan kertas yang berserakan." Farrel menghelakan nafasnya yang terasa kesal. Ia menahan perutnya yang terasa mual karena aroma parfum Dania. Farrel merasa keheranan. Padahal kemarin dirinya tidak masalah dengan aroma Dania. "Lain kali, jangan menyentuh apapun sekalipun itu ada di lantai. Tanganmu bisa kotor." Ucapan asal Farrel justru membuat Dania tersenyum. Wajahnya nampak bersemu karena merasa
Read more

Bab 19 Mabuk2an

Waktu sudah sore. Bus sudah sampai pada terminal akhir tujuan. Semua penumpang sudah keluar dari dalam bus. Ada yang sudah mencari angkutan umum. Ada juga yang memilih menaiki ojek. Lelaki yang tadi memberi Jessi air minum hanya bisa menatap Jessi kasihan. Apalagi sekarang Jessi nampak celingukan. Sebagai lelaki yang memiliki istri yang tengah hamil tua, lelaki tersebut jadi membayangkan kalau istrinya ada di posisi Jessi. "Hah! Sebenarnya kenapa dia datang ke sini tanpa tujuan? Tanpa suaminya juga. Kenapa?" gumam lelaki berusia 30 tahunan tersebut. Tidak ada pilihan selain mendekati Jessi. "Mbak." "Eh, Mas. Ada apa?" "Mbak benar-benar tidak ada tujuan datang ke kota ini? Suami Mbak sebenarnya kemana? Kenapa dia membiarkan Mbak pergi sendirian begini? Atau jangan-jangan Mbak ini sedang melarikan diri karena bertengkar dengan suami?" tanyanya beruntutun. Pada akhirnya lelaki tersebut sudah tidak bisa menahan rasa penasarannya. Jessi bingung mau menjawab apa. Hatinya ingin meng
Read more

Bab 20 Medical Check up

"Ini KTP saya, Pak!" Dengan tangan bergetar, Jessi memberikan identitasnya pada ketua RT di kampung ini. Suaranya bahkan terasa tercekat, menyiksa tenggorokan. Jessi sadar, setelah ini dirinya akan membuat cerita kebohongan agar dirinya diterima di tempat ini. "Jessica Jill," gumam pak RT yang bernama Galuh. "Kata bu Ambar tadi Mbak Jessi ini sedang hamil. Kenapa di KTP statusnya masih belum menikah?" Jessi menunduk. Jujur, ia bingung mau menjawab apa. Namun, dirinya harus membuat keterangan. "Saya sudah menikah dengan suami saya. Baru beberapa bulan. Suami saya belum sempat mengurus perubahan status kami, Pak. Karena dia harus pergi berlayar. Hubungan saya dengan mertua kurang baik. Jadi ..." Jessi menangis karena dirinya harus berbohong. Sedangkan tangannya terus menyentuh perutnya. Sebagai calon ibu, dirinya tidak akan membiarkan orang lain tahu kalau anaknya hadir di luar pernikahan. Orang tidak boleh tahu kalau anaknya hadir karena perbuatan buruknya sendiri. Urusan dosan
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status