Home / Romansa / Sekretaris Sang Presdir / S2. Part 3. Makan Siang

Share

S2. Part 3. Makan Siang

Author: Loyce
last update Last Updated: 2024-05-16 19:18:10

Untuk pertama kalinya dalam hidup, seorang Orion Bamantara kehabisan bensin. Masih dalam keadaan tubuh kotor belum mandi, perut lapar, dan mereka harus berjalan untuk mencari bahan bakar untuk kendaraan beroda empat tersebut. Ini sangat memalukan bagi Orion. Dia bahkan harus menutupi wajahnya menggunakan masker.

“Kamu harusnya tadi di mobil saja dan tunggu saya.” Orion bersuara memecah kebekuan di antara dirinya dan Ruby.

“Nggak mungkin lah saya biarin Mas Orion jalan sendirian. Di daerah sini itu susah cari bensin. Kita masih harus jalan kaki sepuluh sampai lima menit lagi,” jawab Ruby. Padahal, mereka sudah berjalan sepuluh menit yang lalu.

Orion berhenti. Dia menoleh ke arah Ruby. “Saya lapar,” katanya dengan wajah lelah. Ruby melihat sekeliling dan ada sebuah kursi di bawah pohon.

“Kita makan di sana. Tapi, Mas yakin?”

Orion melihat ada sebuah toko kecil. “Kamu tunggu di sini dulu. Saya ke toko itu.” Orion sedikit berlari dan masuk ke dalam toko tersebut. Tak lama dia keluar
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Oppo A712018
elang banget ya orion
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 4. Lelaki Asing

    “Kamu sudah punya pacar?” tanya Orion kepada Ruby setelah dia melihat orang yang datang menemui Ruby adalah seorang lelaki tampan. Dia tak mendengarkan apa yang mereka obrolkan, tapi dari gerak-gerik tubuh lelaki itu, Elang bisa melihat bagaimana lelaki itu memiliki ketertarikan dengan Ruby. “Nggak punya,” jawab Ruby dengan singkat. “Lalu lelaki itu?” tanya Orion lagi. “Teman lama.” “Sepertinya dia cinta sama kamu.” Langkah kaki Ruby terhenti tepat di depan ruangan casting. Berbalik untuk menatap Orion sebelum menjawab ucapan lelaki itu. “Terima kasih sudah memberikan informasi. Saya masuk dulu.” Ruby masuk ke dalam ruangan sebelum menutup pintunya dengan rapat. Dia tak akan memedulikan siapa pun yang bertanya tentang masalah pribadinya. Ruby menunduk sambil menatap tabletnya sebelum pintu ruangan tersebut kembali terbuka. Lima calon aktris itu muncul dan dia siap untuk menguji. Tidak disangka, Orion ikut di belakang mereka dan duduk di samping Ruby. Kening Ruby mengernyit, teta

    Last Updated : 2024-05-17
  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 5. Musibah

    Ruby memiliki pengalaman hidup yang panjang sejak dia masih sangat muda. Terlahir dari keluarga kaya dengan banyak profesi di dalamnya, membuatnya dipandang sebelah mata ketika dia ingin mengambil kuliah film. Bukan hanya sang ayah yang menentang secara terang-terangan, tetapi juga semua keluarganya. Mereka meremehkan Ruby.Ketika sekarang dia bisa menunjukkan kemampuannya dan sama sekali tidak tergantung dengan keluarganya, mereka justru ingin membuat Ruby kembali ke rumah. Tentu saja Ruby tidak akan menerima semudah itu. Dia dulu bukan siapa-siapa ketika ikut bergabung dalam pembuatan film menjadi pesuruh. Bentakan adalah makanan sehari-hari. Membentuk kepribadiannya sekarang yang keras dan dingin.“Kami benar-benar minta maaf, Ruby.” Lelaki itu kembali bersuara. “Kami memang salah.”“Nggak ada yang salah dan nggak ada yang benar. Hanya saja, tolong jangan ganggu aku dengan permintaan seperti ini. Aku sibuk dan pekerjaanku yang banyak, aku nggak punya waktu untuk memikirkan hal yang

    Last Updated : 2024-05-18
  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 6. Pertemuan Daniel dan Orion

    Orion sesekali menoleh pada Ruby yang tengah tertidur di sampingnya. Wajah perempuan itu terlihat begitu lelah dan pucat. Pipi bekas tamparan dan bibirnya yang sedikit sobek itu membuat hati Orion nyeri. Perempuan itu benar-benar definisi perempuan yang mandiri cenderung bodoh. Entah hal apa yang membuat perempuan Ruby menjadi perempuan keras kepala seperti itu. Lalu, lelaki tadi itu, Orion yakin ada hubungan special di antara mereka. Bisa jadi lelaki tadi adalah kakaknya. Orion bisa mendengar kata pulang yang dikatakan oleh Daniel saat masih berada di rumah sakit. Masalah seperti apa yang membuat Ruby harus pergi meninggalkan rumah. Sungguh, Orion dibuat penasaran dengan kehidupan Ruby. “By, bangun. Udah sampai.” Orion membangunkan Ruby yang masih terlelap tidur. Gadis itu membuka matanya dengan cepat. Memijat pelipisnya ketika rasa sakit itu menyerangnya. “Terima kasih, Mas. Saya masuk dulu.” Ruby membuka pintu mobil dengan pelan dan sedikit berpegangan pada badan mobil. Orion t

    Last Updated : 2024-05-19
  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 7. Kejutan Tak Menyenangkan

    Orion menatap punggung Daniel dengan tatapan datar. Mengantarkan kakak Ruby itu sampai mobil lelaki itu menghilang dari pandangannya. Orion duduk di undakan teras lalu mengeluarkan rokok dari saku celananya. Mengambil satu batang lalu menyalakannya. Menyesapnya dengan pelan sambil menatap depan. Ini sudah hampir siang dan tidak biasanya Orion tidak masuk kerja seperti sekarang. Lelaki itu tampak berpikir tentang hubungan Ruby dan Daniel. Dia sejujurnya penasaran dengan apa yang terjadi, sayangnya Ruby tidak akan mengatakan apa pun tentang masalah keluarganya. Terlebih lagi itu kepada Orion yang tidak memiliki hubungan apa pun dengannya. Orion melemparkan puntung rokok ke dalam tempat sampah tak jauh dari tempatnya duduk sebelum ingin kembali ke dalam. Tanpa disangka, Ruby berdiri di ambang pintu sambil menatap Orion dalam. “Kenapa? Kamu ingin sesuatu?” tanya Orion mendekat pada Ruby. “Sampai kapan Mas akan di sini?” tanya Ruby tanpa berpikir sedikitpun. Orion masuk begitu saja ke

    Last Updated : 2024-05-20
  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 8. Tentang Ruby

    “Kamu masih saja keras kepala, Ruby.” Ayah Ruby tampak tidak senang dengan ucapan putrinya itu kepadanya. Ruby seolah mengusir dirinya secara terang-terangan. Niatnya datang ke rumah itu adalah untuk mengajak kembali putrinya untuk pulang, tetapi Ruby justru terlihat tidak berminat dengan itu. “Sejak dulu Papa selalu saja menganggap aku nggak becus. Aku capek dengan itu, Pa. Tolong, aku sekarang ingin menjalani hidupku dengan damai tanpa ada tuntutan dari siapa pun. Aku sudah berusaha untuk sampai di titik ini, jadi jangan lagi berkomentar buruk tentang pekerjaanku.” Ruby tak bisa menutup matanya mengingat kedatangan orang tuanya beberapa jam yang lalu. Sejujurnya dia rindu dengan mereka. Dia juga ingin ditanyai tentang hal-hal remeh tentang pekerjaannya. Dengan begitu dia bisa menceritakan bagaimana dia mengatasi pekerjaannya yang begitu banyak. Sayangnya, orang tuanya tidak pernah berubah. Mereka masih sama dan menganggap berada di dunia hiburan bukanlah pekerjaan yang perlu diba

    Last Updated : 2024-05-22
  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 9. Camping 

    “Saya nggak mau!” tolak Ruby dengan tegas, “dikira saya nggak punya pekerjaan apa.” Perempuan itu lantas hampir berbalik untuk pergi ketika Orion menahannya. “Ini perintah, Ruby.” Kukuh Orion tak mau mengalah. “Perintah yang tidak penting bisa ditolak. Dan perintah Mas Orion sama sekali tidak penting, jadi saya bisa menolaknya.” Orion menarik tangan Ruby dan memaksa perempuan itu berjalan menuju mobilnya. Mana bisa Ruby menolaknya, sedangkan dia sudah menyiapkan semuanya. Tentu saja dia merasa tidak adil untuk ‘kerja kerasnya’ jika tidak dihargai. Maka dari itu, mau tak mau Ruby harus ikut dengannya. Entah dia merasa rela atau tidak. “Mas, saya nggak mau.” Berontak Ruby saat dia sudah berada di dalam mobil. “Diam!” Orion segera mengendarai mobilnya dengan cepat agar bisa segera sampai tempat tujuan. Ruby benar-benar tidak tahu harus melakukan apa dengan sifat keras kepala yang ditunjukkan oleh Orion kepadanya. Kesal bercampur dengan emosi itu benar-benar menguasai kepala Ruby. D

    Last Updated : 2024-05-23
  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 10. Debut di Social Media

    “Kalau kamu capek boleh tidur.” Orion masih menikmati makanannya ketika berbicara. Hal itu membuat Ruby menoleh ke sana-kemari. “Di tenda?” tanyanya setelah itu.“Memang kamu lihat tempat lain yang bisa dipakai tidur selain tenda itu?” “Kalau nanti Mas Orion ngantuk juga, tidur di tenda itu juga?” “Ya, nggak mungkin saya tidur di tengah sungai.” Orion menatap Ruby dengan lirikan malas seolah dia benar-benar berbicara dengan perempuan paling bodoh sedunia. “Kalau begitu saya nggak mau tidur.” Ruby memutuskan. Padahal dia benar-benar ingin sekali berbaring. “Kenapa? Takut saya perkosa.” “Ngomongnya nggak di filter.” Ruby mendelik kesal. “Karena nggak ada alasan yang masuk akal ketika kamu takut dengan seorang lelaki kecuali dia akan melakukan pelecehan.” Ruby tidak menjawab. Dia melupakan ucapan Orion beberapa saat lalu yang menginginkan dia menjadi kekasihnya.“Saya nggak mau jadi pacar Mas Orion.” Akhirnya Ruby bersuara setelah beberapa saat. “Lalu mau jadi apa? Istri saya? Ng

    Last Updated : 2024-05-24
  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 11. Dua Lelaki Sama Versi

    “Mas tolong profesionalnya dong. Kita ini di kantor.” Ruby lelah menghadapi Orion. Perempuan itu malas kalau harus menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh karyawan lain kepadanya. “Di mana letak ketidak profesionalan saya? Saya mengunggah foto kamu itu di akun pribadi saya. Bukan di akun perusahaan.” Orion menjelaskan dengan sabar. “Seharusnya Mas nggak perlu mengunggah hal yang tidak perlu.” “Saya tidak akan memutus kebahagiaan saya hanya karena orang lain. Kalau mereka mau ribut, biarkan mereka ribut. Bukankah kamu sudah biasa mengabaikan hal-hal yang begitu? Kenapa sekarang kamu merespon berlebihan?” Ruby terdiam. Orion memang benar, biasanya dia hanya mengabaikan hal-hal yang tidak penting itu masuk ke dalam telinganya. Sekarang lantas kenapa dia harus meributkan hal seperti itu? Ruby tertunduk. Helaan napas panjang itu dia keluarkan dari mulutnya. Orion berdiri masih di depan kursi kerjanya. Tangannya terulur untuk mengelus puncak kepala Ruby. Ruby mendongak dan

    Last Updated : 2024-05-24

Latest chapter

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 26. Final

    Pernikahan itu tidak mewah seperti yang diinginkan oleh Ruby sebelumnya. Namun, bisa dirasakan begitu khidmatnya acara akad nikah tersebut. Tamu yang datang benar-benar hanya teman dekat dari dua belah keluarga sehingga acara itu sungguh begitu nyaman.Sepanjang acara, Orion tidak melepaskan Ruby sama sekali. Entah itu dengan menggenggam tangannya, memeluk pinggangnya, atau hanya menempelkan bahunya dengan bahu Ruby. Lelaki itu seolah tidak ingin ditinggalkan oleh Ruby. Acara itu hanya berjalan dua jam, tetapi Orion merasa dia lelah luar biasa.“Pa, Ma, aku pamit.” Ruby berdiri di depan anggota keluarganya untuk pergi dari rumah dan tinggal berdua dengan Orion. Mereka bahkan tidak ingin seharipun menginap di rumah orang tua Ruby.“Kamu baik-baik, ya. Sekarang kamu sudah menjadi istri. Yang nurut sama suami. Kalau ada sesuatu yang dirundingkan dan jangan asal ambil keputusan sendiri,” pesan ibunya dengan mata berkaca-kaca.“Iya, Ma. Aku ngerti.” Ruby mengangguk dan tidak lagi banyak bic

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 25. Cincin Berlian

    Ruby tampak anggun dengan dress navy di bawah lutut. Rambutnya diurai dengan model curly, make up tipis menghiasi wajahnya. Keseluruhan penampilannya begitu cantik luar biasa. Sebelumnya dia tak pernah berpenampilan seperti ini. Tentu saja hal itu membuat Orion tampak terpesona. Senyum tipis penuh makna itu terlihat di bibirnya. Dua keluarga itu duduk berhadapan untuk membicarakan masalah pernikahan. Pada akhirnya, hubungan yang dianggap tidak akan bertahan lama itu ternyata akan berakhir di pelaminan. “Untuk mengikat keduanya, kami sudah menyiapkan cincin pertunangan untuk mereka. Maaf kalau sebelumnya kami tidak mengatakan apa pun terkait ini, tapi, akan lebih baik kalau mereka tunangan lebih dulu.” Pijar meletakkan kotak cincin di atas meja dengan keadaan terbuka. Dua cincin berkilauan itu terlihat. Satu cincin bertahtakan berlian itu tampak begitu mewah dan indah. Cincin itu diperuntukkan untuk Ruby dan satu cincin polos tentu saja untuk Orion. “Bu Pijar, bukankah ini terlalu

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 4. Si Penguasa

    “Pasti ada hal penting yang ingin dr. Daniel katakan kepada kami sehingga jauh-jauh datang ke kantor kami.” Elang menyambut dengan baik kedatangan Daniel. Setelah mengetahui jika Elang adalah seorang CEO, lelaki itu tampaknya mengubah pandanganya tentang Orion. Dia belum tahu mendalam tentang Orion dan keluarganya dan hanya dengan semua ini saja dia sudah terkejut luar biasa. Daniel mengangguk sebelum berbicara. “Ruby menerima tawaran Orion. Dia mau menikah dengan Orion dan saya diminta Papa untuk menemui Pak Elang untuk membicarakan tentang ini. Kapan keluarga kami bisa datang ke kediaman Pak Elang untuk membahas pernikahan?” Elang menatap Orion yang juga tengah menatapnya dengan serius. Dia tak memiliki apa pun untuk dikatakan. Lelaki itu hanya diam seolah masih mencerna setiap kejadian yang terjadi hari ini. “Kalau memang ingin membicarakan pernikahan, kami saja yang akan datang. Sekalian melamar secara resmi.” Elang menjawab dengan lugas dan tegas. “Tidak, Pak. Bapak dan kelu

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 23. Kenyataan yang Baru Diketahui

    “Aku sudah memutuskan untuk menikah. Nggak peduli kalau hanya menjadi ibu rumah tangga.” Setelah memikirkan selama berhari-hari, akhirnya Ruby mengambil keputusan dan mengatakan kepada keluarganya. setelah makan malam, dia mengumpulkan empat anggota keluarganya untuk diajak berbicara serius. Baginya semua akan sama saja. Dia sekarang terkurung di rumah besar orang tuanya tanpa melakukan apa pun. Semua yang dia mau sudah tersedia dan sekedar menginginkan es krim saja sudah tersedia. Ruby sudah merasa lelah dengan semua yang terjadi sekarang. Biarlah dia menikah dan menjadi istri Orion. Dia tidak pernah apa keputusannya menikah muda adalah keputusan yang tepat, tetapi baginya ini lebih baik. “Aku sudah memikirkan secara matang dan mendalam. Aku akan menikah dengan lelaki yang bisa memberikan aku banyak cinta dan Orion adalah orang itu.” Ruby menatap satu per satu keluarganya. Bisa dilihat bagaimana mereka tampak terkejut yang berusaha ditutupi. Rahang sang ayah tampak mengerat, pun d

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 22. Tiba-tiba Dilamar

    Seluruh anggota keluarga Ruby dibuat terkejut dengan kemunculan Orion di rumah mereka. Orion tidak datang sendiri melainkan bersama dengan kedua orang tuanya. Lelaki itu seolah ingin menunjukkan keseriusannya kepada Ruby atas hubungannya dengan gadis itu. Ayah Ruby tentu saja menerima kedatangan mereka dengan santun selayaknya tuan rumah menerima tamu. “Maafkan kami, Pak, kalau kedatangan kami mengejutkan Bapak dan keluarga.” Elang mengawali. “Tujuan kami ke sini tak lain adalah untuk itikad baik kami dalam hubungan Orion dan Ruby.” Ruby yang juga berada di sana pun terlihat terdiam tak mengatakan apa pun. Elang adalah bos besar dan dia bahkan tidak pernah berhadapan langsung dengan lelaki itu sejauh dia bekerja di Infinity. Namun, sekarang lelaki itu tiba-tiba datang dan membicarakan masalah hubungan putranya dengan mantan karyawannya. Sungguh, dalam bayangan Ruby pun dia tak pernah menyangka hari ini akan tiba. “Orion mengatakan jika dia sangat mencintai Ruby dan tidak siap jika

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 21. Terlalu Singkat

    Total sudah dua bulan Orion tidak bertemu dengan Ruby. Jangan tanyakan bagaimana rindunya lelaki itu kepada sang pujaan hati. Setelah dia mendapatkan alamat rumah orang tua Ruby, alih-alih segera mendatangi rumah gadis itu, dia justru terus memutar ucapan sang ayah di dalam kepalanya. Dia selama ini tidak pernah mendapatkan penolakan dalam hal apa pun. Tentu saja ada sebuah ketakutan yang muncul di dalam hatinya jika orang tua Ruby akan menolaknya mentah-mentah. Oleh karena itu, dia belum berani ambil resiko. Namun, semakin dia merasakan rindu itu menggebu, semakin tidak bisa dia mengendalikan emosinya. Hampir setiap hari dia marah kepada orang-orang di sekitarnya. “Silakan, Mas.” Orion terhenyak ketika seorang pelayan datang membawa pesanan makan siangnya. Dia mengangguk dan berterima kasih kepada pelayan tersebut sebelum memulai makan. Merasa ada yang memperhatikan, Orion mendongak dan seperti ada tamparan di wajahnya, tepat di depannya ada Ruby yang menatap ke arahnya. Orion den

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 20. Dia Tak Sebanding

    Perjalanan cinta Orion sama sekali tidak mudah. Pertentangan itu bukan hanya muncul dari satu orang, tetapi satu keluarga Ruby. Orion memang belum pernah bertemu dengan ayah Ruby, tetapi dia pun yakin semua ucapan Daniel sudah mewakili ayahnya. Sekarang dia hanya menunggu sebuah keajaiban barangkali dia akan bertemu dengan Ruby tanpa disengaja. “Mas Orion.” Orion mendongak menatap dua orang yang ada di depannya. Dia memanggil dua orang tersebut untuk ke ruangannya. “Duduk!” perintahnya setelah itu. “Di antara kalian, apa ada yang tahu sesuatu tentang Ruby?” tanya Orion. “Kalian satu divisi dengan Ruby saya rasa mungkin ada sesuatu yang bisa kalian bagi tentang dia.” Dua orang itu saling menatap sebelum salah satu dari mereka menjawab. “Jujur saja selama kami bekerja bersama dengan Ruby selama ini, nggak pernah sekalipun dia bercerita tentang kehidupan pribadinya, Pak.” Orion sudah menduga jawaban itu yang diberikan. Namun, dia memilih untuk tidak berbicara lebih dulu. “Ruby itu ti

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 19. Ulah Aneh Ruby

    Seorang lelaki berbadan kekar berdiri di depan Ruby dengan wajah garangnya. Ruby tidak tahu kenapa ada lelaki asing itu di rumah orang tuanya, tetapi tiba-tiba saja dia mengingat ucapan ayahnya saat itu. Jika Ruby ingin ke mana-mana, maka ada seorang bodyguard yang akan menemaninya. Apa jangan-jangan ….“Namanya Brama.” Ayah Ruby tiba-tiba bersuara. “Dia yang akan menemani kamu ke mana pun kamu pergi. Kamu bisa jalan-jalan ke mana pun kamu mau dan Brama yang akan membayar semuanya. Papa sudah memberikan kartu debitmu kepadanya.” Ruby tahu kenapa ayahnya melakukan itu karena memang kartu debit yang diberikan kepadanya bahkan tidak diterima. “Aku nggak mau ke mana-mana.” Ruby berlalu dari hadapan sang ayah untuk pergi ke ruang makan. Ruby tidak berlama-lama mogok makan. Bagaimanapun dia tidak ingin mati secara mengenaskan hanya karena kelaparan. “Aku butuh HP-ku, Pa.” Ruby duduk di kursi makan. Menerima roti yang baru saja dibuatkan oleh ibunya. “Daniel bilang kalau kamu sudah dibel

  • Sekretaris Sang Presdir   S2. Part 18. Tidak Dalam Jangkauan

    “Semua urusan di kantormu sudah Abang selesaikan. Kamu per hari ini sudah nggak tercatat lagi sebagai karyawan Infinity.” Daniel baru saja pulang dari rumah sakit ketika melihat adiknya tengah melamun di halaman samping rumah dengan sebuah buku di tangannya. Lelaki itu meletakkan barang belanjaan di atas meja sebelum duduk di kursi berseberangan dengan kursi yang diduduki oleh Ruby. “Ini Abang belikan HP dan tablet baru buat kamu. Nomornya sudah ada dan kamu tinggal pakai.” Ruby melirik tanpa minat seolah dia tak membutuhkan itu. Untuk apa barang-barang mewah itu? Toh dia sebenarnya membutuhkan itu untuk bekerja. Sekarang semuanya sudah berakhir dan sudah tidak menyisakan apa pun lagi di dalam hidupnya. “Non Ruby, dipanggil untuk ke ruangan Bapak.” Belum satu terjawab, dia sudah diminta menghadap sang ayah. Betapa kakunya hidupnya sekarang. Ini adalah hal yang paling tidak disenangi ketika dia berada di rumahnya. Segalanya terasa begitu berat untuknya. Ruby beranjak untuk menemui

DMCA.com Protection Status