Home / Romansa / Halalkan Aku Saat Hilal / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Halalkan Aku Saat Hilal: Chapter 61 - Chapter 70

77 Chapters

Chapt 61

Keadaan Ruang VIP lima terdengar gaduh, seorang pasien wanita menangis histeris ketika mendengar kabar duka mengenai pria yang mengalami hal naas bersamanya. Pasangan paruh baya yang merupakan kedua orang tua wanita itu hanya pasrah ketika melihat keadaan putri bungsunya. Ia benar - benar tidak menyangka jika sang putri akan mengalami hal ini. "Sus, keadaan mental putri saya sepertinya sedang tidak baik - baik saja. Apa harus ditangani oleh Psikiater?""Hanya Dokter yang bisa memutuskan Pak, saya tidak memiliki wewenang untuk mendiagnosa putri Bapak dan Ibu." "Baik, nanti akan saya tanyakan langsung dengan Dokter yang menangani. Terima kasih Sus.""Sama - sama, saya permisi.""Ma, Pa gimana keadaan Kirana?""Sudah mulai tenang karena efek obat dari Perawat. Infus sempat lepas karena Kiran terus menerus histeris.""Astaghfirullah.. Apa jadi Papa ketemu Keluarga Gema?" Vinta - Putri sulung kedua paruh baya itu
Read more

Chapt 62

Acara tujuh hari Gema dilaksanakan dengan khidmat, Keluarga besar mengadakan khataman di Kediaman Rofiq. Suasana pun cukup kondusif, terlebih keadaan Haniah - sang Ibu sudah tidak lagi meratapi kesedihan meski wajah sembab masih tergambar jelas.Burhan, Istri dan Putra Putri beserta menantu tengah berada didalam kediaman itu. Keadaan Mazaya sudah jauh lebih membaik, meski pikirannya diliputi oleh beberapa pertanyaan mengenai kejadian yang menimpa Gema. Pasalnya hingga saat ini pun ia belum mendengar kronologi kecelakaan yang membuat calon suaminya merenggang nyawa."Karena kedua pihak Keluarga kita sudah berkumpul, izinkan saya mengatakan sepatah dua kata untuk mewakili Gema." Rofiq membuka obrolan ketika kedua belah pihak Keluarga berkumpul disuatu Ruangan.Mazaya meremas jemari ditangannya, entah perasaan apa ini. Yang pasti jantungnya berdegup kencang, dan seolah akan ada sesuatu yang menyakitkan. Bukan satu atau dua kali ia mendapati suasana seperti in
Read more

Chapt 63

"Assalamu'alaikum. Permisi." Mazaya ditemani Zafir tengah berada diambang pintu Ruang VIP lima Rumah Sakit Bhakti Wiyata."Wa'alaikum salam. Mencari siapa?" Seorang wanita muda membuka pintu untuk mereka."Perkenalkan saya Mazaya dan ini Kakak saya Zafir. Apa kami bisa bertemu dengan Kirana?""Ah ya bisa, kebetulan kondisi Kakak saya sudah stabil. Ah ya saya Vinta Kakak Kiran." Vinta menyodorkan tangannya kepada Mazaya dan wanita itu menerima tangan Vinta dengan lembut, namun tidak dengan Zafir karena ia tidak akan pernah menyentuh wanita yang bukan mahramnya."Silahkan masuk." Vinta mempersilahkan."Pa.. Ma ada teman Kiran.""Teman aku? Siapa Kak Vin?" Kirana masih belum diperkenankan untuk membuka matanya karena luka dikedua kelopak matanya belum mengering."Mazaya sama Zafir." Jawabnya."Mazaya? Zafir? Aku gak ada kenal sama mereka Kak." Mendengar hal itu sontak kedua oranh tua Vinta dan Kirana bera
Read more

Chapt 64

"Oh ya, ada hal penting apa yang buat Bapak dan Ibu datang kesini?""Jadi begini, Ibu mertua saya di Hangzhou mulai sakit - sakitan. Beliau meminta Istri saya untuk pulang kesana, yah seperti yang kamu tau kalau saya sendiri disini sudah tidak ada Orang tua. Jadi saya memutuskan untuk pindah ke Hangzhou.""Lalu bagaimana dengan pekerjaan Bapak disini?""Itu yang buat saya datang kesini menemui kamu secara pribadi. Pekerjaan saya dialihkan di Kantor Beijing, dan posisi saya sementara kosong. Jadi pada saat rapat direksi nanti, saya ingin mengajukan kamu sebagai kandidat. Tapi --""Ada apa Pak?""Ada pelatihan Directorship program di Beijing selama satu tahun.""Ehem.. Kenapa Bapak memilih saya sebagai kandidat?""Karena kamu mampu menggantikan saya.""Kenapa Bapak yakin dengan hal itu?""Saya tau kinerja kamu selama ini, terlebih kamu manajer terbaik di Perusahaan itu.""Saya ulangi kembali Pak
Read more

Chapt 65

Satu bulan kemudian"Hati - hati dijalan Nduk. Jangan lupa ibadahnya, kalau ada apa - apa disana langsung hubungi Ayah Bunda atau Kakak kamu." Farida memeluk Putri bungsunya.Saat ini Keluarga Burhan termasuk Zafir dan Istri tengah berada di Bandara untuk mengantar kepergian Mazaya ke China. Setelah melakukan perdebatan alot dengan batin dan pikirannya, ia telah mendapatkan jawaban tentang tawaran menjadi Direktur di Perusahaan tempat ia bernaung. Terlebih pihak Direksi setuju dengan kandidat yang diajukan oleh Irawan. Tentu saja mereka menyetujui hal itu, pasalnya Mazaya merupakan kandidat terkuat diantara yang lainnya. Dari awal ia bekerja di Perusahaan itu, prestasinya dalam memilih sumber daya manusia tidak diremehkan lagi. Setiap tahun berturut - turut ia selalu saja menjadi karyawan terbaik di perusahaan besar itu."Hati - hati dijalan Bu Bos, jangan lupakan kami." Satu persatu tim nya kecuali Rendy memeluk Mazaya."Jangan bandel,
Read more

Chapt 66

Setelah meninggalnya Ratih, Keluarga Mufid sudah jarang sekali untuk berkumpul. Daffa menyibukkan diri, sedangkan Mufid memilih untuk tidak membahas mengenai perjodohan kembali. Rasa - rasanya ia telah bersalah melakukan hal itu dan didukung oleh sang Pencipta yang tidak berkehendak seperti yang ia inginkan."Daf Umi denger dari Ibu - Ibu pengajian anaknya Mbak Farida ke China ya?" Maryam menghampiri putra sulungnya sembari membawa nampan berisikan minuman hangat."Iya Mi." Kata Daffa sembari menyesap minuman yang tersaji diatas meja."Memangnya siapa Mi yang berangkat ke China?" Tanya Mufid."Itu loh Mazaya.""Ada urusan apa disana? Jadi TKW apa gimana?""Hus ngawur Abi ini kalo ngomong, lulusan S2 Psikolog kok jadi TKW. Isunya diangkat jadi Direktur, di Cabang China dia melakukan pelatihan gitu loh.""Oh begitu, kok Umi bisa tau banget sih sama berita ini.""Sebenernya Ibu - ibu pengajian cuma taunya Mazaya ke
Read more

Chapt 67

Jakarta Dua minggu kemudian"Ada dua puluh tim medis yang akan kami kirim kesana. Terutama Psikiater, Ortopedi, Penyakit dalam, dan Dokter Bedah. Selama disana kami sudah mempersiapkan Apartement untuk para Dokter dan tim medis lainnya.""Ada yang mau ditanyakan?""Tidak." Jawab mereka serempak."Persiapkan diri kalian, untuk berangkat tidak diharuskan bersamaan. Yang pasti ditanggal dan hari yang telah ditetapkan, kalian sudah siap bekerja. Terima kasih."Setelah para profesor meninggalkan tempat itu, Dokter yang berada di Ruangan tersebut tidak langsung keluar Aula."Yah gak bisa liat Dokter Daffa buat cuci mata deh." Celetuk salah satu perawat yang mendapat balasan senyum manis dari Daffa."Masih ada Dokter Marcell, tenang aja." Kata yang lain."Tapi gak seramah Dokter Daffa." Balasnya dengan bibir mengerucut."Dokter Daffa sudah siap? Mau berangkat kapan?""In shaa Allah dua hari
Read more

Chapt 68

Empat jam perjalanan ditempuh dari Beijing ke Guangzhou melalui perjalanan udara. Waktu masih menunjukkan pukul sepuluh pagi, Mazaya mampir ke Pusat perbelanjaan di Kota tersebut untuk membeli buah tangan dan kado untuk Kung Kung dan langsung melanjutkan perjalanan ke Kediaman Keluarga besar Yunita."Assalamu'alaikum." Mazaya masuk kedalam Rumah dan disambut hangat oleh Keluarga itu.Mayoritas Keluarga Yunita adalah seorang muslim, jadi Mazaya tidak canggung lagi jika melakukan ibadah bersama mereka atau sekedar mengucap salam karena itu kebiasaannya."Wa'alaikum salam." Mereka menjawab kompak dan terpana saat menatap seorang pria yang berdiri dibelakang Mazaya. "Ah ini --" Mazaya melirik kearah Daffa."Wah, selamat datang di Rumah keluarga besar Istri saya Dokter Daffa." Potong Riawan saat Mazaya bingung untuk menjelaskan, ia segera menghampiri Daffa dan berjabat tangan dengan pria muda itu."Jadi semakin rame nih ada Mazaya sa
Read more

Chapt 69

Setelah pulang bekerja dan kembali ke Apartement, Mazaya dikejutkan dengan keberadaan beberapa orang tengah mengobrol menggunakan bahasa. Bahkan saat berada di Elevator pun ia menjumpai sekelompok orang dengan koper dan ransel menuju lantai yang sama.Beberapa dari mereka terlihat menyapanya meski hanya menganggukkan kepala dan tersenyum ramah. Elevator pun berhenti dilantai unit miliknya, ia keluar dari benda kotak itu dan masuk ke dalam unit.Sedangkan sekelompok orang itu bertemu dengan seorang pria berbadan tegap dan berwajah tampan yang baru saja keluar unit."Dokter Daffa, saya tadi liat wanita berhijab cantik banget. Apa jangan - jangan orang Indonesia juga ya? Atau orang Malaysia?" Kata seorang pria yang berprofesi sebagai perawat dengan antusias."Sama kayak kita." Jawabnya singkat."Wah beneran? Tapi Dokter kok bisa tau?""Ini kunci kalian, masing - masing unit diisi tiga orang. Terserah siapa mau satu kamar sama siapa." Setelah memberikan kunci kepada rekan tim medis, Daffa
Read more

Chapt 70

"Beliau mengubah sudut pandangnya tentang kamu sekarang. Kamu percaya kalau kebaikan akan membawa keberkahan buat diri kita?""He em.. Kenapa emang?""Ada kebaikan yang kamu lakukan dan buat Abi mengubah sudut pandangnya tentang kamu.""Ih maksudnya gimana sih?""Zay, waktu kamu pulang umrah. Ada Bapak - Bapak yang kamu tolong.""Bapak - Bapak? Ah ya inget, Mas tau darimana?""Bapak - Bapak itu Abi saya Zay.""Pak Mufid?""Hmm.. Bahkan kamu ingat namanya.""Iya ingat. Aku tau suatu kebaikan akan membawa berkah, tapi dalam konteks pembahasan kita ini berkah yang kayak gimana?""Abi minta saya buat ngejar kamu, Abi gak nuntut saya lagi buat nikah sama orang - orang yang beliau jodohkan. Zay, saya serius sama kamu. Kamu mau melanjutkan hubungan kita yang sempat terhenti?""Tapi Mas --""Kamu bisa pikir - pikir dulu." Daffa berdiri hendak meninggalkan unit Mazaya, namun dengan cepat wanita muda itu menahan pergelangan tangan Daffa. Tatapan sendu wanita itu membuat Daffa mengurungkan niatn
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status