All Chapters of Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku : Chapter 101 - Chapter 110

113 Chapters

pelan pelan

Pagi ini senyum bang Ashraf mengembang sempurna. Bagaimana tidak, semalam dia menikmati sekali bagaimana permainan di atas ran-jang, tanpa terganggu suara Altaf atau tangisannya.Ya, entah kenapa bocah itu semalam anteng. Sepertinya tahu, ayah angkatnya butuh ibunya untuk malam ini. Aku pun tersenyum dan meletakkan baju yang akan digunakan untuk bekerja Bang Ashraf pagi ini. Dia mendekat dan mengecupku pelan."Kerja kan?" tanyaku."Maunya yang semalam diulang," kekeh Bang Ashraf. "Cuma tadi ada panggilan dari rumah sakit. Nanti malam lagi ya?" Dia berkedip genit sambil meraih kemejanya."Kalau Altaf bisa diajak kerjasama, nggak ada masalah bagi Nina. Kewajiban yang gak bisa ditolak karena sama sama senang," kekehku. "Aku udah siapkan sarapan di bawah tadi, buat mama juga. Tapi aku nggak berani ke kamarnya, takut mood sarapan mama rusak. Abang aja ya, yang anter ke kamar mama?"Bang Ashraf mengangguk, lalu aku membantunya mengancingkan baju."Kalau mama udah agak sehat, kita pindah bi
last updateLast Updated : 2024-05-19
Read more

sharing

Mama sudah bersih dan wangi setelah aku bantu untuk mandikan. Awalnya memang menolak Tapi lama-kelamaan Mama terbiasa dengan kedatanganku. Beliau tidak lagi membuang muka dan bahkan kini sudah mau disuapi olehku. Meskipun ketika anak-anaknya pulang dia berubah menjadi sosok yang benci. Yang hanya ingin anak-anaknya peduli kepada beliau."Tadi Mama mau makan nggak?" Tanya bang Asraf saat aku menyambutnya pulang di depan pintu."Makan," jawabku. "Mau mandi dulu atau mau ke ruangan mama?""Mandi dulu lah, ada Papa dan Fildan kok."Aku mengangguk. Mengekor langkah bang Ashraf yang lebih dulu masuk ke dalam kamar. Altaf yang ada di gendongan pun sudah tertidur Saat bang Asraf pulang dan aku membaringkannya dengan pelan agar tidak terbangun."Enak banget ya jadi bayi. Habis nen, bobo," kekeh Bang Altaf yang sedang melepas pakaiannya."Abang pengen jadi bayi?""Pengin dong." Bang Ashraf mendekat padaku, lalu meraih pinggangku. Memulai hal manis dengan apa yang biasanya suami istri lakukan."
last updateLast Updated : 2024-05-20
Read more

Menutupi

“Bang Ashraf mau Altaf di sini saja, katanya takut kangen kalau nggak ada di rumah,” jawabku saat Ibu kembali menanyakan Altaf.“Kamu yakin di sana nggak kerepotan?” tanya Ibu, dari nada suaranya terdengar sedih dan khawatir.“Nggak, Bu. Ada ART yang bantuin kami, Ibu tenang saja. Lagian, Nina di sini juga selama Mama sakit aja. Kalau udah sehat, kami pindah ke rumah kami. Bang Ashraf cuma nggak tega kalau mama sendirian di rumah. Di rumah, Nina cuma diminta pantau aja kok. Nggak harus melakukan hal hal berat,” jawabku mencoba meyakinkan Ibu agar tak cemas.“Ya sudah kalau begitu. Jaga diri dan jaga kesehatan. Ngurus anak itu capek, kalau kamu sakit atau lelah, pulang ke sini. Nanti biar gantian jagain Altaf.”“Iya, Bu.”Ku iyakan saja ucapan Ibu karena tak ingin IBu banyak pikiran. Sesuai saran dari Bang Altaf tentang Ibu yang mungkin akan sedih jika mendengar kabar tak enak dari kami. Sebagai istri aku harus menurut dan melakukan saran yang sekiranya baik bagi kami.Aku melihat Alta
last updateLast Updated : 2024-05-21
Read more

maaf ya ma

“Hari ini aku piket malam. Kamu gak apa apa kan aku tinggal?” tanya Bang Ashraf.“Iya, gak apa apa. Dokter kan kerjanya melayani pasien yang membutuhkan pertolongan,” jawabku dengan senyuman yang dibuat semanis mungkin.“Makasih ya. Kamu udah sangat perhatian dan pengertianmu selama ini. Aku sangat beruntung memiliki istri seperti kamu yang bisa memahami kondisiku."Aku tersenyum dan mengangguk mendengarkan pujian dari suamiku sendiri. Bagaimana tidak, dia selalu bisa membuatku bersemangat untuk melakukan hal-hal yang terlihat sepele tetapi berkesan bagi semua orang. Aku mengantar suamiku hanya sampai depan pintu kamar saja karena memang dia akan pergi dinas malam bersama dengan Fildan. Keduanya memang sering piket bersama-sama karena memang sengaja dibuat bersama agar lebih aman dan nyaman. "Papa mau kerja juga?" tanyaku saat berpapasan di depan pintu kamar."Enggak, ada acara makan malam bareng sama teman kantor. Papa titip mama ya? Jam 10 palingan sudah pulang," ucap Papa."Iya,
last updateLast Updated : 2024-05-22
Read more

senyum

Saat aku bangun ternyata Bang Ashraf sudah pulang. Entah jam berapa suamiku sampai di rumah yang jelas aku sangat gelap malam ini hingga tidak sadar jika suamiku sudah pulang pagi-pagi buta.Aku tersenyum saat melihat wajah polos Bang Ashraf yang terlihat sangat kelelahan. Dia sudah memakai piyamanya saat tidur dan itu menambah kesan menggemaskan brondong yang aku nikahi saat ini.Berondong? Bahkan umur dia lebih tua dariku tetapi karena aku yang lebih dulu menikah jadinya aku merasa lebih tua darinya. Aku sama sekali tidak kelihatan jika harus mengalah dalam segala hal termasuk Jika dia mendadak seperti anak kecil seperti sekarang. Tidur dengan memelukku dan menaikkan satu kakinya di atas pinggul.Aku angkat kakinya perlahan agar dia tidak terbangun tetapi rupanya dia sengaja malah menghukum tubuhku agar tidak bangkit."Sudah jam 04.40 lah, Bang. Nanti keburu Altaf bangun aku belum setting sarapan," ucapku sambil berbalik dan menatap wajahnya yang tersenyum meskipun masih memejamkan
last updateLast Updated : 2024-05-23
Read more

Gantian

"Baru bangun, ya?" tanyaku. "Biasa, bujang mah tidurnya bebas apalagi kalau hari libur. Dari mana gendut?" tanya Fildan sambil mencubit pipi anakku dan akhirnya anakku menangis karena cubitan Fildan pastilah keras dan sakit. "Aduh, Omnya pagi-pagi udah bikin anak orang nangis," sahut Papa yang juga sudah siap dengan pakaian olahraganya. "Hehehe, Papa nih. Mau ke mana, Pa?" tanya Fildan sambil menggaruk kepalanya tidak kasar karena ketahuan mencubit Altaf. "Olahraga lah, mumpung anak-anak semuanya di rumah. Nin, olahraga yuk!" ajak Papa. "Tadi Nina udah olahraga, Pa. Altaf juga udah keringetan dan pengen mandi. Mama dan Bang Ashraf masih di depan kok, lagi minum susu sama makan camilan," jawabku. "Weh, udah akur tah?" tanya Fildan. "Emangnya dari kemarin kita nggak akur? Kita kan Besti," kekehku yang langsung berjalan membawa Altaf masuk ke dalam kamar. Terlihat keduanya saling melirik saat aku hendak pergi tadi. Semudah itu mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Meskipun ke
last updateLast Updated : 2024-05-23
Read more

mimpi

Aku disambut baik oleh Bang Hadi dan juga Ibu. Mereka sangat senang melihatku pulang bersama dengan Bang Ashraf. Kami juga membawa banyak oleh-oleh yang sengaja dibeli di jalan untuk orang tuaku dan keluarga abangku."Mau pulang ke rumah nggak ngomong-ngomong," sambut Ibu sambil berpelukan denganku dan bersalaman dengan Bang Ashraf."Ini juga nggak sengaja karena kebetulan Bang Ashraf lagi nggak kerja pagi ini. Dia piket malam jadi bisa nganter Nina pulang pagi ini," jawabku sambil memberikan Altaf pada ibu yang sudah mengulurkan tangannya dan meminta Altaf untuk digendong oleh beliau."Kangen sekali sama cucu nenek, tambah gemuk saja tinggal sama papanya," ucap Ibu sambil mencium kedua pipi Altaf."Kalian sehat?" Tanya Bang Hadi."Alhamdulillah Bang. Mbak Mel, ada hadiah di Bagasi buat Mbak Mel. Mbak Mel mau?" tanyaku."Mau dong, masa dikasih hadiah nggak mau."Bang Ashraf dan Bang Hadi masuk ke dalam membawa Altaf dan ibu sedangkan aku dan Mbak Amelia membongkar oleh-oleh yang sudah
last updateLast Updated : 2024-05-23
Read more

bahagia

Aku sampai terbengong saat bangun tidur dan duduk begitu lama di sisi tempat tidur. Hingga suara pintu terbuka dan panggilan kakak ipar mengagetkanku."Aku kira kamu belum bangun, Nin. Ibu tadi berpesan kalau kamu bangun suruh langsung mandi. Tadi ibu udah masakin air anget.""Memang udah sore?""Tadi kan kamu tidur siang lama banget sekarang udah sore."Aku melirik ke arah jam dinding yang ada di sisi lemari dan ternyata memang sudah jam setengah lima. Altaf terlihat sudah tidak ada di sisiku."Altaf ke mana, Mbak?""Tadi dibawa ibu ke warung depan. Kamu tidurnya pules banget sampai nggak denger anaknya nangis."Aku tersenyum dan bangkit dari tempat tidur. Aku langsung mandi terlebih dahulu.Selesai mandi aku langsung shalat ashar dan menyusul ibu yang ternyata sudah pulang dari warung bersama dengan Altaf. Altaf juga sudah mandi dan wangi sepertinya karena sudah berganti pakaian."Anak mama udah ganteng, tadi mandi sama siapa nih?" Tanyaku sambil menciumi pipi Altaf."Tadi nangis ka
last updateLast Updated : 2024-05-24
Read more

ibuku, pahlawanku.

Ternyata aku yang sudah menikah ini masih diperlakukan seperti bayi oleh Abang abangku. Mereka menanyakan apakah aku bahagia menikah dengan Bang Ashraf, apa aku tercukupi kebutuhannya, apa aku diterima keluarga suamiku. Mereka layaknya ayah yang terlahir kembali dalam hidupku. Malam ini Abang Abangku mengadakan syukuran. Ibu bilang, Bang Cakra naik jabatan dan akan dipindah tugaskan ke luar kota. Ibu tak menangisi atau sedih akan hal ini. Bahkan, Ibu begitu senang dan malah mendoakan agar Bang Cakra bisa sukses dan kembali dengan kabar bahagia.“Bu, Cakra sekalian mau minta izin lamar anak orang tahun ini. Bukan apa, Cakra udah nggak muda. Takutnya ketuaan kalau nunggu sukses dulu. Boleh, Bu?” tanya Bang Cakra di sela sela kami mengemasi sisa sisa makanan di ruang tamu.“Ya Allah, tentu boleh, Nak. Ibu sedang menunggu anak anak ibu ini laku, tapi kalau mau jadi bujang lama juga gak apa apa. Ibu gak pernah melarang anak anak Ibu menikah. Siapa aja, boleh. Asal bisa menerima anak Ib
last updateLast Updated : 2024-05-25
Read more

Mama?

Abang abangku sudah kembali ke tempat mereka bekerja karena aja tahu libur mereka sudah habis. Kini tinggallah Aku di rumah ini bersama dengan anakku dan juga Ibu serta Abang Hadi dan istrinya.Pagi ini aku membantu ibu menyiapkan bekal menuju ke sawah. Bang Hadi sedang panen dan aku ingin melihat mereka memanen padi di sawah."Nina ikut ya, Bang," ucapku."Kamu di rumah saja sama Altaf. Di sawah itu panas dan nanti kulit kamu jadi gosong dan jelek. Bisa-bisa nanti suamimu ala pangling saat tahu kamu berubah jadi item dan dekil," balas Bang Hadi."Mana ada seharian di bawah sinar matahari langsung hitam? Lagian dari awal juga udah sama matang. Bosen banget di rumah kalau nggak ada temen ngobrol, Mbak Aminah juga ikut ke pasar sama Nisa. Nina ikut ya, Bang?" rengekku."Udah, Hadi. Biarkan saja adikmu itu. Barangkali dia pengen nyicipin air sawah," sahut Ibu.Ye, akhirnya aku diperbolehkan untuk ikut ke sawah setelah hampir satu minggu aku di rumah ibu. Aku mengajak Altaf dan menggendon
last updateLast Updated : 2024-05-25
Read more
PREV
1
...
789101112
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status