Home / Romansa / Pewaris Sesungguhnya Itu.... / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Pewaris Sesungguhnya Itu....: Chapter 81 - Chapter 90

96 Chapters

Bab 81

Evan mengisi ruang makan seorang diri setelah istrinya tidak menolak makan malam bersama, pun mengisi perut di dalam kamar. Setelahnya Evan bergegas menemui Aisha di dalam kamar, memeluk istrinya yang telah terbaring sangat cantik walaupun pria ini hanya melihat bagian belakang tubuh istrinya. "Sayang, kamu sudah tidur." Kecupan mesra mendarat di bahu Aisha.'Aku tidak ingin melihatmu!' Rutuk Aisha di dalam hatinya hingga wanita ini memilih berpura-pura tidak menyadari kehadiran Evan. Rencananya memang berhasil, Evan menganggapnya telah terlelap, kemudian pria ini kembali meninggalkan kamar."Karena keberadaan bayi itu aku jadi harus menjaga keduanya bersamaan bahkan aku harus rela tidak menyetubuhi Aisha karena mungkin Aisha akan merasa terganggu dan berakibat juga pada bayinya. Ck!" Evan menggerutu, tetapi tidak ada cara lain selain menerima keadaan ini. Sedangkan Aisha menyeringai puas bersama heran, "Baguslah, akhirnya aku terbebas dari Evan! Tapi ... tumben sekali dia tidak memi
last updateLast Updated : 2024-03-06
Read more

Bab 82

Aisha tetap berada di ruang makan bersama Evan walaupun hanya meminum susu hangat pemberian bibi, sedangkan suaminya menyantap sarapan untuk mengisi energinya. "Sayang, jangan lupa minum obat pemberian dari dokter, kamu juga tidak boleh melanggar aturan yang dokter berikan seperti makanan dan minuman pantrangan, kamu harus menjalani pola hidup sehat dengan sebaik mungkin," nasihat Evan disampaikan sangat santai dan dipenuhi kepedulian, tetapi bukan untuk Aisha melainkan untuk bayi dalam perut Aisha yang akan berpotensi besar menyelamatkannya. "Ya. Aku akan mengingat semuanya." Sikap tak acuh dipasang Aisha seiring mengikir kukunya. Evan memerhatikan sikap besar kepala wanita di hadapannya, tetapi sayangnya dia tidak dapat mengambil tindakan kekerasan ataupun hanya menyerang hati dan mental Aisha karena bisa saja Ansel memperkarakannya pada pihak berwajib. Saat ini kondisinya sedang sensitifk karena kasus kriminal yang dilaporkan Ansel dan Aisha, jadi sebisa mungkin Evan tidak boleh
last updateLast Updated : 2024-03-07
Read more

Bab 83

Tidak banyak hal yang ditanyakan polisi pada Evan karena kini pemeriksaan menyeluruh sedang berjalan, tetapi sekalian mengajukan beberapa pertanyaan pada Aisha yang dilakukan di ruangan terpisah dengan Evan. "Apa Nyonya sudah memiliki bukti dari kejahatan tuan Evan?"Aisha menggeleng. "Saya tidak punya bukti, tapi di sini ada bibi. Ada beberapa pembantu rumah tangga yang menjadi saksi kejahatan Evan.""Apa saya bisa bertemu dengan semua pembantu rumah tangga?""Tentu. Akan saya panggilkan." Aisha segera beranjak dari tempat duduknya, tetapi polisi mengikuti langkah Aisha hingga akhirnya semua pembantu rumah tangga dikumpulkan dalam satu ruangan. Sejak tadi Aisha tidak memiliki kesempatan untuk membahas hal ini dengan bibi karena pihak berwajib membuntutinya maka wanita ini terlalu takut jika dianggap berbohong dan membuat laporan palsu lalu menghadirkan saksi palsu. Polisi mulai mengajukan pertanyaan pada semua pembantu rumah tangga secara satu persatu, tetapi hasilnya di luar dugaan
last updateLast Updated : 2024-03-08
Read more

Bab 84

Hari ini Evan terlambat datang ke perusahaan karena kehadiran polisi, tetapi dia tidak membuang waktu begitu saja. Banyak hal yang dilakukannya di ruang kerja hingga tidak sempat menemui Aisha yang entah sedang melakukan apa.Gagang telepon diangkat Aisha dan dihubungkan pada nomor rumah sakit. "Bagaimana keadaan papa?""Keadaan tuan Adhitia sudah lebih baik dari kemarin." Kalimat singkat nan santu seorang wanita di balik saluran. "Apa hari ini kami bisa menemui papa?""Mohon maaf, Nyonya. Masih belum bisa." Kalimat santun kembali diberikan wanita ini walaupun isinya mengecewakan Aisha. Aisha mendesah kecil. "Kira-kira kapan kami bisa menemui papa?""Secepatnya akan kami kabari." "Terimakasih." Suara lemas Aisha karena rasa rindu melandanya, tetapi tidak dapat menemui sang ayah. Saat ini dia termenung seorang diri dan merasa tidak ada siapapun yang dapat dipercaya di rumah ini, sebagai buktinya adalah kesaksian dusta para pembantu rumah tangga di tempat ini. "Di sini aku hanya send
last updateLast Updated : 2024-03-08
Read more

Bab 85

Aisha memandang dingin pada wanita yang sedang setengah berjongkok di depan kakinya, cukup lama sikapnya sedingin es, tetapi akhirnya wanita ini membiarkan wanita itu berbicara. "Apa yang ingin kau jelaskan!" Sikap angkuh masih dipasang akibat perasaan kecewa yang selalu menusuk dadanya."Jadi ... sebenarnya tadi kami ingin mengatakan tentang kejahatan yang tuan Evan lakukan, tapi jauh sebelum polisi datang ke rumah ini, tepatnya saat Nyonya tinggal di apartemen, tuan Evan sudah mengancam kami. Kami tidak diperbolehkan mengadukan perbuatan tuan Evan atau keluarga kami yang akan membayar kesalahan kami itu." Raut wajahnya tidak beraturan karena terlalu banyak menimbun hal-hal negatif yang salah satunya adalah penyesalan. Kemudian wanita ini bersujud mencium kaki Aisha seiring isak tangis penuh dosa. "Nyonya, kami telah melakukan kesalah besar. Dosa kami sangat besar, maka dengan ini saya mewakilkan permintaan maaf untuk dirinya saya serta semua kawan saya. Kami meminta maaf sebesar-bes
last updateLast Updated : 2024-03-09
Read more

Bab 86

Evan meninggalkan ruang kerjanya saat Aisha masih berada di dalam kamar, jadi wanita ini hanya mendengar deru mobil milik pria itu. Segera, dia mengintip lewat kaca besar di dalam kamar. "Bagus, akhirnya dia pergi!" Perasaan lega mulai menemani Aisha.Namun, tanpa Aisha ketahui jika tujuan Evan meninggalkan rumah adalah untuk menemui seseorang. Pria ini ingin menggali informasi tentang asuransi yang dimiliki Adhitia. Dia memang memiliki otak yang sangat licik, otak yang hanya berisi tentang uang maka hal sekecil apapun akan digalinya, berbeda dengan keturunan Adhitia yang tidak pernah memerdulikan asuransi milik ayahnya. Di sisi lain, Ansel sedang mengisi liburannya dengan kegiatan positif yang salah satunya menemui Reza. "Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Ansel setelah berbasa-basi singkat dengan kawannya yang masih menjalani pemulihan di rumah sakit."Tentang Evan. Anak buahku mengatakan jika saat ini dia sudah berhasil masuk ke dalam perusahaan yang dikuasai Evan. Sedikitnya di
last updateLast Updated : 2024-03-11
Read more

Bab 87

Ansel barusaja mendengar kabar jika Evan menanyakan tentang asuransi milik Adhitia, pria ini mendengarnya langsung dari pengacara sang ayah sekalian menanyakan kejelasan asuransi pada pengurus asuransi yang dipercaya Adhitia. Setelah memastikan kebenarannya maka prasangka merajangnya, “Pasti Evan ingin memanfaatkan asuransi punya papa untuk kepentingannya!”Ansel bertindak cepat dengan mengatakan pada pihak asuransi maupun pada pengacara supaya tidak pernah memberikan uang asuransi sepeser pun pada Evan, lagipula Adhitia masih hidup, tidak sopan jika membicarakan uang asuransi.Pun, saat ini pengacara sangat mengerti maksud Ansel. “Semua yang dipercayakan tuan Adhitia aman pada saya termasuk pengurusan asuransi,” santunnya.“Terimakasih.” Ansel membalas pria itu dengan sikap serupa, tetapi pria ini kembali mengulang pesan pentingnya. “Apapun alasan Evan, jangan memberikan uang sepeser pun. Papa masih ada, hanya saja papa sedang dalam masa perawatan.”“Baik, Tuan.” Pria ini adalah peng
last updateLast Updated : 2024-03-12
Read more

Bab 88

Evan baru saja menyadari jika Aisha membiarkan menunya. "Sayang. kenapa belum makan. Ingin aku suapi?" tawaran lembut dan penuh perhatian ini sudah sewajarnya dilakukan oleh seorang suami, tetapi tentu saja yang dilakukannya hanya berbasa-basi."Aku belum lapar." Dingin dan datar Aisha. Dahi Evan segera berkerut heran, "Tidak mungkin belum lapar. Ada bayi di perutmu, yang aku tahu seorang wanita hamil akan mudah merasa lapar." Pun, sikapnya yang ini adalah sikap wajar seorang suami, tetapi maksud kalimatnya hanya ingin memastikan jika Aisha memberikan makan bayi dalam kandungannya supaya tumbuh dan berkembang normal. Evan tidak ingin mengambil resiko bayinya keguguran apalagi terlahir cacat, itu memalukan."Aku sudah banyak memakan camilan. Aku akan makan makanan berat setelah merasa lapar." Lagi, sikap Aisha sangat dingin dan datar maka wanita ini tidak mencitrakan seorang istri sama sekali yang mungkin akan menimbulkan kesalahpahaman pada orang yang tidak mengetahui kisah keduanya.
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

Bab 89

Pada pagi hari, Evan menyiapkan sebuah bubur yang sengaja dibawanya pada Aisha. "Selamat pagi, Sayang." Senyuman lembut diumbar saat istrinya baru saja membuka mata. Tentu saja dahi wanita ini berkerut saat menyaksikan pemandangan asing di hadapannya karena tidak biasanya Evan mengucapkan sapaan. "Ada apa. Apa kamu sudah di sana sejak tadi?" tanya Aisha alih-alih membalas sapaan hangat Evan."Lumayan. Aku menunggu kamu, kamu tidur sangat lelap." Senyuman lembut kembali diumbar."Oh ...." Datar Aisha yang segera mendudukan dirinya. Setelah ini tidak sedikit pun dia memandang Evan. Namun, Evan berkata sangat lembut, "Aku baru saja membuatkan bubur untukmu dan bayi kita." Aisha segera melirik pada bubur yang dimaksud Evan, kemudian mengajukan pertanyaan dengan raut wajah heran, "Kamu yang membuat ini?" Evan mengangguk kecil, kemudian menurunkan tatapannya sesaat lalu berkata seiring memasang tatapan sendu. "Aku belum pernah membuatkan apapun untukmu, terutama untuk anak kita. Walaupu
last updateLast Updated : 2024-03-16
Read more

Bab 90

“Sayang, makanlah.” Untuk ke sekian kalinya Evan menawarkan bubur hasil buatannya sendiri.Aisha terpaku sesaat mentap semangkuk bubur yang berhasil menggugah seleranya, tetapi dia masih menolak, “Aku belum lapar. Aku akan makan buah-buahan.” Buah apel utuh segera diraih padahal di atas meja makan sudah tersedia buah apel yang sudah dikupas.Evan tidak menunjukan emosi, tetapi hanya senyuman hangat. “Makanlah buahnya.” Kini, Evan berhenti menawarkan bubur pada Aisha, tetapi berpesan pada bibi untuk mengganti bubur yang baru saat Aisha menginginkannya karena dia membuat satu panci bubur.‘Tenanglah, jangan mengacau!’ omelan Aisha pada bayinya yang masih menginginkan bubur yang berada di hadapannya. Buah apel utuh mulai digigit dengan gigitan kecil, tetapi Evan segera meraih buah yang baru lalu mengirisnya di hadapan Aisha.“Jangan memakan buah apel dengan cara seperti itu, makan yang ini saja.” Senyuman teduh Evan tampak sangat ramah dan dipenuhi kasih sayang, tetapi tidak mungkin Aish
last updateLast Updated : 2024-03-17
Read more
PREV
1
...
5678910
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status