Home / CEO / SEKRETARIS CUPU KESAYANGAN CEO TAMPAN / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of SEKRETARIS CUPU KESAYANGAN CEO TAMPAN : Chapter 31 - Chapter 40

116 Chapters

REMAJA YANG BERSEMANGAT

Septa sibuk berpikir sembari mengamati remaja laki-laki di dekatnya. Tampaknya seorang anak yang lugu dan pekerja keras karena di dalam kaleng telah terkumpul banyak recehan koin dan beberapa lembar uang kertas.“Namamu siapa, Dek?”“Galang, Kak.”“Baik, Galang. Nanti ikut Kakak ke rumah sakit dan di sana, kamu nyanyi di depan bos Kakak. Tiap satu lagu harganya 100 ribu. Setuju?”“Setuju, Kak. Alhamdulillah,” ucap Galang sembari mengusap raut wajah. Tampak kedua matanya berbinar-binar.Septa melihat tak ada kenakalan yang terpancar dari sorot wajah remaja usia belasan di sampingnya. Wanita muda ini berpikir ada sesuatu yang membuat Galang terpaksa melakukan hal ceroboh kemarin. Dari raut wajah, ia tampak seorang anak yang cerdas.“Kamu gak sekolah?” tanya Septa berusaha mengorek keterangan sedikit agar sang remaja tak curiga.“Berhenti sementara, Kak.”“Loh, kenapa?”“Cari duit dulu buat pengobatan Bapak.”“Sakit?”“Jatuh dari atap saat kerja.”“Kecelakaan?”Remaja ini pun mengangguk
last updateLast Updated : 2024-01-16
Read more

HARUS SEGERA MENIKAH

"Udah, gak papa! Bapak cuma terbentur dikit. Kamu mau kerja dengan Bapak, kan?”Galang duduk kembali sembari mengusap mata dengan ujung kaus.“Siap, Pak! Saya akan kerja sebaik mungkin.”Arga dan Septa tertawa terbahak-bahak melihat tingkah laku remaja tanggung tersebut. Sampai waktunya Galang harus pulang.Remaja belasan tahun ini berpamitan kepada calon kedua majikan barunya. Arga segera merogoh dompet di laci lalu ia mengambil lima lembar uang merah.“Ini bayaran kamu menyanyi tadi,” ucap Arga seraya mengulurkan uang tersebut.“Banyak banget. Saya hanya menyanyi tiga lagu, Pak,”ucap Galang mengembalikan dua lembar uang.“Itu bonus karena kamu telah bernyanyi dengan baik.”“Terima kasih banyak, Pak,”balas remaja tersebut sembari mencium tangan Arga.Septa mengeluarkan sebuah amplop cokelat dari dalam tas lalumengurai genggaman Galang. Tangan remaja yang masih syok telah diperlakukan istimewa ini ditengadahkan oleh Septa lalu ditaruhlah amplop cokelat di atasnya.“Ini bantuan dari ka
last updateLast Updated : 2024-01-16
Read more

ADA APA DENGAN MEREKA?

“Sayang, semoga ini awal yang baik buat rumah tangga kalian, ya. Anggap halangan ini sebagai pemicu bagi kalian untuk menapaki masa depan yang lebih baik,” ucap Mama Rita sembari bangkit lalu mengusap kepala Septa dan Arga.Dion tersenyum ke arah pasangan di depannya.“Abang akan berusaha membantu pernikahan kalian berjalan dengan baik. Persoalan ini harus kalian hadapi dengan hati yang jernih tanpa emosi,” kata Dion dengan hati-hati.“Sebenarnya ada apa, sih?”tanya Septa seraya menoleh ke arah Arga dan ditanggapi dengan gelengan kepala.Mama Rita menatap pasangan calon pengantin dengan senyum keibuan. Kemudian, wanita paruh baya yang masih terlihat awet muda dan cantik ini menarik napas lalu mengembuskan perlahan.“Semalam, kami kedatangan tamu istimewa, Mama Sarah. Beliau menganggap kalian kumpul kebo dan jika terbukti benar, akan melaporkan ke pihak berwajib serta menarik semua saham papa Nak Arga,” ucap Mama Rita pelan agar bisa didengar oleh Arga dengan jelas.“Dan, seharian aku
last updateLast Updated : 2024-01-17
Read more

AMBISI MAMA SARAH

“Aneh, Non.”Tak seberapa lama, tampak serombongan warga dari arah kanan. Mereka melihat keberadaan Septa dan Pak Sopir seketika berhenti.“Galang dan ibunya ada di kantor polisi,” jelas salah satu pria di antara mereka.“Emang kenapa mereka, Pak?” tanya Septa cemas. Sebuah kecurigaan langsung timbul dalam pikirannya."Dituduh mencuri uang milik majikannya," sahut warga yang lain. Septa yang mendengar penjelasan warga, seketika teringat akan amplop berisi uang yang dia berikan kepada Galang."Emang ketahuan pas curi uang?"tanya Septa ingin mencocokkan dugaannya."Ada warga sini yang kerja jadi satpam melihat langsung saat ibu Galang digeledah," jelas warga kembali."Kok Galang dibawa ke kantor polisi juga?" tanya Septa yang mulai bisa mengambil kesimpulan."Ibunya dibawa pulang lalu saat digeledah, di dalam gitar Galang ada amplop berisi uang banyak," ungkap warga tersebut bersemangat."Terima kasih atas informasinya. Assalammu'alaikum," ucap Septa berpamitan kepada para warga.Wanit
last updateLast Updated : 2024-01-17
Read more

JEBAKAN TAK MENJERAT

"Kita siap meeting, anakku," ucapnya setelah panggilan telah tersambung oleh si penerima."Baik, Ma. Aku udah ada di bawah dari tadi. Sekuriti sewaan telah hapus rekaman CCTV hari ini."Mama Sarah mengakhiri hubungan telepon lalu memasukkan ponsel ke tas. Wanita dengan pemerah bibir merah merona beranjak masuk lift dengan bersenandung lirih. Hari ini puncak pencapaian terbesarnya."Ah, pusing!"rintih Tuan Anthony.Ia memiringkan wajah dan tampak olehnya seorang wanita muda terbaring di samping. Tiba-tiba darah pria separuh baya ini bergejolak dan ia paham apa yang terjadi dengan tubuhnya. Ada gairah yang meletup-letup lalu berubah menjadi aliran listrik ke sekujur tubuh.Ini ada yang gak beres, batin Anthony lalu memukul pelan lengan wanita di sampingnya. "Nak, bangunlah!"Septa mengerjap-ngerjapkan mata sejenak. Begitu ia bisa melihat jelas penampakan seorang pria separuh baya dan mereka ada di ranjang sebuah kamar mewah."Siapa Anda? Saya di mana?"tanya Septa setengah berteriak lalu
last updateLast Updated : 2024-01-18
Read more

IBU SURI SELICIK BANDIT

Septa berusaha duduk lalu dibantu oleh Arga. Wanita muda ini tersenyum ke arah kekasihnya. "Bertemu dengan Tuan Anthony dalam keadaan yang konyol.""Papa mungkin belum tahu kalo kamu itu calon istriku."Tiba-tiba dari arah depan ruangan terdengar dua orang wanita berbicara. "Gila, ya. Masak kita disuruh buat keterangan palsu.""Ya, betul-betul gila. Meski dibayar mahal. Aku gak mau."Dua orang suster masuk ruangan dan seketika kaget. "Tuan Arga?"Arga melihat kedua perawat dengan pandangan bingung seperti biasanya. Retina mata hanya melihat pantulan warna putih tanpa bentuk wajah. Hal serupa pun dengan penampilan keduanya, hanya ada warna putih sampai ujung kaki. Arga hanya melihat ada dua benda bergerak maju dan suara wanita.Septa paham yang sedang dialami kekasihnya. "Sayang, mereka adalah perawat. "bisik Septa untuk menenangkan Arga."Baik. Aku gak ingin ada suruhan ibu peri mencelakai kamu lagi," balas Arga tanpa melepas pandangan dari wajah Septa."Selamat sore, Tuan Arga, Nona
last updateLast Updated : 2024-01-18
Read more

DATA KEJAHATAN

"Lu punya gaji gede.""Gaji gue habis buat bayar utang Papa. Sedikit telat, debt collector datang ke kontrakan.""Gue paham sekarang. Kenapa lu ambil kerjaan macam gini? Lu kaga takut Tuan Anthony tahu hubungan kalian?""Kaga. Selama ini Tuan Anthony hanya tahu kalo gue adik sepupu."Arga yang mendengar pembicaraan dua dokter tersebut langsung menggeram jengkel. Rupanya, selama ini ibu suri piara mokondo, batin Arga.Kedua pria berjas putih sedang mencuci tangan di westafel. Meskipun, Arga tidak bisa melihat wajah mereka. Namun, pria berambut gondrong ini tahu pasti nama pria piaraan Nyonya Sarah. Ia hanya perlu menunggu kedua pria pergi. Tak berapa lama, pria-pria tersebut beranjak meninggalkan toilet.Hati Arga pun lega. Ia telah berhasil merekam pembicaraan kedua pria. Keinginannya untuk merekam video tidak kesampaian karena jarak mereka yang terlampau dekat. Arga khawatir ketahuan mereka. Kini, pria ini berjalan keluar toilet dan saat dirinya baru beberapa langkah ada seorang pria
last updateLast Updated : 2024-01-20
Read more

KEPANIKAN MELANDA

“Berarti aku yang mual karena itu?”“Iya. Bibik telah dikelabui. Bilang itu jamu titipan dari mama kamu.”“Oh, my God! Bibik sudah tahu ini?”tanya Septa dengan raut wajah khawatir.“Jangan sampe Bibik tahu. Kasian dia. Bisa merasa bersalah dengan kejadian ini. Biar kasus ini langsung diselesaikan pihak berwajib. Kita akan penjarakan semua yang terlibat. Oh, ya. Kita harus segera membebaskan Galang dan ibunya dari segala tuduhan. Kasian, mereka jadi korban keserakahan wanita licik itu.”Tiba-tiba pintu ada yang mengetuk dari luar. “Selamat sore, Nona Septa.”Terdengar suara dokter Sebastian dan Arga segera bangkit lalu berjalan menghampiri pintu. Saat pintu dibuka.“Selamat sore, Dokter. Kami menunggu Anda,”sapa Arga sembari mengulurkan tangan. Pria berjas putih tersebut tersenyum menerima uluran tangan Arga.“Selamat sore, Tuan Arga. Apakah hasil laboratorium telah diambil?”“Baru saja, Dokter. Silakan.” Arga lalu mengiringi langkah pria berjas putih tersebut ke arah sofa. Arga menuju
last updateLast Updated : 2024-01-20
Read more

SEPTA YANG JENUH

“Perut aku masih sedikit mual. Aku belum bisa duduk sempurna. Katanya besok acaranya, ya. Kenapa mendadak sekarang?”tanya Septa keheranan. Arga segera mendatangi kedua wanita lalu berkata kepada Bibik. ”Sejam lagi katering datang. Nanti tolong Bibik hitung jumlahnya. Ada Bang Dion yang bantuin di sana.”Bibik buru-buru menghentikan pijatan lalu bersiap-siap pergi. “Saya pamit pulang dulu, Non, Tuan.”“Pak Sopir sudah menunggu di tempat parkir,” ucap Arga. Bibik pun menganggukkan kepala lalu keluar dari ruangan.“My heart! Kenapa dadakan gini?”tanya Septa dengan wajah jengkel. Pertanyaannya telah diabadikan oleh Arga. Bahkan kini, pria tersebut mulai sibuk menghubungi beberapa nomor kontak. Ia sibuk hingga tidak menghiraukan Septa.Wanita ini telah jenuh dengan semuanya. Ia benar-benar muak dengan permainan licik manusia sekitar Arga. Septa ingin hidup dengan nyaman seperti sebelum mengenal pria tersebut.“Makan semua rencana kamu! Aku sudah terlampau capek,” ucap Septa kepada Arga yan
last updateLast Updated : 2024-01-21
Read more

MENGINAP DI RUANG DARURAT

“Maaf, tolong berhenti sebentar!” Septa mendengar suara Arga. Ia mengambil napas sesaat lalu mempercepat langkah. Rupanya, Arga mengikutinya. Hati Septa deg-degan dan ia harus segera dapat cara untuk menghindari ngobrol dengan Arga.Wanita ini melihat ada kerumunan orang sedang antre di depan pedagang kaki lima. Septa pun ikut membaur untuk menghindari Arga. Setelah Septa tidak melihat keberadaan Arga. Ia gegas berlari menuju pinggir jalan untuk mencari taksi. Ia akan mencari tempat indekos.“Nona Septa, mau ke mana?” Seorang pria menyapanya dari balik kemudi. Septa langsung menoleh ke arah penyapa dan langsung tersenyum ramah kepadanya.“Dokter Sebastian,” ucap Septa kikuk dan ia harus segera bisa menguasai keadaan. “Saya ada pulang ke rumah Mama.”“Tuan Arga ke mana?” Septa harus segera bisa membungkam rasa penasaran dokter kepercayaan Arga tersebut. “Sedang ada keperluan sedikit di dalam. Kebetulan saya dijemput Abang. Sebentar lagi juga datang.”“Hubungi saja abangnya. Biar saya a
last updateLast Updated : 2024-01-22
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status