All Chapters of Menjadi Istri Kelima Penguasa Kejam: Chapter 31 - Chapter 40

58 Chapters

Part 28 - Seorang Tamu

“Ehm.”Hari baru adalah tantangan yang baru, dan masalah baru, jika boleh kutambahkan.“Ehm.”Sedikit kasar, aku menutup buku yang tengah kubaca, lalu menoleh kepada Windi. “Apa?” tanyaku tak sabar saat mendengar Windi berdeham untuk kesepuluh kalinya pagi ini. Dan mungkin ia akan terus melakukannya sampai seratus juta kali lagi jika aku tidak menanggapinya.“Mm… bu… bukan apa-apa.” Windi berjalan perlahan, membuka lebar-lebar gorden dan jendela, membiarkan embusan angin dingin menyelinap masuk di antara ekspresi anehnya.“Ada apa?”Aku bersidekap di sisi ranjang, memberi ruang pada Windi yang hendak merapikan ranjang.“Mm… anu… itu…”Tik. Tok. Tik. Tok.Rasanya aku bisa gila menunggu Windi bicara.“Katakan saja. Ada apa, Windi?”Dan berhenti menunjukkan sikap aneh yang mencurigakan itu!Windi menimbang sejenak, sebelum akhirnya berbicara. “Mm, karena Nona Minna sudah sembuh, apa… mulai malam ini… Pak Killian akan tidur di kamar Nona?”GLEK!Hampir saja aku terjatuh saat mendengar kat
last updateLast Updated : 2024-03-25
Read more

Part 29 - Lilibet

“Apa yang kamu lakukan di sini… Lilly?”Gadis rupawan, yang berdiri di sebelah Naomi Ravimore, mengangkat wajahnya saat melihat kedatanganku bersama Arlo.“Apa itu caramu menyapa anggota keluarga yang sudah lama tidak kau temui?”Naomi, salah satu kerabat pria itu, berjalan dengan langkah anggun di atas sepasang high heels berwarna merah. Mata indahnya terbingkai eyeliner tajam, yang membuat tatapannya semakin menusuk.Ia duduk dis alah satu sofa dengan kaki terlipat seperti seorang nyonya rumah yang penuh kuasa.“Bicaralah. Aku sudah susah payah meluangkan waktu berhargaku demi adikmu yang malang.” Nada suaranya begitu angkuh dan dingin. “Kau, tidak akan membiarkannya sia-sia begitu saja, bukan?”Saat tatapan kami bertemu, aku bisa melihat kilat aneh di kedua matanya.Seakan jelas, ia sudah menantikan hal ini.“Kak Minna, kumohon, bisakah kita bicara?”
last updateLast Updated : 2024-03-26
Read more

Part 0 - Rahasia yang Tersembunyi

“Pak Killian, saya sudah mengirimkan data yang Anda minta. Ternyata, dugaan Anda benar. Copy blueprintnya sudah ditemukan. Tapi saya tidak menemukan kejanggalan dari laporan keuangannya. Semua aset yang terdaftar sesuai dengan kepimilikan yang tertera.” Penjelasan Joachim sesuai dengan data yang baru saja ia kirimkan melalui surel. “Saya juga sudah memeriksa latar belakang yayasan yang dikelola keluarganya. Meski ada beberapa masalah, tapi mereka bersih. Apa saya perlu mempercepat audit?” “Tidak perlu. Untuk sementara, jalankan sesuai rencana.” “Baik, Pak,” jawabnya, dari sambungan telepon. “Tapi Pak, kapan saya bisa kembali? Sejujurnya, ini sedikit tidak nyaman. Ada banyak jadwal yang harus saya perbaiki, dan beberapa berkas yang harus Anda tandatangani secara langsung.” Sudah pukul 1 siang, harusnya pesawat yang membawa Laura sudah lepas landas sekarang. “Kau bisa kembali sekarang.” “Benarkah? Baik, Pak, saya akan segera berangkat ke kantor pusat sekarang juga. Oya Pak, Pak Da
last updateLast Updated : 2024-03-27
Read more

Part 30 - Malaikat yang Jatuh

“Minna Rossa, putriku yang cantik.” Di tengah alunan musik yang indah, aku ingat bagaimana Ayah masuk ke ruangan tempatku bermain. Ia mengangkat tubuhku, menggendongku di dalam pelukannya, lalu mulai menari bersama. Helaian gorden yang tertiup semilir angin, gemersik dedaunan yang saling bergesek, bahkan ujung-ujung gaun putihku ikut menari bersama langkah ayah yang terayun lembut. Kebahagiaan ayah membuatku ingin ikut tersenyum. Setelah kematian Ibu satu tahun yang lalu, ini adalah kali pertama ayah terlihat sebahagia itu. “Mawarku yang paling indah…” senandung ayah penuh suka cita. “Sebentar lagi kita akan memiliki keluarga yang utuh lagi, Sayang.” Aku mengerjap dalam dekapan ayah bersama tariannya. “Apa aku akan punya ibu baru?” Usiaku baru 7 tahun saat itu, masih terlalu kecil untuk mengerti celah di antara hitam dan putih. Duniaku hanya berisi ayah dan ibu. Dan kini, saat ibu pergi, duniaku sekosong kertas yang baru. “Ya, dan tidak hanya ibu. Kamu juga akan memiliki seora
last updateLast Updated : 2024-03-30
Read more

Part 31 - Surga yang Kelam

Sejak dulu, aku tidak pernah memiliki kesempatan untuk mengutarakan pendapatku. Suka atau tidak, mau atau tidak, aku harus menerima apapun yang mereka katakan.Jika aku menolak, tubuhku akan dipukuli, terkunci di dalam kamar, dibiarkan kelaparan selama beberapa waktu hingga aku menangis memohon maaf demi sepotong roti berjamur.Jika aku mengatakan aku menyukai sesuatu, maka hal itu takkan pernah kudapatkan. Bagaimana pun caranya, mereka akan membuat keinginanku menjadi hal terakhir yang terwujud di muka bumi.Jadi, untuk apa aku bersusah payah sekarang?Bukankah semuanya akan mengalir seperti sebelumnya?“Aku dengar kau melewatkan waktu makanmu.”Setelah mengurus kedatangan Lilly dan semua pekerjaannya yang tak kumengerti, ia mendatangiku. Tanpa ketukan, tanpa sapaan. Hanya menerobos masuk begitu saja.Sebuah buku terbuka lebar di atas pangkuanku, hal yang kupikir bisa mengalihkan perhatianku dari apapun yang terjadi di dalam mansion.“Apa ini bentuk protesmu?” hardiknya, marah.Atas
last updateLast Updated : 2024-03-31
Read more

Part 32 - Nyonya Rumah

“Apa?!”Aku menahan tangan Windi, sebelum ia melakukan apapun yang akan memperburuk keadaan.“Ahaha… aku hanya bercanda, Kakak,” ujar Lilly dengan senyuman kecilnya yang menggemaskan. “Tolong jangan menatapku seperti itu… aku jadi sedikit takut…” Ia menunduk, menatap perban yang menutupi lengannya.Aku menelan ludah susah payah.Untung saja, guru matematika yang dijadwalkan pagi itu sudah datang.Kupikir, semuanya membaik.“Lilly?”Tapi ternyata, keberuntunganku tidak sampai sejauh itu.“Kak Rihanna?”Aku bahkan tidak menyangka jika mereka berdua saling mengenal.“Astaga, kamu benar-benar si cantik Lilly?” Rihanna, guru matematika yang terkenal begitu cerdas itu, mendekat dengan tatapan tidak percaya tanpa sekalipun menyapaku.“Kak Rihan… iya ini aku.”“Lilly, sudah lama sekali. Tapi apa yang terjadi? Kenapa kamu terluka seperti ini? Apa kamu mengalami kecelakaan?”Lilly melirikku sekilas. “Iya, aku mengalami sedikit kecelakaan kecil,” jawabnya, dengan suara selirih angin berembus.“I
last updateLast Updated : 2024-04-01
Read more

Part 33 - Jatuh

Muak.Aku sangat muak.Aku muak pada keadaan, aku muak pada sikap Lilly, aku muak pada diriku sendiri.Mereka bisa menyakitiku, mereka bisa melukaiku, aku akan diam. Tapi jika mereka menyakiti orang-orang yang kusayangi, aku tidak akan pernah membiarkannya.Aku tidak ingin ada Ralla kedua, yang terluka karena sikap lemahku.“Tapi Kakak tidak bisa seenaknya memecat Martha!” teriak Lilly panik.Itu adalah ekspresi yang paling tulus yang pernah ia tunjukkan di rumah ini.“Kalau begitu, suruh dia melakukan tugasnya dengan baik, Lilly,” desisku, menatap tajam Martha yang membeku dalam amarah. “… atau kalau tidak… aku akan menyingkirkannya.”“Kakak! Apa Kakak tega melakukan itu? Di rumah ini aku hanya memiliki Martha!”Kekeh sinis melompat begitu saja dari mulutku. Aku berlutut di hadapan kursi roda Lilly. “Ada aku, Lilly, kamu lupa? Aku akan selalu ada untukmu.”Kedua netra gadis itu sedikit bergetar. Ia memalingkan wajah, menolak bersitatap denganku. “Tapi Kakak tetap tidak boleh memecat
last updateLast Updated : 2024-04-02
Read more

Part 34 - Waktu yang Membeku

“Dasar anak sialan! Apa yang sudah kamu lakukan kepada adikmu, hah?!” “I… itu… itu bukan salahku, Ibu. Aku tidak mendorong Lilly.” “Kamu masih berbohong?! Dasar sialan!” Ibu menarik rambutku, sampai kupikir kulit kepalaku akan terlepas paksa. Ia membawaku ke ruangan di mana Ayah tengah membaca koran paginya dengan tenang seperti biasa. Kupikir, saat Ayah melihat, dia akan menyelamatkanku dari murka Ibu. “Dia masih terus berbohong!” teriak Ibu marah. “A… Ayah, aku tidak mendorong Lilly,” gumamku sambil menahan rasa sakit dari kulit kepala yang ditarik ibu. Kumohon… tolong aku. “Lihat! Dia masih berani berbohong! Apa harus kujahit saja mulutnya supaya dia berhenti berbohong?!” Untuk anak kecil, ancaman itu sangat mengerikan. “Ayah!” teriakku panik. “Lakukanlah apa pun yang kamu inginkan, Amy,” katanya, sambil membalikan koran dengan santai, seakan sama sekali tidak mendengar teriakkan kesakitanku. Senyum bengis Ibu tersungging puas. Ia menarik rambutku semakin keras, meny
last updateLast Updated : 2024-04-03
Read more

Part 35 - Lingkaran Keji

Aku pernah tenggelam.Aku tau rasanya saat kehilangan kemampuan untuk bernapas.Nyeri yang menyeruak masuk, air yang menerobos, mengisi setiap rongga dalam paru-paru, meninggalkan sensasi terbakar yang begitu mengerikan.Dan saat ini, pelukkan pria itu menimbulkan reaksi yang sama.Ia membuat napasku tercekat. Seakan seluruh organ pernapasanku kehilangan fungsi untuk meraup udara.Di dalam pelukan kasarnya, aku membeku tak mengerti.Apa yang sebenarnya terjadi?Bukankah seharusnya ia menamparku? Memukuliku? Mengusirku?Tapi mengapa ia justru membenamkan tubuhku dalam pelukannya?Atau, apa jangan-jangan ia menyelipkan belati yang akan mengoyak tubuhku di balik pelukannya?“Sialan, Minna, syukurlah kau baik-baik saja.”Pelukan itu semakin melingkar erat. Tubuh kasarnya, lengan kokohnya, bahkan desah napasnya, membelenggu tubuhku yang membatu.Hangat.Pelukannya terasa amat hangat. Seolah ia datang setelah berlari kencang hanya untuk melindungiku.Namun dadaku mengerut dalam pahit. Aku m
last updateLast Updated : 2024-04-04
Read more

Part 36 - Perceraian

Tiga hari setelah malam itu, aku benar-benar hidup bagai tahanan.Arlo memang tidak sampai mengikat kedua tanganku, tapi mereka tidak membiarkanku keluar dari kamar sama sekali.Selama waktu yang panjang itu, aku hanya duduk di sisi jendela, menatap bagaimana Lilly menikmati kesehariannya dengan Martha dan pelayan yang lain.Ia tampak sudah melupakan kejadian mengerikan yang kulakukan tempo hari. Tawa renyahnya melengking indah di antara bunga-bunga yang merekah, saat aku harus terkunci di dalam kamarku sendiri.Rasanya seperti kembali ke masa lalu.Saat aku melihat Ayah, Ibu, Kak Jasmine, dan Lilly tertawa bersama di pekarangan rumah kami, sedangkan aku meringkuk sendirian, kesakitan, dan kelaparan di dalam kamar loteng yang terkunci.Tapi setidaknya, meski pria itu sangat membenciku, di sini aku tidak akan kedinginan dan kelaparan.Tiga kali sehari, seorang pelayan akan datang mengantarkan makanan dan kudapan. Secara teratur, Dokter Fabian juga mengunjungiku untuk melakukan pemeriks
last updateLast Updated : 2024-04-05
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status