All Chapters of Pewaris Sesungguhnya Itu....: Chapter 71 - Chapter 80
95 Chapters
Bab 71
Aisha dan sekretaris Evan sudah berhadapan, wanita berpakaian formal ini menyambut hangat si wanita, "Selamat siang Nyonya. Ada yang bisa saya bantu?" Sikap ramah penuh hormat menyertai. 'Saya membutuhkan banyak informasi tentang perusahaan. Pasti kau tahu banyak hal!' Ingin sekali mengatakan hal ini secara langsung, tetapi itu tidak mungkin karena jika kalimat ini dilontarkan maka orang luar akan menebak-nebak yang terjadi pada keluarganya. "Bagaimana keadaan perusahaan? Saya diperintah papa untuk mengunjungi lapangan secara langsung." Kalimatnya disampaikan penuh wibawa, pun Aisha mengganti kalimatnya agar lebih elegan."Senang mendapatkan kunjungan dari Nyonya." Wanita ini selalu bersikap penuh hormat apalagi di hdapannya kini adalah putri dari pemilik perusahaan. Sebuah kertas disodorkan. "Sebenarnya perusahaan baik-baik saja karena selalu memiliki peningkatan yang pesat, tetapi akhir-akhir ini terdapat pengurangan dana." "Pengurangan dana?" Dahi Aisha berkerut heran. Segera, ke
Read more
Bab 72
Ansel barusaja membuka email yang dikirimkan Aisha. "Kenapa Aisha bisa mengirimkan data-data parusahaan. Apa Aisha sedang di perusahaan papa!" Seharusnya Ansel merasa puas dengan kemajuan Aisha saat ini karena informasi yang diberikan adiknya sangat penting, tetapi nyatanya pria ini mengkhawatirkan adiknya yang sedang berada di dalam lingkungan berhaya. [Kakak sudah menerima semuanya. Pulanglah!] Perintah tegas ini dikirimkan lewat email karena hanya ini satu-satunya alat komunikasi Aisha saat ini. "Syukurlah kakak sudah mendapatkan semua data yang Aisha kirim." Embusan udara lega dihembus Aisha, tetapi wanita ini belum bisa meninggalkan perusahaan karena dia masih mengunduh data penting lainnya. Namun, terbesit sebuah ide gila. 'Apa lebih baik laptop ini aku bawa saja?'Aisha segera menutup laptopnya setelah selesai mengunduh data. Benda itu dikantongi, tetapi sekretaris segera berkata santun, "Mohon maaf Nyonya, jika sudah selesai laptopnya dikembalikan saja ke tempatnya karena itu
Read more
Bab 73
Aisha menggambar wajah penuh rasa takut karena mungkin Evan akan menyakitinya secara fisik, tetapi ternyata bayangannya sangat berkebalikan dengan kenyataan karena Evan segera menunjukan wajah sendu setelah menggambar ekspresi berang. "Sayang, apa kau tidak pernah mencintaiku?" Saat ini Aisha sedikit menurunkan rasa gugupnya, tetapi rasa takut tetap berlipat ganda. "Jangan menanyakan hal bodoh." Suaranya sedikit bergetar karena bibirnya bergetar ketakutan. Evan segera memegangi pelipisnya, kemudian mendesah panjang yang terdengar sangat lirih. Lalu kembali menatap Aisha. "Kita bersama karena dijodohkan, tetapi bukankah sudah banyak hal yang kita lakukan bersama. Apakah kamu tidak pernah menganggap satu saja moment kebersamaan kita sebagai hal spesial?" Suara serta tatapan Evan seolah sangat tersakiti, tetapi Aisha tidak luluh sama sekali karena ini adalah kebiasaan suaminya. Aisha tidak memberikan jawaban apapun bahkan dengan sengaja tatapannya dialihkan ke arah lain. Intinya dia
Read more
Bab 74
Makan malam Evan dan Aisha bersama banyak menu, seolah pria ini menyambut kembalinya sang istri dengan suka cita padahal ini hanya termasuk basa-basi saja. "Sayang, makan yang banyak. Sudah cukup lama kamu meninggalkan rumah, sudah beberapa hari juga kamu tinggal dengan Ansel yang kehidupannya pas-pasan, aku rasa di sana kamu tidak bisa memakan banyak hal, hanya seadanya." 'Manusia iblis. Kehidupan kakak begitu karena kamu!' Aisha tidak menanggapi, wajahnya sangat tenang dan datar. Evan tidak ingin keberadaannya diabaikan, maka dengan sengaja menaruh sebuah teman makan di piring milik Aisha. "Cobalah menu favoritku ini, aku belum pernah memakannya sekali pun." Senyuman dipasang sangat lembut. Saat ini Aisha masih bergeming, enggan meladeni suami psikopatnya. 'Tuhan, kapan kehidupan kami membaik. Harus sampai kapan kami seperti ini, mengapa kau memberikan kehidupan seperti ini pada kami? Jika kami berdosa, kami harap dosa ini segera habis dengan jalan penderitaan yang kami hadapi.'
Read more
Bab 75
Aisha dibuat menganga saat melihat garis dua yang ditunggunya selama beberapa detik saja. "Tidak!" Kini satu tangannya menangkup mulutnya yang menganga, yang seolah ingin mejerit sekencangnya karena hasilnya sangat mengecewakan. Ini adalah salah satu hal buruk yang tidak pernah diharapkannya. Tetesan air mata mengalir begitu saja hingga membasahi pipinya yang kemerahan. "Kenapa kamu harus hadir. Kamu anaknya Evan. Aku tidak menginginkan kamu ...," rintihan Aisha sangat membatin karena seorang manusia yang hadir di rahimnya adalah keturunan orang jahat, tetapi di sisi lain manusia ini juga adalah darah dagingnya, "Sayang ...," panggilan Evan kembali mengudara sangat lembut, tetapi pria ini tidak pernah ingin membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci, "bagaimana hasilnya, kamu sudah melihatnya?" pertanyaan lembutnya. Aisha terisak hingga Evan mampu mendengarnya dari balik pintu, saat inilah pintu kamar mandi dibukanya untuk memeriksa Aisha yang sejak tadi ditunggunya. "Sayang. Ada
Read more
Bab 76
Aisha digiring Evan dengan sangat lembut saat menuju parkiran, tetapi langkah wanita itu terhenti di lobby rumah sakit. "Katakan yang sejujurnya padaku. Kau tidak menginginkan anak ini, kan?" Tatapan Aisha mengarah pada Evan tanpa bergeser sedikit pun saat mencari tahu tentang suaminya.Evan segera memperat rangkulannya yang sejak tadi melingkar di pinggang Aisha. "Sayang, mengapa menanyakan hal seperti itu bukankah itu pertanyaan yang tidak manusiawi, hm ....""Katakan saja, akui saja!" Aisha mulai mendesak.Evan masih mempertahankan sikap lembutnya, apalagi ini adalah wilayah umum tentu saja dia harus mencitrakan Evan-seorang suami sempurna dengan sebaik mungkin. "Tidak ada satu pun pria di muka bumi ini yang tidak menginginkan darah dagingnya sendiri. Bagaimana mungkin ada pria yang melakukannya? Seburuk apapun pria itu dia akan tetap menyayangi darah dagingnya," penjelasan diberikan dengan lembut, yang paling penting adalah masuk akal. Evan bertindak menurut logika. Hanya saja ken
Read more
Bab 77
Adhitia dilanda kecewa karena putrinya mengandung anak dari seorang penjahat, tapi di sisi lain bagaimanapun juga anak dalam kandungan Aisha adalah cucu keduanya setelah Ocean, maka seharusnya tidak ada alasan untuknya membenci keturunannya sendiri. Adhitia bermonog dalam hatinya, menyampaikan pesan penuh kasih sayang pada cucunya. 'Kakek akan berusaha mencintaimu sama seperti kakek mencintai Ocean, tapi satu permintaan kakek, jangan pernah menjadi seperti ayahmu.' Adhitia tidak memberikan respon apapun pada Evan walaupun isi hatinya ricuh, tetapi menantunya tidak ingin berhenti berbicara. Maka saat ini Evan kembali mengutarakan kalimat indah yang padahal sangat menusuk Adhitia, "Selama Aisha mengandung bukankah sebaiknya Aisha terus berada di sisi suaminya yaitu Evan. Tapi ... Ansel meminta Aisha untuk tinggal bersamanya. Hm ... bagaimana ya, Evan khawatir karena mungkin jika Aisha tinggal bersama Ansel, Evan tidak mampu sepenuhnya memberikan perhatian serta kasih sayang pada anak da
Read more
Bab 78
Aisha memiliki mata sembab setelah menumpahkan 90% kesedihannya terhadap kehamilan serta nasib hidupnya dan keluarganya. Kini, wanita itu berbaring menyendiri sedangkan Alea berbicara pada Ansel di teras rumah seiring mengasuh Ocean. "Sampai kapan kita tidak bisa menemui papa?""Entahlah, kita harus menunggu kabar selanjutnya dari perawat papa," desah sendu Ansel. "Apa yang dikatakan Evan sampai-sampai kondisi papa menurun. Kenapa dia tidak pernah berhenti menggangu." Pun, Aisha mendesah sendu karena seolah keadaan ini tidak akan pernah berhenti selama Evan masih melakukan hal-hal jahat. Ansel membuang udara panjang, kemudian beringsut. "Biarkan Aisha beristirahat. Aku juga harus beristirahat, aku sangat lelah.""Ya sudah, kamu tidur di tengah rumah saja, biarkan Aisha di kamar. Satu hari ini aku tidak akan menerima pembeli," tulus Alea. Ansel memandangi Alea sesaat. "Sayang, aku harap kamu tidak keberatan sama sekali dengan kehadiran Aisha di sini." Tatapan Ansel dipenuhi harapan.
Read more
Bab 79
Langit sudah berubah temaram, tetapi seorang pria berdasi berdiri di halaman rumah keluarga Ansel. "Sayang, ayo pulang," ajak lembut Evan saat mengulurkan tangannya pada Aisha yang berdiri terpaku di ambang pintu."Kenapa kamu kesini." Datar Aisha yang tentunya tidak menyukai kehadiran Elang."Tentu saja untuk menjemputmu." Senyuman teduh Evan dipatri sangat sempurna.Beberapa tetangga berlalu lalang, pun beberapa dari mereka berbisik yang entah apa, tetapi Aisha dapat menebak jika mereka membicarakan Evan yang terlihat tidak selaras dengan daerah kecil ini. "Aku akan menginap." Datar Aisha. "Kamu yakin?" Evan mengangkat satu alisnya."Kenapa harus tidak yakin. Aku suka tinggal di sini." Sikap datar Aisha tidak berubah."Sayang, kamu harus bisa menilai situasi. Lihatlah tempat ini, apa kamu yakin Ansel, Alea dan bayi mereka tidak merasa terganggu dengan kehadiran kamu. Tempat ini terlalu kecil untuk mereka apalagi jika kamu di sini." Evan memberikan penuturan sangat lembut dan rinci.
Read more
Bab 80
Aisha dibawa pergi oleh Evan, maka kabar ini segera disampaikan Alea pada Ansel menggunakan handphone milik Rina. [Evan datang menjemput Aisha, tapi Aisha tidak bisa menolak karena memikirkan kita.]Ansel membacanya diam-diam karena saat ini dia sedang bertugas, kemudian membalas pesan Aisha setelah mendengus kesal pada bayangan Evan. [Kenapa kamu tidak menahan Aisha, Sayang?][Aku sudah mencoba, tapi ini keputusan yang diambil Aisha. Aku akan menceritakannya setelah kamu pulang.] Aisha tidak dapat membahas hal ini panjang lebar karena tidak enak hati pada Rina, bagaimanapun dia sedang meminjam. "Bu, terimakasih ...," santun Aisha saat mengembalikan handphone keluaran terbaru milik wanita pemilik rumah sewa. "Sama-sama ..., Neng Alea tidak perlu sungkan," kekeh hangat dan sikap hangat Rina tidak pernah berubah. Justru wanita ini selalu senang dengan kehadiran Alea dan Ocean. "Malam ini menginap saja di rumah ibu ...," tawarannya penuh dengan kehangatan.Alea tersenyum kecil. "Alea da
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status