Home / Pernikahan / Istri Sementara untuk Kakak Ipar / Chapter 251 - Chapter 260

All Chapters of Istri Sementara untuk Kakak Ipar: Chapter 251 - Chapter 260

347 Chapters

BAB 251

Violet menerima selembar cek itu, senyum penuh maksud timbul di bibirnya. Menatap orang yang telah memberikan benda yang cukup menarik itu padanya, Violet sungguh tidak habis pikir dengan orang yang rela memberikan banyak uang hingga tak memberikan limit hanya untuk sebuah perpisahan. Menarik nafasnya dalam-dalam, Violet menyodorkan tangannya lalu berkata, “Berikan penanya padaku, aku harus menulis nominal yang aku inginkan, bukan?” Violet tersenyum. Pria itu menyodorkan pena yang ada di saku jasnya, segera Violet mulai menuliskan angka jumlahnya. “Aku tidak memiliki banyak kesabaran, jika ingin aku segera meninggalkan Reiner, maka siapkan saja uang sebanyak itu, waktunya 5 menit dari sekarang!” tegas Violet. Pria yang adalah asisten sekretarisnya Samuel itu mengerutkan dahi melihat jumlah nominal yang dituliskan oleh Violet pada cek tersebut. “1622
Read more

BAB 252

“Tidak tahu apa yang ada pikirkan tentang menantu ku, tapi percayalah dia adalah gadis yang sangat baik. Jadi, ucapan anda tadi cukup membuat ku merasa sangat tidak nyaman.” ujar Alenta. Samuel terdiam, tahu bahwa Alenta pasti kesal karena dia telah membuat suasana menjadi tidak nyaman. Terlebih, Alenta juga terlihat sangat membela Violet yang mana itu sudah cukup menjelaskan bahwa Violet adalah menantu yang disayang mertuanya. “Jangan tersinggung, Nyonya Edward. Tidak ada niatan untuk merendahkan pekerjaan asisten sekretarisnya Presdir Reiner, ataupun Violetnya sendiri. Sungguh, aku meminta maaf jika menyakiti perasaan anda, Nyonya Edward.” ungkap Samuel. Setelah pembicaraan itu, Samuel dan istrinya tidak berlama-lama, segera berpindah meja. Edward menghela nafasnya, ekspresi wajah Alenta sudah cukup menjelaskan seberapa kesalnya dia karena ucapan Samuel tadi. Meraih tangan Alenta, menggenggamnya erat-erat. “Sayang, tenangkan dirimu, aku akan melindungi anak serta menantu kita,
Read more

BAB 253

Di lain harinya, Aruna kembali mencari pekerjaan. Tidak ada kata menyerah, dia akan terus berusaha sampai akhir agar bisa membantu Ayahnya dan juga Ibunya. “Benar-benar sangat panas!” keluh Aruna. Matahari sangat terik di musim panas saat ini, Aruna bahkan sudah mulai pusing. Namun, hal itu tidak melunturkan niatnya untuk terus berusaha mencari pekerjaan. Sudah satu Minggu dia melakukan hal itu, jelas Aruna harus lebih keras lagi dalam usahanya. Saat akan kembali ke rumah dengan langkah kakinya yang berat dan gontai, Aruna tidak sengaja melihat sebuah minimarket yang memasang label ‘membutuhkan pegawai segera’. Tidak Mungkin menyia-nyiakan kesempatan itu, Aruna dengan cepat melangkahkan kakinya mendekati minimarket tersebut. “Permi
Read more

BAB 254

“Karena anda sudah selesai menandatangani surat perjanjian kerja ini, kita sekarang sudah bisa mulai membahas kapan Anda bisa mulai bekerja, Nona Aruna?” tanya Arien. Mendengar pertanyaan dari Arien barusan, Aruna pun merasa sangat bersemangat karena ucapan dari Arien itu membuat Aruna berpikir bahwa dia cukup dibutuhkan sehingga kemungkinan untuk diberhentikan kerja cukup kecil. “Bisa kapan saja, Nyonya. Bahkan, hari ini pun langsung bekerja juga tidak masalah, kok.” ujar Aruna, dia benar-benar memperlihatkan semangat bekerjanya yang sangat tinggi membuat Arien semakin tersenyum puas. Arien menghela nafasnya, kembali menatap Aruna lalu berkata, “Baiklah... Karena anda sudah mengatakan demikian, maka bekerjalah mulai dengan hari ini. Jadi, saya tidak bisa berlama-lama di sini, semoga betah, dan semoga hasil dari pekerjaan ini bermanfaat untuk kedua belah pihak.” Arien bangkit dari duduknya, membawa
Read more

BAB 255

“Tolong lepaskan Aku, semua ini sudah berakhir, kenapa kau masih saja mendendam padaku? Bahkan, Reiner sendiri tidak lagi mempermasalahkan hal ini, kenapa kau sangat tidak berperasaan?!” tanya Aruna frustasi. Langkah kakinya menetap di sana, tidak bisa keluar karena jelas Aruna tidak mampu membayar $250.000 itu. Belum lagi, Ron yang memiliki keinginan aneh, tatapan matanya yang sangat tajam, dan jahat itu, tidak akan mungkin melepaskan Aruna begitu saja. Kemungkinan besarnya, Ron pasti akan menyengsarakan kedua orang tuanya. Mereka berdua sudah cukup menderita beberapa waktu belakangan ini, Aruna tidak ingin menambahkan penderitaan mereka lagi. “Mau bagaimana lagi, mainan ku ini belum puas aku mainkan, jadi tunggu saja waktunya, akan aku buang saat aku bosan.” ujar Ron yang sukses membuat air mata Aruna jatuh. Aruna menyeka
Read more

BAB 256

“Seingat ku, aku sudah menjelaskan, dan menekankan bahwa aku ingin diberikan kebebasan dalam memilih. Aku juga sudah mengatakan bahwa, aku tidak akan mau jika ditekan, bukan?” ucap Violet, menjelaskan, dan mengingatkan kepada Reiner tentang perjanjian mereka Mendengar itu, Reiner pun menghela nafasnya, pasrah. Benar, dia sudah mengingat itu dengan jelas sekarang. “Selama aku tidak melenceng dari jalan, tolong jangan memaksakan apapun,” pinta Violet namun sorot matanya terlihat begitu tegas. Reiner membuang nafasnya, kali ini memang seharusnya dia memenuhi apa yang diinginkan oleh Violet. “Baiklah kalau ingin mu begitu. Tapi, kalau sampai aku tahu kau menghubungi pria lain, jangan salahkan aku yang akan berbuat tidak kenal ampun.” peringat Reiner. Reiner kembali berpakaian, sedangkan Violet sudah tidak ingin menggapai apapun lagi. Besok adalah akhir pekan, Reiner tentu tidak akan pergi ke kantor. Namun, dia memiliki niat untuk pergi ke suatu tempat, mengajak Violet
Read more

BAB 257

Aruna mengelap air matanya dengan punggung tangannya, rasanya pedih di hatinya seakan tak ada obat yang mampu mengobatinya. Kali ini, Aruna benar-benar terjebak dalam cengkeraman Ron, menjadi semacam budak bagi pria itu. Selain tak mampu membayar denda sebesar $250.000, Aruna juga tak berani melawan Ron, karena konsekuensinya adalah kedua orang tuanya yang akan semakin disusahkan oleh Ron. “Pria gila itu, apa dia serius tentang ini? Kalau aku melaporkan ke pihak berwajib, dia pasti akan terkena sanksi atas perbudakan, kan?” gerutu Aruna. Hari ini, Ron meminta Aruna mengurus keperluan untuk menggelar pesta kecil-kecilan di rumahnya. Semua persiapan, mulai dari memasak hingga merapihkan ruangan, harus dikerjakan oleh Aruna sendiri. Gadis itu bekerja keras hingga keringat mengucur deras, rasanya tubuhnya ingin pingsan karena kelelahan. “Ron sialan, aku mengutuk mu, aku benar-benar bersumpah akan terus mendoakan agar tidak ada wanita yang mau menikah denganmu, kau akan
Read more

BAB 258

Aruna terduduk lemas, dia menjawab beberapa pertanyaan yang diberikan oleh pihak wajib. Saat ini, Aruna Tengah berada di kantor polisi untuk melakukan beberapa pemeriksaan tentang pemukulan yang dia lakukan hingga korbannya harus mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit. Sebisa mungkin Aruna sudah menjelaskan bagaimana bisa pemukulan itu terjadi, tapi melihat cara pihak berwajib itu memberikan pertanyaan soal tidak memberikan kesempatan kepada Aruna untuk memberikan alasan yang mendetail, Aruna sadar pihak berwajib itu tidak berada di pihaknya. “Di rumah itu ada beberapa orang, harusnya anda tidak perlu melakukan pemukulan. Berteriak, dan minta tolong juga bisa, kan?” ujar kepolisian itu. Aruna hanya bisa tersenyum Kalau, jelas dia sudah menceritakan bagaimana kronologinya sejak awal saat dia mendapatkan pertanyaan. Namu
Read more

BAB 259

Violet dan Reiner mulai terbangun dari tidurnya, mereka kompak mengusap wajah mereka untuk menghilangkan kantuk yang tertinggal. Reiner membuka pintu tenda dengan resleting di sana, sementara Violet merapihkan bekas mereka tidur. “Pulang sore nanti saja, ya. Aku masih ingin di sini, udaranya terlalu segar, malas kalau cepat bertemu dengan udara penat.” ujar Reiner. Mendengar ucapan Reiner, Violet pun menganggukkan kepala. Dia sendiri betah berada di sana, suasananya persis seperti yang Reiner ucapkan. Mereka duduk di luar tenda, udara pagi cukup dingin di sana, namun beruntungnya mereka menggunakan pakaian berlengan panjang. Tidur mereka sangat nyenyak, mungkin karena kelelahan yang mereka dapatkan semalam. “Duduklah sini!” Reiner menarik satu kursi lagi untuk Vi
Read more

BAB 260

“Aruna itu selalu saja terlihat tertekan. Dia tidak pernah mengatakan apa yang sebenarnya dia pikirkan dan juga rasakan, kadang kala membuatku merasa bingung, dan mencoba menebak-nebak.” ujar Reiner yang masih menceritakan tentang Aruna. Violet menghela nafasnya, tahu benar jika apa yang dibicarakan oleh Reiner terhadap Aruna memang benar apa adanya. “Kakak Ku, dia adalah gadis yang pendiam sejak dia masih kecil. Tidak pernah dia bertindak sembarangan, bahkan juga selalu memikirkan bagaimana perasaan orang lain. Dia terlalu baik, tapi dia juga terlalu mengkhawatirkan masa depan yang kadang kala membuat langkahnya ragu-ragu, dan berakhir membuat kesalahan.” Violet pilu mengingat bagaimana kakaknya seringkali mengambil keputusan aneh karena perasaan ketakutan yang tidak jelas. Reiner menganggukkan kepalanya. “Sudahlah... Untuk apa terus membicarakan itu? Intinya, semua sudah berjalan, terjadi seperti seka
Read more
PREV
1
...
2425262728
...
35
DMCA.com Protection Status