Tangan Arkan terus memegangi pipinya yang terasa ngilu saat kepala Naura dengan teganya mengenai wajahnya. "Sakit, lirih Arkan sembari mencebikkan bibirnya. Susut mata Naura terus menatap ke arah Arkan, ia sama sekali tak ingin membantu meski hal itu terjadi karena ulahnya. "Siapa suruh mau menciumku," ucap Naura mendengus kesal. "Hei, siapa yang mau menciummu. Aku hanya ingin mendekatkan wajahku karena mau berbisik," kilahnya. "Untuk apa berbisik, toh enggak ada orang di siniselan kita berdua. Tenda orang jah juga jaraknya jauh, mustahil mereka mendengar percakapan kita." Arkan menghela napasnya berat, ia tidak tahu lagi harus berkata apa agar Naura mengerti dengan tujuannya. "Lala ke mana lagi, beli bir satu jam enggak balik-balik!" kesal Naura dengan nada tinggi. Terdengar sambungan telepon yang tak juga di angkat. Naura kembali menghubungi Lala dan juga Rendy."Om telepon Rendy, di mana mereka sekarang?""Percuma, ponsel Rendy enggak aktif. Aku yakin mereka sengaja meningga
Baca selengkapnya