Mengetahui bahwa masih ada keraguan dalam hatinya, Kelven memeluknya dengan erat.“Jangan terlalu dipikirkan, mereka yang salah, kita bisa memilih untuk nggak memaafkan mereka.”Delis menunjuk luka di wajahnya, “Masih terlihat jelas?”Kelven mengangkat tangan dan menyentuhnya, “Sudah memudar banyak, kamu biasanya menutupinya dengan bedak, ‘kan? Aku bahkan nggak pernah melihatnya sebelumnya.”“Iya, aku menutupnya dengan bedak.”Kelven memandangnya, terlihat tidak tega.Dia tahu, selagi bekas luka itu masih ada, luka di hati Delis tidak akan pernah sembuh.Hanya bisa menunggu, menunggu apakah waktu bisa mendatangkan perubahan.“Delis, jangan terlalu dipikirkan, tidur saja.”Kelven memeluknya, berbaring bersama. Malam itu, Kelven tidak merapat ke pelukannya, melainkan memeluknya dengan erat di dalam dekapannya, memberi rasa nyaman pada Delis.Hanya dengan berpelukan erat seperti itu, mereka berdua bisa tidur nyenyak.Keesokan harinya.Kelven membawa Delis dan Luna ke rumah sakit.Namun, s
Read more