Mendengar pertanyaan Yumi, Teguh tertegun sejenak. Lantas, dia menjelaskan, "Aku pergi buru-buru tadi pagi. Maaf, jadinya lupa bawa oleh-oleh.""Nggak apa-apa!"Zaniya segera menyela untuk meredam situasi, "Kamu sudah bawa obat penting ini saja sudah cukup, kok. Kalau nggak bawa oleh-oleh juga nggak masalah.""Cih."Yumi melirik kantong obat itu, lalu mencibir,"Apanya yang obat! Itu cuma akar rumput liar yang digali sembarangan. Orang tua bodoh sepertimu yang nggak tahu apa-apa pasti akan menganggap itu berharga.""Buat santunan ...""Kalau bukan uang ratusan juta, buat apa kasih santunan, sih?""Bahkan, aku nggak bisa beli tas gara-gara nggak ada uang."Kerutan di wajah Teguh tampak makin banyak.Mendengar perkataan itu, sontak Zaniya marah dan menegur Yumi, "Yumi, kenapa bicaramu begitu? Setidaknya, dia sudah berniat baik.""Obat-obatan itu ...""Menyembuhkan berbagai penyakit yang aku dan ayahmu derita. Kenapa kamu malah jadi begini, sih?"Yumi tetap diam tanpa ekspresi saat mendeng
Baca selengkapnya