All Chapters of Menjadi Istri Kelima Penguasa Kejam: Chapter 21 - Chapter 30

58 Chapters

Part 19 - Terusir, lagi?

Oke.Harus kuakui, ini memang sudah mulai berlebihan.Kecuali ketika pergi ke kamar mandi, pria itu akan terus menggenggam tanganku.Sejujurnya, ini mulai terasa menyeramkan. Ia seperti pria paruh baya yang memiliki fetish kepada tangan seorang gadis. “Ehm,” dehamku pelan. “Ini sudah malam,” kataku sambil melirik jam dinding.Rembulan juga sudah tergantung sempurna di langit gelap. Bukankah sudah waktunya semua mahluk hidup untuk memejamkan mata dan beristirahat?“Ya, aku tau.”Kalau begitu mengapa ia masih di sini? Ia bahkan membawa laptop dan lusinan pekerjaannya ke kamarku. Untung saja ia tidak membawa serta Joachim, Dokter Fabian dan dua bodyguardnya, kalau tidak mungkin kepalaku benar-benar akan meledak sekarang.Oke, biar kutambahkan penilaianku tentang pria ini.Dia benar-benar orang yang gila kerja! Setiap detik, setiap saat, ia bekerja seperti bernapas!Aku yang melihatnya saja sudah luar biasa mual. Namun bisa-bisanya pria ini tidak terlihat lelah sama sekali. Apa ia tidak
last updateLast Updated : 2024-02-29
Read more

Part 20 - "Menangislah, Nona Minna."

Ketika semua orang meninggalkan kamarku, seorang pelayan datang membawa dua cangkir kosong dan sebuah teko kecil berisi teh.Helga mengangguk, mengucapkan terima kasih yang tak terdengar. Ia meraih teko yang ditinggalkan pelayan itu dan menuangkan cairan bening berwarna cokelat ke dalam cangkir.“Ini teh chamomile. Teh ini baik untuk memperbaiki kualitas tidur.”Kepalaku tertunduk sambil menatap uap panas yang menguar dari dalam cangkir ke udara, tanpa sekalipun berani mengangkat wajah dan menatap sosok Helga.“Dulu.” Helga kembali berbicara sambil mengangkat cangkir tehnya. “Saya hanyalah seorang perawat ruang bersalin di salah satu rumah sakit.”Dari sela-sela bulu mata, aku melirik sosok Helga.Mata tuanya menatap malam dari balik jendela.“Itu adalah kali pertama saya melihat Pak Killian.” Senyum kecilnya mengiringi nama itu dengan penuh kasih. “Dia adalah bayi paling tampan yang pernah saya lihat.”Aku tidak bisa menyangkal.Bahkan di usianya yang ke 36 tahun, pria itu selalu ter
last updateLast Updated : 2024-03-01
Read more

Part 21 - Istri ke 6

Hari ketiga tanpa pria itu.Aku mulai terobsesi kepada benda pipih yang diberikan Helga.Hampir 24 jam aku menyimpan benda itu sedekat mungkin. Bahkan ketika aku tidur, aku membawanya ke tempat tidur. Khawatir akan melewatkan pesan atau telepon yang masuk.Tapi lihatlah, pria itu tidak pernah menghubungiku sama sekali!Dasar, br*ngsek!Mana yang katanya akan menghubungiku saat senggang?!“Ehm, Nona Minna, tolong fokus.”Teguran Emilia, salah satu tutor dari lusinan pengajar yang dipekerjakan pria itu, menghancurkan lamunanku.Aku menegakan punggung, menguatkan tekad untuk berhenti melirik ponsel yang membisu itu.Tekad yang sama, seperti yang kurapalkan 5 menit yang lalu.Emilia kembali melanjutkan pelajarannya.Ia adalah guru sejarah yang sangat pintar. Emilia mengingat semua kejadian di masa lalu seakan ia pernah hidup di masa itu.Awalnya, itu terdengar sangat menarik. Sampai aku mulai kehilangan akal sehat saat ia memintaku menghafal lusinan tanggal dan kejadian-kejadian di masa l
last updateLast Updated : 2024-03-06
Read more

Part 0 - Istri Ke 6 ?

“Hahaha kamu tidak lihat tadi wajahnya?”Pintu tertutup di belakang punggungnya.“Berhenti, Laura, lakukan pekerjaanmu, lalu pergi.”“Wah, itu sangat kasar, Killian.”Brengsek.“Aku berubah pikiran. Ada banyak kamar kosong kan di mansion ini? Aku mau menginap di sini.”Ia duduk di sisi ranjang, saat aku mengambil beberapa berkas yang ditinggalkan Joachim di atas meja.“Laura.”“Apa? Aku juga merindukan masakan Gerad!”Omong kosong.“Dan aku juga ingin mengenal lebih dekat gadis manis yang hampir menangis tadi.”“Kalau kamu menyentuhnya sedikit saja, aku akan membunuhmu.”“Killian!” Wanita gila itu membuka matanya lebar-lebar. “Ini sangat menarik!”Jika bukan karena kemampuannya, aku pasti sudah menyingkirkannya sejak dulu.“Aku membutuhkannya!”Tak. Bolpoin di tanganku patah begitu saja.“Ahahaha. Tentu saja untuk keperluan penelitian.” Ia tertawa kikuk. Tapi binar sialan di kedua matanya tidak memudar.Wanita ini memiliki obsesi aneh yang menjijikan.“Aku akan mengirimmu kembali ke
last updateLast Updated : 2024-03-07
Read more

Part 22 - Hasil Autopsi

“Buka matamu, lihat sekali lagi. Apa kamu tidak melihat sesuatu?” Bibirku mengerucut sebal, tapi tidak berani membantah. Alih-alih menatap kedua orang yang berdiri di hadapanku, aku justru menatap ikat pinggang yang mengikat kedua tanganku. “Me… mereka sama sekali tidak mirip,” jawabku terbata. Mau dilihat dari sisi mana pun, keduanya sama sekali tidak terlihat seperti saudara! “TERIMA KASIH, NONA MINNA!” Plak! Wanita cantik bernama Laura itu langsung melayangkan sebuah pukulan kencang ke punggung pria di sampingnya. “Dasar adik sialan!” desisnya dengan mulut terkatup. Pria itu menghela napas lelah melihat pertikaian keduanya. Sejak mereka masuk ke kamarku, mereka memang terlihat seperti dua ekor kucing yang siap mencakar satu sama lain. Wanita itu mengibaskan rambut indahnya. “Saya memang terlalu indah untuk disamakan dengan bajingan jelek ini, Nona Minna.” “Apa? Jelek?!” “Apa?!” tantang wanita itu tak mau kalah. “Kamu tidak pernah bercermin, hah?! Tidak lihat betapa tidak
last updateLast Updated : 2024-03-11
Read more

Part 23 - Rumah yang Hangat (1)

“Ralla Juniar tewas dibunuh, Nona Minna.”Embusan angin menyapu perlahan, membawa aroma buku yang khas, mengiringi kata-kata Dokter Laura kepadaku.“Saya tidak mengerti mengapa kasus ini dinyatakan sebagai kasus bunuh diri sebelumnya.”Aku bisa mendengarnya, tapi otakku kehilangan kemampuan untuk memproses semua informasi itu.“Nona Minna?”Genggaman tangan Windi membuat kedua mataku mengerjap perlahan, mengembalikan sedikit kesadaranku yang sempat mengelana begitu jauh.“Nona Minna baik-baik saja?” tanya Windi cemas.Aku menelan ludah susah payah. Bahkan bernapas pun rasanya begitu berat saat ini. Bagaimana bisa aku merasa baik-baik saja?“Apa ini bisa dipertanggung jawabkan?”Tanpa sadar, aku meremas ujung kertas itu.“Saya akan mempertaruhkan kehormatan saya sebagai seorang dokter. Saya juga bersedia bersaksi sebagai dokter forensik yang melakukan autopsi ini. Kita bisa mulai penyelidikan atas kematiannya, Nona.”Pikiranku kosong, aku bahkan tidak bisa merasa sakit atas kabar itu.
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

Part 24 - Rumah yang Hangat (2)

“Arlo, tolong tunggu di depan.” “Nona…” “Tolong.” Selama beberapa saat Arlo terlihat begitu ragu. Ia tetap berdiri melindungiku, tanpa berniat pergi sama sekali. Meski akhirnya, dengan segala keberatan yang terlihat di wajahnya, Arlo mengangguk singkat. “Saya akan menunggu di sana.” “Terima kasih.” Kegetiran merayap naik ke kerongkongan. Aku tau Arlo masih bisa mendengar dan melihat apa yang terjadi di dalam ruang tamu, tapi aku tidak ingin ia berada terlalu dekat, aku tidak ingin ia terluka, atau melihat lukaku lagi. “Martha! Lihat dia! Lihat anak durhaka itu! Padahal aku sudah membesarkannya dengan susah payah selama ini, tapi lihat bagaimana dia mengkhianati keluarga ini!” Ibu berteriak marah, menunjuk-nunjuk wajahku dengan penuh kemurkaan, seakan aku adalah sampah yang paling menjijikan di matanya. “Apa sekarang kamu merasa hebat karena menikah dengan Killian, hah?! Atau jangan-jangan, kamu merasa hidup di atas awan hanya karena Killian belum menceraikanmu?! Dasar t*lol, pe
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more

Part 25 - Musim Dingin yang Hangat

Tidak ada yang berubah dari mansion itu. Ia tetap berdiri megah, dengan pilar-pilar yang lebih kokoh dari pada keyakinanku pada hidup. Dengan taman-taman yang lebih indah dari pada potret di dalam buku dongeng yang pernah kubaca. Dengan seluruh pesona misterius di balik setiap dinding tingginya. Namun, aku tau, itu tak lagi tempat yang sama seperti yang kudatangi pertama kali beberapa bulan yang lalu. Helga, Windi, Arlo, dan para pelayan, pengawal, yang tersenyum ramah kepadaku, adalah perubahan paling besar, paling hangat. Dan saat pintu mansion perlahan terbuka, pria itu berdiri di sana, seakan menunggu kedatanganku dengan tangan terbuka. Seakan mengatakan, ‘selamat datang kembali’ di tempat yang bisa kukatakan sebagai ‘rumah’. Langkahku terayun ringan, tak pernah sekalipun aku memiliki hasrat untuk berlari kearah seseorang sejak kepergian Ibu dan Ayahku. Namun, melihat sosok tampan itu berdiri di sana, dengan kedua tangan yang bahkan hanya tersemat di dalam saku celana, aku ti
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more

Part 26 - Perasaan yang Asing

 Dalam hitungan menit, orang-orang mulai berlalu lalang di kamarku, saat aku terbungkus rapat di dalam selimut seperti telur gulung yang panas.Déjà vu.Rasanya aku sering sekali berada di situasi seperti ini semenjak datang ke mansion. Padahal dulu, hanya ada Ralla saat aku sakit atau hampir mati dipukuli ibu. Tapi sekarang, hampir semua orang berkumpul di dalam kamarku.Pria itu bersidekap. Ekspresi wajahnya tampak sangat serius, seakan ia sedang menonton Dokter Fabian melakukan operasi di atas tubuhku, bukan menempelkan stetoskop untuk yang kesekian kalinya!“Kau yakin tidak perlu ke rumah sakit?”Helaan napas dokter itu terdengar lelah, ia tersenyum datar kepadaku, sebelum menoleh pada sosok yang memantaunya bagai seekor elang. “Saya sudah memberikan obat. Nona Minna hanya perlu istirahat.” Itu jawaban yang sama seperti yang ia berikan 10 menit yang lalu.“Tapi demamnya sangat ting
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

Part 27 - Hewan Buas

“A ha ha. Saya cuma bercanda.” Aku menegakkan tubuh sambil memaki diriku sendiri dalam hati. Bisa-bisanya aku mengatakan hal yang tidak masuk akal seperti itu. Dasar mulut sialan! Ini pasti karena flu yang belum sembuh sepenuhnya. Aku memang harus kembali berbaring sekarang sebelum flu itu membuat isi kepalaku semakin bertambah parah. Baru saja aku akan beranjak dari sofa, pria itu berbicara pelan dengan wajah super serius. “Boleh.” Deg. Hah? “Apa?” Aku mengerjap bingung. “Apanya yang boleh?” “Kau bilang mau menciumku.” Kedua mataku melebar tidak percaya. “Sa… saya cuma bercanda!” “Apa aku terlihat seperti sedang bercanda sekarang?” Glek. Aku menelan ludah susah payah. Mengapa rasanya seperti aku sudah mengusik singa yang sedang tertidur? Tanpa pikir panjang, aku langsung bangkit dari sofa. Namun lagi-lagi, gerakan tiba-tiba itu membawa sengatan berputar yang membuat tubuhku terhuyung. Sigap, ia menangkapku lagi. Saat aku berusaha mendorongnya menjauh, ia justru menduduk
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status