All Chapters of The CROWN (Sang Pewaris Takhta): Chapter 71 - Chapter 80

96 Chapters

Bab 71. Hatiku Milik Crystal

"Memang mustahil," sahut George parau. Ia menganggukkan kepala. Gerakannya sedikit kaku. Rasa penasaran akan perasaan Alexant membuatnya gelisah. Bukannya ia mencintai Beatrice sehingga takut jika mereka harus bersaing. Hatinya sudah dimiliki oleh gadis angkuh itu. Entah bagaimana Elsa Bryne bisa mencurinya, yang pasti ia tergila-gila padanya. Yang ditakutkannya hanyalah masa depan Namira. Apa yang akan dilakukan Alexant ke depannya akan sangat berpengaruh pada kelangsungan Namira. "Alexant, apa aku boleh bertanya sesuatu padamu, sebagai seorang sahabat?" tanya George ragu. Alexant mengangguk. Sepasang alisnya yang berwarna abu-abu berkerut. Tampaknya George ingin menanyakan sesuatu yang penting. Ia melihat keraguan dan kekhawatiran di mata birunya. "Bertanyalah!" "Jangan marah jika pertanyaanku nanti membuatmu tersinggung. Aku hanya ingin mengetahui, dan kuharap apa yang kupikirkan tidak benar!" George menggeleng pelan beberapa kali. Pasti akan sangat menakutkan jika perasaan A
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 72. Peraturan Untuk Semua

"Kau sudah merasa baikan?" Beatrice mengangkat kepala, menatap pemilik suara. Namun, segera saja dia membuang muka setelah tahu jika Fasha yang sedang duduk di depannya. Seandainya saja neneknya, dia tidak akan bersikap memusuhi seperti ini, pasti dia akan langsung memeluknya, dan menangis di bahu tuanya yang ringkih. Namun, tidak untuk Fasha. Jika dulu, sewaktu mereka masih berada di istana, dia sangat menyayanginya, berbeda dengan di tempat ini. Bibi Fasha berubah menjadi seseorang yang sangat menyebalkan baginya. Selalu saja berpura-pura tidak tahu jalan keluar dari tempat ini. Padahal, apa sulitnya mengatakan jalan keluar kepadanya? Jika memang ingin tinggal di tempat seperti ini, jangan pernah mengajaknya. Dia tidak mau tinggal di tempat yang tidak ada Alexant. Dulu, dia mengira Bibi Fasha berpihak kepadanya. Dia mengira Bibi Fasha yang anggun selalu mendukungnya, itulah kenapa dia sangat menyayanginya. Akan tetapi, siapa yang menyangka ternyata Bibi Fasha sama seperti Mama
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 73. Fakta

"Tidak sesederhana itu, Beatrice." Fasha tersenyum. Dia harus menjelaskan dengan lebih sabar lagi pada gadis di depannya ini. Pemahaman Beatrice terhadap sesuatu sepertinya masih kurang. "Pangeran Alexant hanya berkata akan melindungimu, bukan menikahi. Dua hal itu memiliki makna yang berbeda. Lagi pula, Pangeran Alexant sudah memiliki calon istri. Dia memintanya untuk menikah saat usianya masih sepuluh tahun. Kau bisa membayangkannya, 'kan, bagaimana perasaan Pangeran Alexant? Dia meminta Lady Crystal Mars untuk menjadi permaisurinya di depan Jenderal Wallace dan ibumu, juga para prajurit dan pelayan lainnya. Oh, iya, para bangsawan juga ada di sana saat dia mengucapkan ikrarnya."Beatrice menggeleng. "Itu tidak benar!" bantahnya. "Bibi berbohong! Bibi hanya membohongiku agar aku melupakan Alexant. Tidak benar Alexant mencintai gadis lain. Dia mencintaiku!" Beatrice berteriak. Suaranya terdengar serak karena dia sudah menangis sejak beberapa saat yang lalu. "Itulah kenapa aku menga
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 74. Perasaan Selena

"Kau tetap akan mencarinya?" tanya George sambil berusaha menjajari langkah cepat Alexant. Mereka baru kembali dari kamar tidur yang ditempati Beatrice dan Bibi Fasha, dan menemukan fakta bahwa memang telah terjadi tindak kekerasan di kamar itu. Mereka menemukan seutas tali yang sering digunakan untuk mengikat tangan atau kaki penjahat agar tidak melarikan diri. Jadi, ada kemungkinan Beatrice telah diculik, dan sepertinya Bibi Fasha juga demikian. Namun, jika dilihat dari kekacauan yang ada, hanya tempat tidur Beatrice yang berantakan, sementara tempat tidur Bibi Fasha tetap terlihat rapi seperti biasanya. Dengan semua fakta yang ada membuat mereka berdua ragu apakah Bibi Fasha juga merupakan korban penculikan sama seperti Beatrice, ataukah Bibi Fasha yang sudah menculik Beatrice? Bukan menculik secara langsung, atau dalang penculikan, melainkan ikut andil dalam penculikan terhadap Beatrice. "Aku yakin Selena pasti tahu sesuatu!" Alexant mempercepat langkahnya begitu mereka hampir
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 75. Hati Menginginkan Apa yang Diinginkannya

Kedua tangan Alexant mengepal erat, gigi-giginya bergemeletuk. Apa maksud perkataan Selena? Dengan berkata seperti itu, apakah dia berpikir jika putrinya tidak berarti? Astaga, Selena benar-benar kejam untuk menjadi seorang Ibu. Tidak salah memang dia menginginkan kesejahteraan kerajaan dengan mengorbankan apa pun, tetapi dia juga harus memikirkan perasaan putrinya. Tidak ada seorang pun Ibu di dunia ini yang tega mengorbankan putrinya, meskipun itu demi negerinya sendiri. Sangat menggelikan mendengar Selena mencintai Namira sedalam itu. Satu lagi, dengan berkata seperti itu, secara tak langsung Selena sudah mengakui bahwa dia mengetahui di mana keberadaan Beatrice. "Maafkan aku, Selena, tetapi aku tidak bisa menghargai rasa cintamu yang berlebihan terhadap Namira. Aku akan lebih menghargaimu jika kau memberi tahu di mana Beatrice berada!" Selena berdecak. Alexant memang sangat keras kepala, dan dia sudah mengetahuinya. Jika belum mendapatkan apa yang diinginkannya, dia tidak akan
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Bab 76. Masalah Hati

Kamar tidurnya tak pernah terasa lebih luas dari sekarang ini, bahkan setelah pernikahan Raja Henry dan Ratu Amora delapan belas tahun yang lalu. Sekarang, semuanya tampak lebih besar, termasuk tempat tidur di belakangnya. Selena berdiri di depan jendela kamarnya yang menghadap ke arah taman di bagian Utara istana. Tidak ada air mata di pipinya yang pucat. Dia dapat menahannya, seolah air matanya patuh terhadap perintah otaknya, ataukah semua air matanya sudah kering, hanya menyisakan dua bulir terakhir yang tadi mengalir? Satu yang pasti, sekarang rasanya dia sudah lega. Tidak peduli penilaian orang lain terhadap dirinya, yang penting dia sudah memberi tahu Alexant yang sebenarnya. Untuk saat ini, dia juga tidak akan memedulikan apa yang dipikirkan Alexant tentangnya. Anak itu bukan anak yang bodoh, dia sangat pandai. Sebagai seorang yang akan memimpin Namira kelak, Alexant pasti tidak akan mengorbankan rakyatnya. Lagi pula, siapa yang mau mengorbankan orang banyak hanya untuk seor
last updateLast Updated : 2025-04-01
Read more

Bab 77. Menemukan Teman

Gunung Bond memiliki hutan yang lebat dan nyaris tak terjamah, kecuali oleh sinar matahari. Pohon-pohonnya yang tinggi menjulang tidak menolak kehadiran sang surya sehingga keadaan di dalamnya tidak segelap yang dilihat dari luar. Beberapa padang rumput yang ditumbuhi bunga liar dengan warna-warni yang cantik membuat kesan menakutkan gunung Bond sama sekali tak terasa. Mungkin itulah yang membuat dua orang perempuan memasuki gunung Bond dengan berlari. Raut ketakutan sangat kentara di wajah mereka yang bersimbah keringat. Sesekali keduanya menengok ke belakang, seolah ada yang mengejar dan takut jika orang yang mengejar mereka masih mengikuti meskipun mereka sudah memasuki kawasan terlarang gunung Bond. "Kupikir Ayah sudah tidak mengejar kita lagi, Kakak." Perempuan yang lebih muda berkata. Sejak masih berada di luar gunung Bond, dia memegangi perempuan yang terlihat lebih tua. Rambut cokelat terangnya yang panjang sepunggung dikepang dua, poni dan sebagian anak rambut menempel di
last updateLast Updated : 2025-04-02
Read more

Bab 78. Menolong Madeline

Matahari sudah condong ke sebelah barat ketika dua orang gadis berbeda warna rambut tiba di rumah sederhana Fasha dan Imelda yang berada di tengah gunung Bond. Beatrice dan Rosaline memapah Madeline, tertatih-tatih. Wanita itu sudah tidak bisa berjalan lagi, air ketubannya sudah pecah beberapa menit yang lalu, Madeline nyaris tak sadarkan diri karena mengalami pendarahan. "Bibi Fasha, tolong kami!" Fasha yang sedang berada di belakang rumah tergesa mendatangi suara itu. Dia berlari, meninggalkan sayuran yang baru saja dipanennya. Dia panik, mengira telah terjadi sesuatu pada Imelda karena selain suara seruan Beatrice yang meminta tolong, dia juga mendengar suara teriakan Imelda. "Bibi Fasha, cepat kemari!" Sekali lagi seruan Beatrice terdengar. Fasha semakin mempercepat larinya, beberapa meter lagi dia akan sampai. Namun, rasanya seperti masih sangat jauh. Jarak beberapa meter itu seperti ribuan kilometer sekarang. Kepanikan membuat waktu menjadi lebih lama dan jarak lebih panjang
last updateLast Updated : 2025-04-03
Read more

Bab 79. Restu

"Baru pulang?" Crystal menghentikan langkah. Dia yang ingin menaiki tangga, segera berbalik. Tersenyum melihat Mama yang datang dari arah berlawanan. Ada beberapa tangkai mawar merah muda di tangan Mama. Crystal yakin, bunga-bunga itu baru dari kebun di sebelah Utara kastil. Mama memiliki taman bunga sendiri, yang dirawat sendiri, hanya ada beberapa pelayan dan seorang tukang kebun yang membantunya. Taman bunga mawar aneka jenis dan warna. Crystal mengangguk, menghampiri Mama, dan mengambil alih bunga di tangannya. "Sebaiknya cepat bersihkan tubuhmu." Astrid mengusap rambut pirang putrinya. Dia tersenyum, Crystal-nya tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Rambut pirang yang lembut dan berkilau, mata biru cemerlang, bibir mungil kemerahan, sangat serasi dengan pipi seputih porselen yang selalu merona, dan hidung mancungnya. Semua yang diinginkan seorang gadis ada padanya, putrinya sempurna. Tak salah jika putra mahkota Namira tergila-gila kepadanya. "Setelah makan malam ada yan
last updateLast Updated : 2025-04-04
Read more

Bab 80. Kau adalah Calon Ratu Namira

Tak ada suara di ruang makan itu, bahkan desahan napas pun tak terdengar seolah tiga orang yang berada di sana sedang menahan napas mereka. Kenyataannya memang demikian, meskipun hanya satu orang saja yang melakukannya, yakni putri tunggal keluarga Mars, Crystal Mars. Sementara itu, kedua orang tuanya, terutama sang Ayah, bernapas seperti biasanya. Edmund Mars terlalu pandai menyembunyikan suara desah napasnya. Begitu juga dengan Astrid Mars, dia pun melakukan hal yang sama dengan suaminya. Meskipun sedikit gugup, tetapi Astrid dapat mengendalikan diri dengan baik. Sebenarnya, Astrid tidak mengetahui apa yang ingin dibicarakan oleh suaminya. Sebab itu dia mendengarkan baik-baik apa yang dikatakan oleh kepala keluarga Mars tersebut. "Maafkan Papa karena harus mengorbankanmu demi keselamatan penduduk yang tinggal di Rainbow Hill, Papa tidak memiliki pilihan lain, Nak." Edmund Mars menggelengkan kepala beberapa kali dengan pelan. "Mereka memang tidak menunjukkan ancaman secara langsun
last updateLast Updated : 2025-04-05
Read more
PREV
1
...
5678910
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status