Home / Romansa / Sekretaris Sang Presdir / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Sekretaris Sang Presdir: Chapter 91 - Chapter 100

118 Chapters

Part 91. Tokcer

“Aku ini laki-laki. Tahu cara laki-laki lain menatap perempuan yang dia suka. Dan laki-laki tadi melakukannya. Kamu pikir aku akan diam saja? Cih … tentu saja tidak.” “Ya, tapi nggak perlu kayak gitu juga, Lang. Dia itu pasti malu.” “Biar nggak ngelakuin begitu lagi.” Elang mana bisa dikalahkan. Benar atau salah pasti dia tetap akan mencari ucapan yang benar. Pijar tidak ingin berdebat dan memilih meninggalkan Elang di belakang. Elang menyusul, lalu memeluk pinggang Pijar sampai ke dalam ruangan. “Makan, yuk. Laper aku.” “Mau dipesenin apa?” tanya Pijar sambil meletakkan laptop dan juga dokumen di atas meja. Elang sama sekali tidak pernah melewatkan sekalipun makan siang bersama dengan Pijar sejak mereka menikah. “Nasi sambal ayam di tempat biasa.” Pijar segera memesan makan siang mereka sambil duduk di samping Elang. Elang menarik lengan Pijar agar perempuan itu jatuh di pelukannya. Pijar tidak menghindar dan memilih fokus pada ponselnya untuk memesan makan siang mereka. Har
last updateLast Updated : 2024-05-12
Read more

Part 92. Dua Orang Keras Kepala Menjadi Satu

Elang hampir menjatuhkan rahangnya ketika melihat penampilan Pijar. Usia kandungannya sudah 6 bulan. Perutnya sudah terlihat besar, tetapi sepatu tinggi yang digunakan sama sekali tidak pernah tertinggal. Sudah berkali-kali Elang melarangnya untuk tidak menggunakan sepatu berhak tinggi, tetapi pijar terlalu bebal untuk menuruti ucapan sang suami.“Yang ….”“Udah, ya, Mas. Aku udah tahu apa yang akan kamu bilang. Kamu pasti minta aku buat nggak pakai sepatu hak tinggi ‘kan?”Pijar tahu apa yang akan dikatakan oleh Elang, sehingga dia segera menjawab. Saat hamil, Pijar semakin suka berdandan. Sepatu hak tinggi menjadi koleksinya akhir-akhir ini. Pakaian-pakaian cantik berupa dress, tas, dan bahkan perhiasan. Sungguh bukan seperti Pijar yang sebelumnya.“Kamu tahu kamu lagi hamil, Sayang. Kamu boleh beli sebanyak yang kamu mau, tapi jangan dipakai dulu.”Pijar menyeringai. “Mubadzir kalau nggak dipakai,” jawab Pijar dengan santai seolah ucapan Elang bukan apa-apa. Lagi pula, dia sudah ah
last updateLast Updated : 2024-05-13
Read more

S2. Part 1. Seorang Ruby 

“Untuk apa wajah cantik kalian kalau kalian bahkan tidak memiliki kemampuan untuk bekerja!” Suara itu terdengar dingin ketika menatap lima gadis yang tengah menunduk dalam. Di tangan perempuan itu ada sebuah naskah yang digunakan untuk casting anak-anak didik yang akan segera diluncurkan menjadi seorang actris film. Dia mendapatkan rekomendasi dari salah satu penanggung jawab untuk artis baru di infinity. “By, jangan marah dulu.” “Kamu yang akan aku marahin kalau ikut campur urusanku.” Mata gadis yang dipanggil By itu tampak dingin. “Rekomendasi macam apa yang kalian berikan?” Usia muda dengan kemampuan kerja yang luar biasa membuat Ruby disegani oleh banyak orang di sana. Dia bahkan disandingkan dengan sutradara-sutradara senior milik Infinity. “Aku udah menyeleksi sebelum aku serahkan ke kamu. Dan mereka nggak ada masalah.” “Itu menurutmu, tapi tidak menurutku.” Perempuan itu berjalan ke arah laptop dan menonton tayangan ulang yang baru saja diambil. “Seorang artis bukan hanya
last updateLast Updated : 2024-05-14
Read more

S2. Part 2. Kehabisan Bensin

Ruby mendengus kesal dengan ucapan perempuan paruh baya tersebut. Apa perempuan itu pikir kalau Ruby kekurangan uang sampai harus menggunakan cara selicik itu untuk mendapatkannya? Sungguh tidak masuk akal. “Kalau kemampuanmu mumpuni dan kamu bisa menguasai semuanya, mari ikut saya agar saya bisa menilainya.” Ruby sama sekali tidak menyinggung ucapan perempuan paruh baya tersebut dan memilih untuk membahas inti dari pembicaraan tersebut. Menatap gadis remaja berusia 17 tahunan itu dengan tegas. “Bakat yang kamu punya akan membuatmu bertahan di dunia entertainment. Kalau kamu mengikuti talent dari Infinity, maka kamu akan tahu mereka bahkan bisa bertahan sampai mereka memutuskan untuk mundur dari hingar bingar dunia televisi. Anda tahu maksud saya.” “Mbak Ruby, tentu saja ini bukan seperti itu. Saya hanya ingin memuluskan jalan putri saya di depan dan sisanya dia pasti akan melakukannya dengan baik.” Perempuan paruh baya itu tampak benar-benar memohon. Tatapannya penuh dengan keingi
last updateLast Updated : 2024-05-16
Read more

S2. Part 3. Makan Siang

Untuk pertama kalinya dalam hidup, seorang Orion Bamantara kehabisan bensin. Masih dalam keadaan tubuh kotor belum mandi, perut lapar, dan mereka harus berjalan untuk mencari bahan bakar untuk kendaraan beroda empat tersebut. Ini sangat memalukan bagi Orion. Dia bahkan harus menutupi wajahnya menggunakan masker. “Kamu harusnya tadi di mobil saja dan tunggu saya.” Orion bersuara memecah kebekuan di antara dirinya dan Ruby. “Nggak mungkin lah saya biarin Mas Orion jalan sendirian. Di daerah sini itu susah cari bensin. Kita masih harus jalan kaki sepuluh sampai lima menit lagi,” jawab Ruby. Padahal, mereka sudah berjalan sepuluh menit yang lalu. Orion berhenti. Dia menoleh ke arah Ruby. “Saya lapar,” katanya dengan wajah lelah. Ruby melihat sekeliling dan ada sebuah kursi di bawah pohon. “Kita makan di sana. Tapi, Mas yakin?” Orion melihat ada sebuah toko kecil. “Kamu tunggu di sini dulu. Saya ke toko itu.” Orion sedikit berlari dan masuk ke dalam toko tersebut. Tak lama dia keluar
last updateLast Updated : 2024-05-16
Read more

S2. Part 4. Lelaki Asing

“Kamu sudah punya pacar?” tanya Orion kepada Ruby setelah dia melihat orang yang datang menemui Ruby adalah seorang lelaki tampan. Dia tak mendengarkan apa yang mereka obrolkan, tapi dari gerak-gerik tubuh lelaki itu, Elang bisa melihat bagaimana lelaki itu memiliki ketertarikan dengan Ruby. “Nggak punya,” jawab Ruby dengan singkat. “Lalu lelaki itu?” tanya Orion lagi. “Teman lama.” “Sepertinya dia cinta sama kamu.” Langkah kaki Ruby terhenti tepat di depan ruangan casting. Berbalik untuk menatap Orion sebelum menjawab ucapan lelaki itu. “Terima kasih sudah memberikan informasi. Saya masuk dulu.” Ruby masuk ke dalam ruangan sebelum menutup pintunya dengan rapat. Dia tak akan memedulikan siapa pun yang bertanya tentang masalah pribadinya. Ruby menunduk sambil menatap tabletnya sebelum pintu ruangan tersebut kembali terbuka. Lima calon aktris itu muncul dan dia siap untuk menguji. Tidak disangka, Orion ikut di belakang mereka dan duduk di samping Ruby. Kening Ruby mengernyit, teta
last updateLast Updated : 2024-05-17
Read more

S2. Part 5. Musibah

Ruby memiliki pengalaman hidup yang panjang sejak dia masih sangat muda. Terlahir dari keluarga kaya dengan banyak profesi di dalamnya, membuatnya dipandang sebelah mata ketika dia ingin mengambil kuliah film. Bukan hanya sang ayah yang menentang secara terang-terangan, tetapi juga semua keluarganya. Mereka meremehkan Ruby.Ketika sekarang dia bisa menunjukkan kemampuannya dan sama sekali tidak tergantung dengan keluarganya, mereka justru ingin membuat Ruby kembali ke rumah. Tentu saja Ruby tidak akan menerima semudah itu. Dia dulu bukan siapa-siapa ketika ikut bergabung dalam pembuatan film menjadi pesuruh. Bentakan adalah makanan sehari-hari. Membentuk kepribadiannya sekarang yang keras dan dingin.“Kami benar-benar minta maaf, Ruby.” Lelaki itu kembali bersuara. “Kami memang salah.”“Nggak ada yang salah dan nggak ada yang benar. Hanya saja, tolong jangan ganggu aku dengan permintaan seperti ini. Aku sibuk dan pekerjaanku yang banyak, aku nggak punya waktu untuk memikirkan hal yang
last updateLast Updated : 2024-05-18
Read more

S2. Part 6. Pertemuan Daniel dan Orion

Orion sesekali menoleh pada Ruby yang tengah tertidur di sampingnya. Wajah perempuan itu terlihat begitu lelah dan pucat. Pipi bekas tamparan dan bibirnya yang sedikit sobek itu membuat hati Orion nyeri. Perempuan itu benar-benar definisi perempuan yang mandiri cenderung bodoh. Entah hal apa yang membuat perempuan Ruby menjadi perempuan keras kepala seperti itu. Lalu, lelaki tadi itu, Orion yakin ada hubungan special di antara mereka. Bisa jadi lelaki tadi adalah kakaknya. Orion bisa mendengar kata pulang yang dikatakan oleh Daniel saat masih berada di rumah sakit. Masalah seperti apa yang membuat Ruby harus pergi meninggalkan rumah. Sungguh, Orion dibuat penasaran dengan kehidupan Ruby. “By, bangun. Udah sampai.” Orion membangunkan Ruby yang masih terlelap tidur. Gadis itu membuka matanya dengan cepat. Memijat pelipisnya ketika rasa sakit itu menyerangnya. “Terima kasih, Mas. Saya masuk dulu.” Ruby membuka pintu mobil dengan pelan dan sedikit berpegangan pada badan mobil. Orion t
last updateLast Updated : 2024-05-19
Read more

S2. Part 7. Kejutan Tak Menyenangkan

Orion menatap punggung Daniel dengan tatapan datar. Mengantarkan kakak Ruby itu sampai mobil lelaki itu menghilang dari pandangannya. Orion duduk di undakan teras lalu mengeluarkan rokok dari saku celananya. Mengambil satu batang lalu menyalakannya. Menyesapnya dengan pelan sambil menatap depan. Ini sudah hampir siang dan tidak biasanya Orion tidak masuk kerja seperti sekarang. Lelaki itu tampak berpikir tentang hubungan Ruby dan Daniel. Dia sejujurnya penasaran dengan apa yang terjadi, sayangnya Ruby tidak akan mengatakan apa pun tentang masalah keluarganya. Terlebih lagi itu kepada Orion yang tidak memiliki hubungan apa pun dengannya. Orion melemparkan puntung rokok ke dalam tempat sampah tak jauh dari tempatnya duduk sebelum ingin kembali ke dalam. Tanpa disangka, Ruby berdiri di ambang pintu sambil menatap Orion dalam. “Kenapa? Kamu ingin sesuatu?” tanya Orion mendekat pada Ruby. “Sampai kapan Mas akan di sini?” tanya Ruby tanpa berpikir sedikitpun. Orion masuk begitu saja ke
last updateLast Updated : 2024-05-20
Read more

S2. Part 8. Tentang Ruby

“Kamu masih saja keras kepala, Ruby.” Ayah Ruby tampak tidak senang dengan ucapan putrinya itu kepadanya. Ruby seolah mengusir dirinya secara terang-terangan. Niatnya datang ke rumah itu adalah untuk mengajak kembali putrinya untuk pulang, tetapi Ruby justru terlihat tidak berminat dengan itu. “Sejak dulu Papa selalu saja menganggap aku nggak becus. Aku capek dengan itu, Pa. Tolong, aku sekarang ingin menjalani hidupku dengan damai tanpa ada tuntutan dari siapa pun. Aku sudah berusaha untuk sampai di titik ini, jadi jangan lagi berkomentar buruk tentang pekerjaanku.” Ruby tak bisa menutup matanya mengingat kedatangan orang tuanya beberapa jam yang lalu. Sejujurnya dia rindu dengan mereka. Dia juga ingin ditanyai tentang hal-hal remeh tentang pekerjaannya. Dengan begitu dia bisa menceritakan bagaimana dia mengatasi pekerjaannya yang begitu banyak. Sayangnya, orang tuanya tidak pernah berubah. Mereka masih sama dan menganggap berada di dunia hiburan bukanlah pekerjaan yang perlu diba
last updateLast Updated : 2024-05-22
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status