Share

Bab 83

Penulis: Desti Angraeni
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-08 16:00:06

Tidak banyak hal yang ditanyakan polisi pada Evan karena kini pemeriksaan menyeluruh sedang berjalan, tetapi sekalian mengajukan beberapa pertanyaan pada Aisha yang dilakukan di ruangan terpisah dengan Evan. "Apa Nyonya sudah memiliki bukti dari kejahatan tuan Evan?"

Aisha menggeleng. "Saya tidak punya bukti, tapi di sini ada bibi. Ada beberapa pembantu rumah tangga yang menjadi saksi kejahatan Evan."

"Apa saya bisa bertemu dengan semua pembantu rumah tangga?"

"Tentu. Akan saya panggilkan." Aisha segera beranjak dari tempat duduknya, tetapi polisi mengikuti langkah Aisha hingga akhirnya semua pembantu rumah tangga dikumpulkan dalam satu ruangan. Sejak tadi Aisha tidak memiliki kesempatan untuk membahas hal ini dengan bibi karena pihak berwajib membuntutinya maka wanita ini terlalu takut jika dianggap berbohong dan membuat laporan palsu lalu menghadirkan saksi palsu.

Polisi mulai mengajukan pertanyaan pada semua pembantu rumah tangga secara satu persatu, tetapi hasilnya di luar dugaan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 84

    Hari ini Evan terlambat datang ke perusahaan karena kehadiran polisi, tetapi dia tidak membuang waktu begitu saja. Banyak hal yang dilakukannya di ruang kerja hingga tidak sempat menemui Aisha yang entah sedang melakukan apa.Gagang telepon diangkat Aisha dan dihubungkan pada nomor rumah sakit. "Bagaimana keadaan papa?""Keadaan tuan Adhitia sudah lebih baik dari kemarin." Kalimat singkat nan santu seorang wanita di balik saluran. "Apa hari ini kami bisa menemui papa?""Mohon maaf, Nyonya. Masih belum bisa." Kalimat santun kembali diberikan wanita ini walaupun isinya mengecewakan Aisha. Aisha mendesah kecil. "Kira-kira kapan kami bisa menemui papa?""Secepatnya akan kami kabari." "Terimakasih." Suara lemas Aisha karena rasa rindu melandanya, tetapi tidak dapat menemui sang ayah. Saat ini dia termenung seorang diri dan merasa tidak ada siapapun yang dapat dipercaya di rumah ini, sebagai buktinya adalah kesaksian dusta para pembantu rumah tangga di tempat ini. "Di sini aku hanya send

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-08
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 85

    Aisha memandang dingin pada wanita yang sedang setengah berjongkok di depan kakinya, cukup lama sikapnya sedingin es, tetapi akhirnya wanita ini membiarkan wanita itu berbicara. "Apa yang ingin kau jelaskan!" Sikap angkuh masih dipasang akibat perasaan kecewa yang selalu menusuk dadanya."Jadi ... sebenarnya tadi kami ingin mengatakan tentang kejahatan yang tuan Evan lakukan, tapi jauh sebelum polisi datang ke rumah ini, tepatnya saat Nyonya tinggal di apartemen, tuan Evan sudah mengancam kami. Kami tidak diperbolehkan mengadukan perbuatan tuan Evan atau keluarga kami yang akan membayar kesalahan kami itu." Raut wajahnya tidak beraturan karena terlalu banyak menimbun hal-hal negatif yang salah satunya adalah penyesalan. Kemudian wanita ini bersujud mencium kaki Aisha seiring isak tangis penuh dosa. "Nyonya, kami telah melakukan kesalah besar. Dosa kami sangat besar, maka dengan ini saya mewakilkan permintaan maaf untuk dirinya saya serta semua kawan saya. Kami meminta maaf sebesar-bes

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-09
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 86

    Evan meninggalkan ruang kerjanya saat Aisha masih berada di dalam kamar, jadi wanita ini hanya mendengar deru mobil milik pria itu. Segera, dia mengintip lewat kaca besar di dalam kamar. "Bagus, akhirnya dia pergi!" Perasaan lega mulai menemani Aisha.Namun, tanpa Aisha ketahui jika tujuan Evan meninggalkan rumah adalah untuk menemui seseorang. Pria ini ingin menggali informasi tentang asuransi yang dimiliki Adhitia. Dia memang memiliki otak yang sangat licik, otak yang hanya berisi tentang uang maka hal sekecil apapun akan digalinya, berbeda dengan keturunan Adhitia yang tidak pernah memerdulikan asuransi milik ayahnya. Di sisi lain, Ansel sedang mengisi liburannya dengan kegiatan positif yang salah satunya menemui Reza. "Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Ansel setelah berbasa-basi singkat dengan kawannya yang masih menjalani pemulihan di rumah sakit."Tentang Evan. Anak buahku mengatakan jika saat ini dia sudah berhasil masuk ke dalam perusahaan yang dikuasai Evan. Sedikitnya di

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-11
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 87

    Ansel barusaja mendengar kabar jika Evan menanyakan tentang asuransi milik Adhitia, pria ini mendengarnya langsung dari pengacara sang ayah sekalian menanyakan kejelasan asuransi pada pengurus asuransi yang dipercaya Adhitia. Setelah memastikan kebenarannya maka prasangka merajangnya, “Pasti Evan ingin memanfaatkan asuransi punya papa untuk kepentingannya!”Ansel bertindak cepat dengan mengatakan pada pihak asuransi maupun pada pengacara supaya tidak pernah memberikan uang asuransi sepeser pun pada Evan, lagipula Adhitia masih hidup, tidak sopan jika membicarakan uang asuransi.Pun, saat ini pengacara sangat mengerti maksud Ansel. “Semua yang dipercayakan tuan Adhitia aman pada saya termasuk pengurusan asuransi,” santunnya.“Terimakasih.” Ansel membalas pria itu dengan sikap serupa, tetapi pria ini kembali mengulang pesan pentingnya. “Apapun alasan Evan, jangan memberikan uang sepeser pun. Papa masih ada, hanya saja papa sedang dalam masa perawatan.”“Baik, Tuan.” Pria ini adalah peng

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-12
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 88

    Evan baru saja menyadari jika Aisha membiarkan menunya. "Sayang. kenapa belum makan. Ingin aku suapi?" tawaran lembut dan penuh perhatian ini sudah sewajarnya dilakukan oleh seorang suami, tetapi tentu saja yang dilakukannya hanya berbasa-basi."Aku belum lapar." Dingin dan datar Aisha. Dahi Evan segera berkerut heran, "Tidak mungkin belum lapar. Ada bayi di perutmu, yang aku tahu seorang wanita hamil akan mudah merasa lapar." Pun, sikapnya yang ini adalah sikap wajar seorang suami, tetapi maksud kalimatnya hanya ingin memastikan jika Aisha memberikan makan bayi dalam kandungannya supaya tumbuh dan berkembang normal. Evan tidak ingin mengambil resiko bayinya keguguran apalagi terlahir cacat, itu memalukan."Aku sudah banyak memakan camilan. Aku akan makan makanan berat setelah merasa lapar." Lagi, sikap Aisha sangat dingin dan datar maka wanita ini tidak mencitrakan seorang istri sama sekali yang mungkin akan menimbulkan kesalahpahaman pada orang yang tidak mengetahui kisah keduanya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-13
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 89

    Pada pagi hari, Evan menyiapkan sebuah bubur yang sengaja dibawanya pada Aisha. "Selamat pagi, Sayang." Senyuman lembut diumbar saat istrinya baru saja membuka mata. Tentu saja dahi wanita ini berkerut saat menyaksikan pemandangan asing di hadapannya karena tidak biasanya Evan mengucapkan sapaan. "Ada apa. Apa kamu sudah di sana sejak tadi?" tanya Aisha alih-alih membalas sapaan hangat Evan."Lumayan. Aku menunggu kamu, kamu tidur sangat lelap." Senyuman lembut kembali diumbar."Oh ...." Datar Aisha yang segera mendudukan dirinya. Setelah ini tidak sedikit pun dia memandang Evan. Namun, Evan berkata sangat lembut, "Aku baru saja membuatkan bubur untukmu dan bayi kita." Aisha segera melirik pada bubur yang dimaksud Evan, kemudian mengajukan pertanyaan dengan raut wajah heran, "Kamu yang membuat ini?" Evan mengangguk kecil, kemudian menurunkan tatapannya sesaat lalu berkata seiring memasang tatapan sendu. "Aku belum pernah membuatkan apapun untukmu, terutama untuk anak kita. Walaupu

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-16
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 90

    “Sayang, makanlah.” Untuk ke sekian kalinya Evan menawarkan bubur hasil buatannya sendiri.Aisha terpaku sesaat mentap semangkuk bubur yang berhasil menggugah seleranya, tetapi dia masih menolak, “Aku belum lapar. Aku akan makan buah-buahan.” Buah apel utuh segera diraih padahal di atas meja makan sudah tersedia buah apel yang sudah dikupas.Evan tidak menunjukan emosi, tetapi hanya senyuman hangat. “Makanlah buahnya.” Kini, Evan berhenti menawarkan bubur pada Aisha, tetapi berpesan pada bibi untuk mengganti bubur yang baru saat Aisha menginginkannya karena dia membuat satu panci bubur.‘Tenanglah, jangan mengacau!’ omelan Aisha pada bayinya yang masih menginginkan bubur yang berada di hadapannya. Buah apel utuh mulai digigit dengan gigitan kecil, tetapi Evan segera meraih buah yang baru lalu mengirisnya di hadapan Aisha.“Jangan memakan buah apel dengan cara seperti itu, makan yang ini saja.” Senyuman teduh Evan tampak sangat ramah dan dipenuhi kasih sayang, tetapi tidak mungkin Aish

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-17
  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 91

    Rina merasa harus menjelaskan tentang keluarga Ansel karena di matanya keluarga Ansel adalah contoh baik dan patut mendapatkan pujian juga patut menjadi gambaran positif untuk calon penyewanya. Ibu jarinya mengarah pada kediaman Ansel. "Ini rumah keluarga nak Ansel dan nak Alea, mereka sudah memiliki seorang bayi. Kalau ada perlu apa-apa jika memang malas ke rumah ibu, nak Deon biasa mengunjungi nak Ansel dan nak Alea, keduanya sangat ramah," tutur Rina dengan sikap ramah serta raut wajah memuji-muji kedua orang yang berada dalam ceritanya. "Iya. Eu ..., tapi sebenarnya saya sedang mencarikan kontrakan untuk saudara saya karena kebetulan dia mendapatkan pekerjaan di dekat daerah sini," kekeh kecil Deon. "Kalau begitu, Nak Deon jelaskan saja yang baru saja ibu jelaskan pada saudaranya Nak Deon. Intinya lingkungan di sini sangat nyaman karena salah satu alasannya para tetangganya yang baik hati," kekeh merdu Rina kala sedikit berdusta karena hanya beberapa saja dari banyaknya warga ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-18

Bab terbaru

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 96. End

    Hari berganti, Ansel masih belum kembali dan saat ini Alea mulai menangis tersedu, tetapi untungnya Rina tetap di sisinya dan wanita ini juga yang membantu menenangkan ibu satu anak ini. Namun, kebaikan Rina tidak membuat Ansel kembali. Lelaki itu menghilang hingga satu minggu lamanya. Setiap hari Alea dan Aisha mencoba mencari tanpa melibatkan polisi karena mereka yakin hilangnya Ansel karena perbuatan Evan. Namun, hingga saat ini Aisha tidak menemukan bukti kecurigaannya. Tidak mudah untuk Alea menjalani kehidupannya selama satu minggu ini, Ocean sering menangis dan Alea tidak bisa fokus pada apapun. Jika saya Rina tidak di sisinya mungkin saat ini Alea sudah mendekati kehancurannya. Hari ini, Rina tidak tahan melihat Alea menderita. Maka, dia menghubungi Reza untuk mencari tahu keberadaan Ansel. Wanita ini yakin Reza bisa membantu karena Alea sudah melarangnya melaporkan hilangnya Ansel pada polisi. Sementara, saat ini Ansel disekap oleh Evan. Ya, pelakunya memang Evan. Sudah s

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 95

    Ansel menemui hari sialnya lagi karena akibat tindakannya dia disandera oleh Evan tanpa sepengetahuan Alea maupun Aisha. Jadi seakan-seakan Ansel menghilang tanpa jejak. Pada pagi ini Alea menunggu suaminya pulang, tapi hingga pukul sembilan dia tidak mendapatkan kabar apa pun. Alea menemui Rina untuk meminta bantuan menghubungi Ansel, tetapi nomor suaminya tidak aktif. "Ansel kemana dan kenapa nomornya tidak aktif, apa menemui Aisha?" Alea khawatir, hanya saja dia tidak ingin memikirkan hal aneh.Alea kembali ke rumahnya, di pangkuannya Ocean merengek padahal anaknya sudah diberikan susu. "Kenapa sayang ...." Lembutnya saat membelai pipi Ocean.Alea tetap melakukan kegiatan seperti biasanya, tetapi Ansel masih belum kembali bahkan ketika matahari sudah berada di puncak langit. Rengekan Ocean hanya berhenti sesaat, sejak pagi-pagi bayi itu terus merengek dan tidak pernah tidur nyenyak. "Nak, kenapa ..., jangan seperti ini ..., papa belum pulang dan tidak bisa dihubungi, mama khawatir

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 94

    Ansel tertangkap sebelum pria ini menemukan hal penting, maka bawahan yang ditugaskan Evan membawanya secara halus ke hadapan Evan supaya kedok tuannya tidak terbongkar di hadapan para karyawan.Saat ini Evan bertepuk tangan di hadapan Ansel yang berdiri geram. "Kakak ipar, kau memang hebat, kau bisa menebak keberadaan surat-surat penting milikku. Tapi ... aku yakin kau belum menemukan apapun karena tidak semudah itu. Aku sudah menyimpannya sangat rapat dan sulit dijangkau." Sunggingan bibir Evan mengudara sangat menyebalkan di dalam indera penglihatan Ansel. Saat ini Ansel tidak berkata apapun, arah matanya hanya selalu mengikuti gerakan Evan tanpa pernah berkedip sama sekali, bahkan bola matanya hanya berisi api yang siap membakar Evav."Jangan marah. Santai saja. Kakak ipar tidak boleh terlalu tegang karena memiliki anak dan istri yang harus dicukupi. Hm ... apakah rumah sekecil itu tidak membuat kalian pengap heuh? Rasanya untuk bernapas saja terlalu sulit," hina Evan bersama sun

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 93

    Jumlah kunci yang dimiliki satpam tidak sama dengan sebelum Ansel meninggalkan gedung ini, maka pria ini semakin yakin jika surat-surat penting milik Adithia disimpan di dalam salah satu ruangan di gedung ini. Setelah mencari tahu akhirnya Ansel menemukan satu ruangan yang tidak memiliki kunci. Dia berdiri tepat di depan pintu, ruangan ini memang terisolasi karena pernah terjadi hal tidak diinginkan. Ruangan ini tidak pernah disukai para karyawan karen lokasinya terlalu tinggi hingga mereka mengeluhkan jarak dengan lobby utama. "Ck, apa dugaanku benar. Kau menyimpan semua surat penting milik papa di tempat ini, tempat yang dibenci semua orang? Ya, memang masuk akal jika kau menyimpannya di sini karena tidak ada yang berniat memasuki ruangan ini!" Ansel selalu berhasil membaca isi kepala Evan yang dipenuhi dengan hal-hal licik. Begitupun dengan yang ini, ini mudah untuknya. Namun, apakah dugaannya benar?Ansel tidak memiliki kunci untuk ruangan ini karena salah satu kunci yang berkura

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 92

    Alea berwajah sendu ketika kembali masuk ke dalam rumah hingga menimbulkan pertanyaan besar dari Ansel sekalian merangkul istrinya, "Sayang, ada apa hm ...." Usapan lembutnya segera membelai punggung Alea.Alea tersedu di dalam pelukan Ansel, tetapi segera mengadukan isi hatinya, "Aku mengingat cerita ibu panti tentang asal-usulku karena tadi bu Rina bercerita tentang anaknya yang hilang."Rangkulan Ansel semakin dalam setelah mendengar kalimat sendu istrinya. "Tidak apa, itu hanya kebetulan ...." Usapan lembut di punggung Alea tidak berhenti bahkan semakin sering membelai penuh kasih sayang, tidak lupa mengecup puncak kepala sang istri. Setelah berhasil menenangkan diri, Alea melepaskan diri dari pelukan Ansel, kemudian segera membahas Deon. "Bukan teman kamu yang akan menyewa rumah, tapi saudaranya." Tatapannya masih berkaca, tetapi Alea berusaha menyampaikannya dengan benar hingga membuat Ansel mengusap salah satu pipi istrinya bersama senyuman hangat penuh cinta."Aku sudah mende

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 91

    Rina merasa harus menjelaskan tentang keluarga Ansel karena di matanya keluarga Ansel adalah contoh baik dan patut mendapatkan pujian juga patut menjadi gambaran positif untuk calon penyewanya. Ibu jarinya mengarah pada kediaman Ansel. "Ini rumah keluarga nak Ansel dan nak Alea, mereka sudah memiliki seorang bayi. Kalau ada perlu apa-apa jika memang malas ke rumah ibu, nak Deon biasa mengunjungi nak Ansel dan nak Alea, keduanya sangat ramah," tutur Rina dengan sikap ramah serta raut wajah memuji-muji kedua orang yang berada dalam ceritanya. "Iya. Eu ..., tapi sebenarnya saya sedang mencarikan kontrakan untuk saudara saya karena kebetulan dia mendapatkan pekerjaan di dekat daerah sini," kekeh kecil Deon. "Kalau begitu, Nak Deon jelaskan saja yang baru saja ibu jelaskan pada saudaranya Nak Deon. Intinya lingkungan di sini sangat nyaman karena salah satu alasannya para tetangganya yang baik hati," kekeh merdu Rina kala sedikit berdusta karena hanya beberapa saja dari banyaknya warga ya

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 90

    “Sayang, makanlah.” Untuk ke sekian kalinya Evan menawarkan bubur hasil buatannya sendiri.Aisha terpaku sesaat mentap semangkuk bubur yang berhasil menggugah seleranya, tetapi dia masih menolak, “Aku belum lapar. Aku akan makan buah-buahan.” Buah apel utuh segera diraih padahal di atas meja makan sudah tersedia buah apel yang sudah dikupas.Evan tidak menunjukan emosi, tetapi hanya senyuman hangat. “Makanlah buahnya.” Kini, Evan berhenti menawarkan bubur pada Aisha, tetapi berpesan pada bibi untuk mengganti bubur yang baru saat Aisha menginginkannya karena dia membuat satu panci bubur.‘Tenanglah, jangan mengacau!’ omelan Aisha pada bayinya yang masih menginginkan bubur yang berada di hadapannya. Buah apel utuh mulai digigit dengan gigitan kecil, tetapi Evan segera meraih buah yang baru lalu mengirisnya di hadapan Aisha.“Jangan memakan buah apel dengan cara seperti itu, makan yang ini saja.” Senyuman teduh Evan tampak sangat ramah dan dipenuhi kasih sayang, tetapi tidak mungkin Aish

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 89

    Pada pagi hari, Evan menyiapkan sebuah bubur yang sengaja dibawanya pada Aisha. "Selamat pagi, Sayang." Senyuman lembut diumbar saat istrinya baru saja membuka mata. Tentu saja dahi wanita ini berkerut saat menyaksikan pemandangan asing di hadapannya karena tidak biasanya Evan mengucapkan sapaan. "Ada apa. Apa kamu sudah di sana sejak tadi?" tanya Aisha alih-alih membalas sapaan hangat Evan."Lumayan. Aku menunggu kamu, kamu tidur sangat lelap." Senyuman lembut kembali diumbar."Oh ...." Datar Aisha yang segera mendudukan dirinya. Setelah ini tidak sedikit pun dia memandang Evan. Namun, Evan berkata sangat lembut, "Aku baru saja membuatkan bubur untukmu dan bayi kita." Aisha segera melirik pada bubur yang dimaksud Evan, kemudian mengajukan pertanyaan dengan raut wajah heran, "Kamu yang membuat ini?" Evan mengangguk kecil, kemudian menurunkan tatapannya sesaat lalu berkata seiring memasang tatapan sendu. "Aku belum pernah membuatkan apapun untukmu, terutama untuk anak kita. Walaupu

  • Pewaris Sesungguhnya Itu....   Bab 88

    Evan baru saja menyadari jika Aisha membiarkan menunya. "Sayang. kenapa belum makan. Ingin aku suapi?" tawaran lembut dan penuh perhatian ini sudah sewajarnya dilakukan oleh seorang suami, tetapi tentu saja yang dilakukannya hanya berbasa-basi."Aku belum lapar." Dingin dan datar Aisha. Dahi Evan segera berkerut heran, "Tidak mungkin belum lapar. Ada bayi di perutmu, yang aku tahu seorang wanita hamil akan mudah merasa lapar." Pun, sikapnya yang ini adalah sikap wajar seorang suami, tetapi maksud kalimatnya hanya ingin memastikan jika Aisha memberikan makan bayi dalam kandungannya supaya tumbuh dan berkembang normal. Evan tidak ingin mengambil resiko bayinya keguguran apalagi terlahir cacat, itu memalukan."Aku sudah banyak memakan camilan. Aku akan makan makanan berat setelah merasa lapar." Lagi, sikap Aisha sangat dingin dan datar maka wanita ini tidak mencitrakan seorang istri sama sekali yang mungkin akan menimbulkan kesalahpahaman pada orang yang tidak mengetahui kisah keduanya.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status