Home / Romansa / Sekretaris Sang Presdir / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Sekretaris Sang Presdir: Chapter 71 - Chapter 80

118 Chapters

Part 71. Pengganggu

“Mas, tolong ambilin itu buku gue!” Pijar sedikit menjerit ketika wajahnya terlihat gugup. Sebentar lagi kelas akan segera dimulai dan dia harus mengalami insiden kecil sehingga semua isi tasnya berhamburan keluar. “Lo panggil gue apa?” tanya Elang saat berdiri menjulang di depan Pijar yang tengah memunguti barang-barangnya yang berserakan. “Mas?” Wajahnya begitu tidak terima dengan panggilan yang disematkan kepadanya. “Astaga, tolong itu buku gue.” Pijar tidak mengindahkan ucapan Elang dan memilih menunjuk buku akuntansi yang tergeletak tak jauh dari tempat Pijar. Alih-alih membantu Pijar, Elang justru hanya menatap Pijar tanpa menolong sama sekali. Dia sepertinya merasa heran dengan bawaan Pijar. Mengeluarkan unek-uneknya, dia lantas bertanya, “Lo itu mau kuliah atau mau pindah tidur di kampus? Segala boneka di bawa-bawa.” Pijar mendengus keras ketika beranjak dan melotot menatap Elang. “Banyak tanya! Dimintai tolong nggak becus.” Dia marah karena Elang sejak tadi hanya terus d
last updateLast Updated : 2024-04-22
Read more

Part 72. Jalan Lain

“Sudah sejauh apa hubunganmu dengan Noah?” Elang tidak bisa menahan diri untuk tidak menanyakan hal itu kepada Pijar. Bukan hanya itu, dia juga belum tahu apakah Pijar sudah bertemu dengan orang tua Noah atau belum. Maka, dia segera bertanya, “Lalu, kamu sudah bertemu dengan orang tua Noah?” Setelah makan malam yang sangat kaku itu selesai beberapa saat lalu, Elang tidak melepaskan Pijar untuk pulang dengan Noah. Dia segera menggandeng perempuan itu dan bersedia untuk mengantarkannya. Noah pada awalnya tidak terima, tetapi Pijar akhirnya memilih untuk ikut dengan Elang. “Kami sudah bertemu dan ada banyak pembicaraan tentu saja,” jawab Pijar santai. “Membicarakan tentang apa? Pernikahan kalian?” Elang melirik Pijar tak senang. “Ya, begitulah!” Sontak saja rem mendadak itu membuat kepala Pijar hampir menghantam dashboard. Rahang Elang mengetat. Dia menatap Pijar dengan kilatan amarah yang tidak terbendung, bahkan dia tak bertanya tentang kondisi Pijar saat ini. Beruntung mereka su
last updateLast Updated : 2024-04-24
Read more

Part 73. Ini Ujian

“Bapak yakin akan bertamu malam begini, Pak?” Adam melontarkan pertanyaan ketika mereka sudah berada di depan rumah orang tua Pijar. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam dan terlihat pintu sudah tertutup rapat. Ternyata rumah orang tua Pijar bukan di perumahan, tetapi di sebuah perkampungan yang tertata apik. “Kamu sudah pesan kamar di penginapan?” tanya Elang. “Sudah, Pak.” “Kalau begitu kita ke penginapan terlebih dulu. Kita kembali lagi besok pagi.”Elang juga tahu diri jika dia tidak bisa mengetuk pintu rumah orang tua Pijar di jam seperti ini. Maka mau tak mau dia harus menundanya untuk esok pagi. Sesampainya di penginapan, Elang mendesah panjang. Itu benar-benar penginapan yang tidak terlalu besar. “Sepertinya aku perlu membangun hotel di sini. Bagaimana mungkin tidak ada hotel di tempat ini,” gumamnya seorang diri seolah dia memiliki peluang untuk membangun bisnis di sana. “Kasurnya juga bukan yang premium.” Elang kali ini benar-benar banyak komentar. Padahal keti
last updateLast Updated : 2024-04-25
Read more

Part 74. Obrolan Panjang Lebar

“Jadi, apa hal penting apa yang membuat Pak Elang datang ke rumah kami?” Ayah Pijar kembali bertanya ketika obrolan mereka sudah pada inti yang harus disampaikan. Pertanyaan tentang keberadaan Adam beberapa saat lalu sudah terjawab dan itu membuat Elang harus mengumpulkan keberaniannya kembali untuk masuk dalam inti percakapan. Beruntung ayah Pijar sudah memulainya lebih dulu. “Ini tentang saya dan Pijar, Pak.” Tidak perlu lagi berbasa-basi dan berbicara berputar-putar ke sana-kemari untuk menyampaikan maksud kedatangannya. Elang bisa melihat bagaimana ekspresi terkejut yang ditunjukkan oleh ayah Pijar tersebut. Lelaki itu tampak penasaran. “Pijar dan Pak Elang?” tanyanya balik dengan suara sedikit terkejut. “Benar, Pak.” Elang kini menyamankan duduknya sebelum dia melanjutkan ucapannya. “Saya dan Pijar sebenarnya dulu adalah sepasang kekasih.” “Apa?” Reaksi terkejut itu tentu saja bukan hal yang aneh bagi Elang. Bahkan ketika orang tuanya dulu mengetahui itu pun mereka terlihat
last updateLast Updated : 2024-04-27
Read more

Part 75. Salah Sasaran

Di gedung Sigma, seorang perempuan tengah menunggu Pijar di lobby kantor. Ekspresi wajah perempuan itu tidak bersahabat. Alih-alih duduk di sofa, dia memilih mondar-mandir menunggu kedatangan Pijar. Entah apa yang akan dilakukan oleh perempuan itu, sepertinya itu bukan hal yang baik. “Selamat siang. Ibu mencari saya?” Pijar datang dan membuat perempuan itu menoleh. “Ya, saya mencari Anda,” jawabnya ketus dan tidak bersahabat. Lalu, tanpa diduga sebelumnya, perempuan itu melayangkan tamparan keras di pipi Pijar membuat Pijar terperanjat. Demi Tuhan, dia bahkan tidak mengenal siapa perempuan itu. Dia bahkan tak tahu siapa nama perempuan itu, tetapi tiba-tiba dia mendapatkan tamparan tanpa sebab. Pijar tentu saja terdiam untuk beberapa saat ketika dia mengelus pipinya yang terasa panas. “Dasar perempuan murahan! Apa yang sedang kamu lakukan dengan suamiku?” Suara perempuan itu penuh dengan geramanan. Dia menuduh Pijar atas sesuatu yang tidak dia ketahui sebelumnya. “Ibu ini sebenarn
last updateLast Updated : 2024-04-27
Read more

Part 76. Si Menyebalkan

“Anda harus menyelesaikan masalah Anda dengan suami Anda karena Pijar tidak salah dalam hal ini.” Jika Elang sudah mengeluarkan titahnya, maka tidak ada yang bisa menghentikannya. Astrid pergi dari gedung Sigma dengan raut kesal bercampur malu. Tentu saja dia tak akan merasa puas sebelum bisa membalas Pijar. Perempuan mana yang akan diam saja ketika suaminya masih mencintai mantan kekasihnya. Di tempat lain, Elang menarik Pijar keluar dari kerumunan dan masuk ke dalam lift. Leo yang masih berada di sana, memberikan kode kepada semua karyawannya agar mereka bubar dan melanjutkan apa pun yang mereka tuju dari awal. Jam makan siang sedikit terganggu karena ada tontonan gratis. “Aku bisa mengatasi dia sendiri.” Pijar melepaskan rangkulan Elang yang ada di pundaknya ketika mereka sudah ada di ruangnya. “Nggak perlu mengatakan kalau aku calon istrimu!” Perempuan itu menatap Elang dengan kesal karena Elang mengatakan sesuatu yang tidak-tidak. “Aku tahu kamu bisa mengatasi masalah kecil s
last updateLast Updated : 2024-04-28
Read more

Part 77. Ayo, Menikah!

“Apa kamu bilang?” Pijar melototkan matanya maksimal. “Kamu apa? Minta izin sama Ayah mau nikahin aku?” “Hem.” Elang mengangguk penuh dengan percaya diri. “Aku udah cerita tentang kita kepada mereka dan sekarang tergantung sama kamu. Kalau kamu mau nikah cepet, mereka juga akan izinkan.” Pijar tidak bisa berkata-kata. Elang ini benar-benar titisan iblis berambut hitam. Sebelum ini dia tak pernah mengatakan kepada siapa pun tentang orang tuanya, di mana alamat rumah mereka, atau hal-hal lain yang menyangkut privasi orang tuanya. Jika Noah tahu rumah orang tuanya, itu tentu hal wajar karena orang tua Noah adalah teman ayahnya. Namun, dari mana Elang tahu juga?Untuk beberapa saat, Pijar hanya termenung dan menatap Elang dengan tatapan kosong. Kenapa begitu cepatnya lelaki itu bertindak. Kenapa ayahnya tidak mengatakan apa pun kepadanya? Lalu, kapan Elang datang ke rumah orang tuanya? Elang beranjak ketika mendengar ketukan pintu. Pesanan makanan sudah datang. Ada dua paperbag bertuli
last updateLast Updated : 2024-04-28
Read more

Part 78. Hatiku Masih Belum Sembuh

Pijar tidak mengatakan dengan spesifik jika dirinya menerima Elang lagi. Tidak ada juga pernyataan yang jelas jika mereka sudah merajut hubungan mereka yang sempat putus. Namun, Elang tetaplah Elang. Dia sudah merasa memiliki Pijar sepenuhnya. Lelaki itu jadi sering menemui Pijar baik itu di kantor atau bahkan di rumah Pijar. Dia tak akan membiarkan lelaki lain mengambil Pijar dari tangannya. Tidak akan ada kesempatan untuk orang lain mendekati Pijar. “Kenapa kamu jadi sering datang ke sini?” tanya Pijar kepada Elang saat malam ini Elang kembali datang ke rumah Pijar. Tatapan kesal Pijar tidak dihiraukan. Elang nyelonong masuk ketika Pijar baru saja membukakan pintu rumahnya. “Makanya ayo nikah biar kita tinggal serumah. Capek aku tiap pulang kerja harus nyetir agar jauh-jauh datang ke sini.” Begitu bunyi suara Elang sambil berjalan menuju sofa ruang keluarga. Padahal, dia dulu juga tinggal di depan rumah Pijar. Perjalanan dari kantornya ke rumah Pijar juga hanya setengah jam. Ela
last updateLast Updated : 2024-04-30
Read more

Part 79. Rumah Sakit

“Gimana keadaan, Tante, Mas?” Pijar terlihat khawatir ketika mengeluarkan pertanyaan itu kepada Noah. Dia baru saja pulang dari kantor ketika sang ayah mengatakan jika ibu Noah masuk rumah sakit. Ayahnya meminta agar Pijar menjenguk perempuan paruh baya itu sebagai perwakilan dirinya. Baru saja dia memarkirkan mobilnya, dia kembali pergi bahkan belum sempat untuk masuk ke dalam rumah. “Masih ditangani dokter, Jar.” Noah terlihat lemah ketika mengatakan itu. “Kok kamu bisa tahu kalau Mama ada di rumah sakit? Aku belum kasih tahu kamu, ‘kan?” “Ayah yang bilang. Jadi, aku langsung cepat-cepat dateng. Kejadiannya gimana, Mas?” Noah menarik napasnya panjang sebelum menjawab. “Mama tadi katanya sesak napas. Terus pingsan. Aku nggak tahu kenapa karena beliau nggak punya riwayat penyakit dalam.” “Tante pasti baik-baik saja.” Pijar segera bersuara untuk menguatkan Noah. Dia ingat betul bagaimana rasanya ketika orang tua sedang terbaring sakit di rumah sakit. Dia pernah mengalaminya ketika
last updateLast Updated : 2024-05-03
Read more

Part 80. Kesetanan

“Calon suami?” Ibu Noah terkejut luar biasa mendengar jawaban Elang. Pijar menutup matanya erat karena ulah Elang. Tidak seharusnya dia mengatakan itu di depan ibu Noah. Perempuan paruh baya itu tampak bingung ketika menatap Elang dan Pijar bergantian. “Kamu … punya pacar, Pijar? Bukannya kamu sedang dekat dengan Noah?” “Ma!” Noah mendekat. “Jangan pikirkan apa pun dulu. Yang penting sekarang adalah Mama sembuh.” “Tapi, Noah ….” “Pijar, udah malam. Jam besuk juga udah habis. Kamu bisa pulang dulu. Besok bisa kesini lagi.” Noah tentu tidak ingin kalau ibunya menjadi terbebani dengan masalah perjodohan dirinya dengan Pijar. Bukan hanya itu, terlihat sekali Elang tidak akan bisa mengalah dan menahan ucapannya. “Kalau begitu, kami pulang dulu, Mas.” Pijar menyetujui ucapan Noah. Dia pamit dengan ibu Noah meskipun perempuan paruh baya itu masih terlihat bingung. “Kamu itu tolong tahan ucapan kamu dong, Lang.” Sampai di luar rumah sakit, Pijar segera menegur Elang. “Tante itu lagi sa
last updateLast Updated : 2024-05-03
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status