Home / Fantasi / Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Pewaris Bodoh Mengguncang Dunia: Chapter 11 - Chapter 20

50 Chapters

11. Teror

Junaedi segera membuang separuh air dari kuah tersebut dengan menyaringnya."Loh, kenapa dibuang, Mas Juned?" tanya Aris yang entah itu hanya pura-pura, atau benar-benar tidak tahu."Nggak tau, Ris. Garam tiba-tiba abis separo dan kuahnya jadi asin banget!"Wajah Aris berkerut melihat setoples garam yang tinggal separuh. "Loh! Kok bisa sih, perasaan saya nggak kasih garam lagi, karena rasanya memang sudah pas. Saya bener-bener nggak tau, Mas."Jika bukan Aris, lalu siapa? Pikiran Junaedi berkelut. Kemudian dia memfokuskan diri untuk menumis bumbu yang baru dan menuangkan air lagi ke dalam setengah kuah yang tersisa.Lima menit kemudian, beberapa mobil datang, parkir di depan restoran. Namun tampaknya mereka tidak langsung masuk dan sibuk dengan sesuatu."Mana tanggganya?" tanya Tukijo kepada salah satu teman-temannya yang sedang berkerumun mengelilinginya.Cecep bergegas pergi ke bagasi untuk mengambil tangga lipat.Tukijo meminta bantuan Sugeng, untuk memegang ujung spanduk yang ia b
Read more

12. Bangkai kepala kucing

"Maaf, Pak Juned. Saya hanya sedikit terkejut. Saya akan segera membersihkannya," ujar Jamelah segera bergegas melakukan pekerjaan."Aku akan membantumu!" Junaedi mengambil sebuah lap dan ikut membersihkan noda merah yang tercecer di dinding kamar mandi.Sesekali, Junaedi melirik ke arah Jamelah. Khawatir dia akan terganggu kehidupannya karena dihantui dengan teror. Namun setelah melihatnya, tak tampak sedikitpun wajah panik atau takut. Malah, dia terlihat begitu serius dan tenang menghadapi teror ini. Tanpa sadar, Junaedi menatap Jamelah terlalu lama karena melamun."Pak? Pak Juned?" Jamelah melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Junaedi, hingga lelaki berjakun itu akhirnya tersadar."Oh, maaf," sahutnya."Bapak melamun apa sih? Kok ngeliatin saya sampe segitunya.""Apa kamu tidak khawatir?""Pak Juned tidak perlu mengkhawatirkan saya. Saya bisa melindungi diri sendiri. Justru yang harus Anda khawatirkan adalah Kakek Sutejo," ujar Jamelah mengalihkan pandangannya sembari menggos
Read more

13. Pria berhoodie hitam

"Akhir-akhir ini, warga sekitar sini katanya banyak yang kehilangan kucing peliharaan mereka. Terus, Pak RT nemuin karung berisi bangkai beberapa kepala kucing dan bulu-bulunya di sebelah pot samping depan," jelas Aris.Karung? Junaedi tidak terlalu memperhatikan ada karung di sana saat dia datang ke Rumah Makan Wah Pi-Lok."Iya, Ris. Aku otw. Tunggu ya." Kemudian Junaedi mematikan telepon dan berpamitan kepada Marina. "Mar, aku balik ke Pi-Lok ya. Ada urusan mendadak," ujarnya.Saat dalam perjalanan menuju Rumah Makan Wah Pi-Lok, Junaedi teringat dengan video rekaman CCTV yang Sarah kirimkan tadi pagi. Tentang seorang yang meneror membawa sesuatu dikarungnya. Jangan-jangan ...Lelaki itu pun segera menghentikan laju mobilnya dan mengecek kembali video tersebut. Kemudian, dia kembali berkendara hingga sampai ke lokasi tujuan. Setibanya ia di sana, begitu banyak orang yang berkerumun di pintu masuk.Ketika Junaedi baru keluar dari mobil untuk mengecek apa yang telah terjadi, seseorang
Read more

14. Sosok asli Ambar Wijaya

Pukul 20.55Seperti biasa, Jamelah menemani Kakek Sutejo hingga orang tua itu tertidur. Setelah sang kakek tertidur, ia keluar dari kamar menuju ruang tamu. Gadis itu merasa ada seseorang mengikutinya dari belakang. Dia segera menoleh. Dan tiba-tiba ...Bugh!Seseorang memukul keras punggungnya dari belakang. Jamelah pun terjatuh sekali pukul. Samar-samar dia melihat kaki seseorang melangkah di hadapannya. Tak jelas, pandangannya mulai kabur, gelap, dan ia pun tak sadarkan diri.Jamelah terbangun oleh suara nyamuk yang terus beterbangan ke sana ke mari di sekitar telinganya. Sebuah ruangan berlantai tanah, gelap, dingin, dan sedikit berangin. Bau aroma asap rokok, menggempul memenuhi ruangan. Dia terbangun dalam keadaan tangannya terikat melingkar ke belakang kursi dan kakinya terikat lurus di bagian bawah betis."Uhuk ... uhuk! Di mana ini? Aku benci asap rokok!" gumamnya terbatuk-batuk.Tiba-tiba, mucul tepat di hadapan wajah Jamelah, sosok wajah wanita sedang mengapit suatu benda k
Read more

15. Di tengah sawah yang kering

Di saat hati Junaedi dipenuhi kecurigaan dan kebimbangan. Seketika itu juga, dia mendapat telepon dari Sarah."Susah banget sih dihubungin!" ketus Sarah merasa kesal karena saat gadis itu beberapa kali menghubunginya, ponsel Junaedi sibuk terus."Kenapa?""Istrimu dan beberapa orang membawa Kakek dan pembantumu pergi! Aku melihat dari CCTV depan, mereka menggunakan mobil off road berwarna hijau tua sekitar lima menit yang lalu!" jelas Sarah."Apa!"Kemudian Junaedi mematikan telepon dan segera memutar balik mobilnya mengejar mobil itu. Dia sempat kehilangan jejak, hingga berjalan terus tanpa arah.Namun, keberuntungan masih berpihak padanya. Junaedi menjumpai mobil itu masuk ke sebuah pekarangan. Karena jalan di pekarangan tidak rata, mobil berjalan sangat lambat. Dia memutuskan untuk keluar dan berjalan kaki mengikuti mobil itu.Mobil tersebut tampak berhenti di depan sebuah gubuk kayu. Gubuk tersebut tanpa dinding dan di dalamnya terdapat banyak tumpukan bata.Di samping gubuk itu,
Read more

16. Sutejo di ambang kematian

Dor!Suara letupan tembakan membuat Junaedi reflek tiarap. Sementara si pria ninja di hadapannya, terlihat tidak peduli seolah-olah mereka tahu siapa penembak tersebut.Dor! Dor!Junaedi berguling merayap menghindari tembakan itu. Dia tidak menyangka akan jadi seperti ini. Mereka benar-benar telah memperhitungkan segala hal untuk menutupi identitas mereka.Di sisi lain, Jamelah telah sampai di unit kesehatan dan segera membawa sang kakek ke ruang UGD. Gadis itu meminta bantuan sang resepsionis untuk menghubungi anggota keluarga Sutejo. Dia pun menelpon Junaedi. Namun, keadaan Junaedi yang sedang genting kabur dari si pria berkacamata, tidak memungkinkan untuk mengangkat panggilan."Tolong sekali lagi, Mbak!" pinta gadis itu memohon kepada sang resepsionis.Jamelah pun merasa bimbang. Antara dia harus kembali ke tengah sawah untuk melihat apa yang terjadi pada Junaedi, atau menunggu hasil pemeriksaan sang kakek. Dia ingin menghubungi Susi, tapi juga tidak hafal nomor kontaknya.Jika se
Read more

17. Sang ahli akupuntur

Semua mata pun tertuju ke arah Junaedi. Seketika itu, Santo dan Karso tertawa terbahak-bahak. Mereka menganggap ucapan Junaedi hanyalah sebuah lelucon.Mereka tidak tahu bahwa dalam diri Junaedi adalah Sumitro Joyo Kusumo, seorang master chef jenius abad ke-18. Kekayaan, kepintaran, kekuatan, dia memiliki segalanya dan dihormati semua orang di kehidupan sebelumnya. Dia adalah seorang konglomerat generasi kedelapan di masanya..Selain itu, Sumitro juga pernah belajar tentang akupuntur selama tiga tahun, saat ia mengunjungi sebuah kota di Tiongkok bersama ayahnya. Tubuhnya sangat bugar karena dia seorang atlet olahragawan sejak berada di bangku Sekolah Menengah Pertama.Namun, sangat disayangkan, Sumitro tidak mempelajari satupun teknik beladiri. Hal ini karena dirinya terlalu terobsesi menjadi seorang chef, dan sangat merasa aman dengan di kelilingi sepuluh penjaga."Jangan bercanda, Juned! Ini menyangkut nyawa kakek! Bukan main-main!" tegur Susi juga tak percaya.Santo mendatangi Juna
Read more

18. Selembar kertas

"A-aku ... ""Tentu saja kami tau dari Mbak Ambar!" celetuk si kembar Joko dan Juki memotong perkataan Marsodi dengan entengnya."Jika bukan karena dia yang memberi kabar, mana mungkin kita bisa tau bahwa kakek sedang kritis!" imbuh Santo."Oh!"Tanggapan Junaedi singkat sembari menaikkan salah satu ujung bibirnya. Gelagat Marsodi menunjukkan bahwa mereka sekeluarga memiliki andil pada kejadian semalam."Jika di rumahmu sedang ada teror, bukankah berarti lebih aman menempatkan kakek di rumah kami saja daripada di rumahmu, Junaedi?" ujar Mejo berpendapat.Wito pun mengangguk setuju dengan pendapat putranya."Aku tidak masalah di manapun kakek berada. Tapi, ehem. Apa kalian nggak keberatan kalau aku bakal sering singgah di rumah kalian?" tanya Junaedi memastikan. Dia sangat paham bahwa dulu, Karso sekeluarga sangat tidak menyukainya."Huh!" Susi mendengus melirik kerabatnya satu per satu. Wanita itu benar-benar tahu siapa saja yang tulus merawat Kakek Sutejo. "Apapun yang terbaik untuk
Read more

19. SoTong Asoy

Mata Junaedi membulat, lalu tiba-tiba tertawa puas setelah melihat selembar kertas itu."Darimana kamu mendapatkan ini?" tanya pria itu kepada asistennya."Saya hanya beruntung. Nyonya Ambar begitu ceroboh. Dia tidak menyadari selembar kertas penting jatuh di bawah meja kerjanya."Selembar kertas yang ditemukan Jamelah adalah berkas perjanjian lima restoran milik Bambang Sutejo yang diambil alih oleh Ambar. Dalam kertas itu tertulis bahwa, Ambar menjadi pemilik yang sah dan memiliki hak penuh untuk mengelola lima restoran tersebut. Yaitu:1. Rumah Makan Bi-Sa Muah (Bihun sayap ayam kuah) yang terletak di belakang tanggul pertigaan Jembatan Jengkol.2. Kedai Ru-Bah Salala (Rujak buah dan salad) yang terletak di dekat Lapangan Sitimarini.3. Kedai Do-Sa Saya (Donat sayur saus ayam) yang terletak di Pasar Papalala.4. Rumah Makan Te-Bing Joss (Sate kambing Joss) yang terletak di depan stasiun.5. Restoran MiNTa SaWah (Mie ndog tahu sayur kuwah) yang terletak di dekat pertamina mepet saw
Read more

20. Video rekayasa

Kedua insan itu terperanjat menoleh dan mendapati Junaedi berdiri di ambang pintu."Juned! Bagaimana kau bisa berada di sini?!" Marsodi segera mendorong Ambar menjauh dari pangkuannya. Hasrat mereka seketika pecah tak lagi bergairah.Junaedi sendiri, merasa de javu dengan adegan ini. Dia merasa, pernah menjumpai hal seperti ini sebelumnya.Ambar pun melangkah menghampiri Junaedi. Wanita itu merangkul salah satu lengannya sembari berdesis mesra meniup-niup bawah telinganya."Apa yang kamu lihat, hanya kesalahpahaman, Juned. Aku hanya membantu Marsodi memijat untuk meringankan rasa sakit di lehernya," ujar Ambar sangat-sangat lembut di telinga Junaedi. "Ayo kita pulang dan lupakan kejadian yang barusan kamu lihat, Sayang!""Kesalahapahaman? Ckck," umpat Junaedi memalingkan wajahnya.Ambar masih saja menggunakan alasan yang biasa ia lontarkan untuk membodohi suaminya. "Oh, benar. Kau tidak pulang selama tiga hari ini. Ke mana saja kau pergi? Apa kau tidak merindukan suamimu?" sindir Jun
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status