Satu bulan kemudian
"Hati - hati dijalan Nduk. Jangan lupa ibadahnya, kalau ada apa - apa disana langsung hubungi Ayah Bunda atau Kakak kamu." Farida memeluk Putri bungsunya.Saat ini Keluarga Burhan termasuk Zafir dan Istri tengah berada di Bandara untuk mengantar kepergian Mazaya ke China.Setelah melakukan perdebatan alot dengan batin dan pikirannya, ia telah mendapatkan jawaban tentang tawaran menjadi Direktur di Perusahaan tempat ia bernaung. Terlebih pihak Direksi setuju dengan kandidat yang diajukan oleh Irawan. Tentu saja mereka menyetujui hal itu, pasalnya Mazaya merupakan kandidat terkuat diantara yang lainnya. Dari awal ia bekerja di Perusahaan itu, prestasinya dalam memilih sumber daya manusia tidak diremehkan lagi. Setiap tahun berturut - turut ia selalu saja menjadi karyawan terbaik di perusahaan besar itu."Hati - hati dijalan Bu Bos, jangan lupakan kami." Satu persatu tim nya kecuali Rendy memeluk Mazaya."Jangan bandel,Setelah meninggalnya Ratih, Keluarga Mufid sudah jarang sekali untuk berkumpul. Daffa menyibukkan diri, sedangkan Mufid memilih untuk tidak membahas mengenai perjodohan kembali. Rasa - rasanya ia telah bersalah melakukan hal itu dan didukung oleh sang Pencipta yang tidak berkehendak seperti yang ia inginkan."Daf Umi denger dari Ibu - Ibu pengajian anaknya Mbak Farida ke China ya?" Maryam menghampiri putra sulungnya sembari membawa nampan berisikan minuman hangat."Iya Mi." Kata Daffa sembari menyesap minuman yang tersaji diatas meja."Memangnya siapa Mi yang berangkat ke China?" Tanya Mufid."Itu loh Mazaya.""Ada urusan apa disana? Jadi TKW apa gimana?""Hus ngawur Abi ini kalo ngomong, lulusan S2 Psikolog kok jadi TKW. Isunya diangkat jadi Direktur, di Cabang China dia melakukan pelatihan gitu loh.""Oh begitu, kok Umi bisa tau banget sih sama berita ini.""Sebenernya Ibu - ibu pengajian cuma taunya Mazaya ke
Jakarta Dua minggu kemudian"Ada dua puluh tim medis yang akan kami kirim kesana. Terutama Psikiater, Ortopedi, Penyakit dalam, dan Dokter Bedah. Selama disana kami sudah mempersiapkan Apartement untuk para Dokter dan tim medis lainnya.""Ada yang mau ditanyakan?""Tidak." Jawab mereka serempak."Persiapkan diri kalian, untuk berangkat tidak diharuskan bersamaan. Yang pasti ditanggal dan hari yang telah ditetapkan, kalian sudah siap bekerja. Terima kasih."Setelah para profesor meninggalkan tempat itu, Dokter yang berada di Ruangan tersebut tidak langsung keluar Aula."Yah gak bisa liat Dokter Daffa buat cuci mata deh." Celetuk salah satu perawat yang mendapat balasan senyum manis dari Daffa."Masih ada Dokter Marcell, tenang aja." Kata yang lain."Tapi gak seramah Dokter Daffa." Balasnya dengan bibir mengerucut."Dokter Daffa sudah siap? Mau berangkat kapan?""In shaa Allah dua hari
Empat jam perjalanan ditempuh dari Beijing ke Guangzhou melalui perjalanan udara. Waktu masih menunjukkan pukul sepuluh pagi, Mazaya mampir ke Pusat perbelanjaan di Kota tersebut untuk membeli buah tangan dan kado untuk Kung Kung dan langsung melanjutkan perjalanan ke Kediaman Keluarga besar Yunita."Assalamu'alaikum." Mazaya masuk kedalam Rumah dan disambut hangat oleh Keluarga itu.Mayoritas Keluarga Yunita adalah seorang muslim, jadi Mazaya tidak canggung lagi jika melakukan ibadah bersama mereka atau sekedar mengucap salam karena itu kebiasaannya."Wa'alaikum salam." Mereka menjawab kompak dan terpana saat menatap seorang pria yang berdiri dibelakang Mazaya. "Ah ini --" Mazaya melirik kearah Daffa."Wah, selamat datang di Rumah keluarga besar Istri saya Dokter Daffa." Potong Riawan saat Mazaya bingung untuk menjelaskan, ia segera menghampiri Daffa dan berjabat tangan dengan pria muda itu."Jadi semakin rame nih ada Mazaya sa
Setelah pulang bekerja dan kembali ke Apartement, Mazaya dikejutkan dengan keberadaan beberapa orang tengah mengobrol menggunakan bahasa. Bahkan saat berada di Elevator pun ia menjumpai sekelompok orang dengan koper dan ransel menuju lantai yang sama.Beberapa dari mereka terlihat menyapanya meski hanya menganggukkan kepala dan tersenyum ramah. Elevator pun berhenti dilantai unit miliknya, ia keluar dari benda kotak itu dan masuk ke dalam unit.Sedangkan sekelompok orang itu bertemu dengan seorang pria berbadan tegap dan berwajah tampan yang baru saja keluar unit."Dokter Daffa, saya tadi liat wanita berhijab cantik banget. Apa jangan - jangan orang Indonesia juga ya? Atau orang Malaysia?" Kata seorang pria yang berprofesi sebagai perawat dengan antusias."Sama kayak kita." Jawabnya singkat."Wah beneran? Tapi Dokter kok bisa tau?""Ini kunci kalian, masing - masing unit diisi tiga orang. Terserah siapa mau satu kamar sama siapa." Setelah memberikan kunci kepada rekan tim medis, Daffa
"Beliau mengubah sudut pandangnya tentang kamu sekarang. Kamu percaya kalau kebaikan akan membawa keberkahan buat diri kita?""He em.. Kenapa emang?""Ada kebaikan yang kamu lakukan dan buat Abi mengubah sudut pandangnya tentang kamu.""Ih maksudnya gimana sih?""Zay, waktu kamu pulang umrah. Ada Bapak - Bapak yang kamu tolong.""Bapak - Bapak? Ah ya inget, Mas tau darimana?""Bapak - Bapak itu Abi saya Zay.""Pak Mufid?""Hmm.. Bahkan kamu ingat namanya.""Iya ingat. Aku tau suatu kebaikan akan membawa berkah, tapi dalam konteks pembahasan kita ini berkah yang kayak gimana?""Abi minta saya buat ngejar kamu, Abi gak nuntut saya lagi buat nikah sama orang - orang yang beliau jodohkan. Zay, saya serius sama kamu. Kamu mau melanjutkan hubungan kita yang sempat terhenti?""Tapi Mas --""Kamu bisa pikir - pikir dulu." Daffa berdiri hendak meninggalkan unit Mazaya, namun dengan cepat wanita muda itu menahan pergelangan tangan Daffa. Tatapan sendu wanita itu membuat Daffa mengurungkan niatn
"Pak Burhan, Bu Farida. Saya Daffa Khafid Irsyad ingin meminta izin Bapak dan Ibu untuk meminang Mazaya Eiliya Syakib menjadi Istri dunia akhirat saya. Apa Bapak dan Ibu berkenan?" Daffa mengatakannya dengan bersungguh - sungguh, dan pastinya ia menatap kearah Mazaya dengan tatapan teduh.[Abi : Nak Daffa, jawabannya saya serahkan ke Mazaya. Tapi hanya satu permintaan saya ke Nak Daffa kalau Mazaya menerimanya. Tolong jaga dan bahagiakan dia seperti kami menjaganya selama ini.]"Baik Pak, In shaa Allah akan saya penuhi permintaan Bapak.""Mas aku belum jawab loh." Kata Mazaya."Jawabanmu apa Zay?""Bismillah.. Karena aku pernah nazar buat nerima seseorang yang ajak aku nikah, jadi aku gak akan nolak kamu kalau memang kamu sungguh - sungguh sama aku Mas. Aku harap memang kamu laki - laki yang sudah Allah tetapkan buat aku, anggap kedua orang tuaku seperti orang tuamu sendiri. Begitu juga sebaliknya, aku akan anggap Abi dan Umi sebagai kedua orang tuaku." Jawab Mazaya dengan kemantapan
Satu Bulan KemudianHingga lah dihari yang ditunggu - tunggu oleh Daffa dan Mazaya. Setelah kedua Keluarga menyelesaikan pemberkasan persyaratan pernikahan untuk putra putrinya, hari ini Daffa tengah berada di Ruang Keluarga Kediaman Burhan dengan dekorasi bunga segar minimalis dan Panggilan Video tergambar jelas pada proyektor. Mazaya tampak berada disuatu Rumah yang tak asing bagi Daffa, Ruang Keluarga penuh kehangatan dengan unsur China yang sangat kental. Wanita muda itu sekarang berada di Kediaman Ranggana Prasetyo dan Lin Jin Gouw - Ayah dan Ibu Yunita. Mazaya tampil cantik dan anggun dengan balutan kebaya berwarna putih dan make up tipis menghiasi wajah cantiknya. "Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Ananda Daffa Khafid Irsyad bin Efendi Mufid Mu'tashim dengan anak saya yang bernama Mazaya Eiliya Syakib dengan maskawinnya berupa Satu Unit Rumah, Emas Logam mulia seberat dua puluh gram, tunai." Burhan mengucapkan Ijab Kabul dengan suara bergetar
Bandar Udara Internasional Baiyun Guangzhou - TiongkokWaktu menunjukkan pukul sebelas malam, Daffa tengah berada di Bandara Guangzhou. Setelah pagi hari mengucap Ijab Qabul dihadapan Burhan, sore hari ia berangkat ke Negeri Tirai Bambu tanpa sepengetahuan Mazaya. Ia ingin memberi kejutan untuk sang Istri di Negara itu.Tiga puluh menit ia tempuh untuk sampai di Kediaman Ranggana dan Lin Jin Gouw. Tidak ada kemacetan di Kota ini, karena pemerintah memberikan beberapa pilihan transportasi umum untuk bepergian guna menekan kemacetan di Kota tersebut. Jadi hal itu membuat Daffa memilih menggunakan Taksi agar cepat sampai ditempat Mazaya berada.Sepasang paruh baya tengah menunggunya didepan Gerbang saat ia sampai di Kediaman itu. Senyuma hangat tercetak jelas pada bibir Yunita. "Selamat atas pernikahan kalian berdua." Itu lah kata sambutan yang lolos dari Yunita."Terima kasih Bu.""Jaga Mazaya seperti kamu menjaga dirimu sendiri."
Note untuk semua pembacaku : Hai semuanya, maaf banget ya uda ber bulan-bulan aku g update. Nenek tercinta aku meninggal dibulan Maret 2024 tepatnya beberapa hari sebelum puasa, disitu aku bener - bener down banget. Setelahnya aku repot banget karena Ade Ipar lahiran, fokus puasa juga, lebaran kedua orang tuaku pulang ke Jawa Timur. Jadinya selama orang tuaku di Jawa Timur, waktuku bener - bener buat mereka. Setelah lebaran aku sibuk urus ini itu buat pendaftaran sekola TK anak semata wayang aku dan disibukkan lagi sama lomba kontes fotogenic anak aku (Alhamdulillah masuk 5 besar, meskipun bakal sibuk sama Grand Final se Jawa Timur dan pekerjaan utamaku yg super duper sibuk banget tp In shaa Allah aku tetep usahakan mulai update bab baru.) do'ain ya semua, semoga kalian mengerti. **** Satu Minggu kemudian Kepulangan Mazaya dan kembali nya wanita itu di Kantor tempat ia bekerja disambut hangat oleh para Direksi dan Karyawan lainnya. Bahkan tak segan untuk melakukan syukuran kar
Daffa meletakkan ponselnya diatas nakas setelah ia memutuskan panggilan dari sang Ayah dan kembali berbaring disebelah Mazaya."Ada apa Mas?""Orang tua almarhumah datang kerumah.""Ngapain?" "Minta tolong Mas buat bantu usut kejanggalan peristiwa yang dialami Almarhumah.""Hah? Kok bisa?""Erika sepupu Almarhumah satu - satunya saksi di Tempat itu, setelah sekian lama mengalami trauma akhirnya dia bangkit dan membuka suara. Disitu lah Pak Zaenal ingin mengusut tuntas kejadian tersebut.""Hmmm.. Aku jadi ada ide."***Waktu masih menunjukkan pukul dua pagi, udara diluar sana tampak dingin meski berada dibilangan Ibu Kota. seorang pria berjalan sempoyongan bersama wanita berambut pendek, didepan pintu wanita itu menekan bel rumah dan tak lama seorang paruh baya membukakannya."Astaga Wibi." Begitu kata paruh baya itu saat mendapati Putra bungsunya dalam keadaan mabuk berat. Ia membantu memapah sang Putra dan mengalihkan pandangannya pada wanita muda didepannya."Terima kasih sudah men
Beberapa bulan kemudianBandar Udara Internasional Soekarno - HattaHiruk pikuk suasana Bandara di Sore hari membuat area kedatangan dari Luar Negeri tampak padat. Banyak wanita muda berkerumun didekat pintu keluar dan beberapa wartawan berada disana."Nduk.. Mazaya..." Seorang wanita paruh baya memecah belah kerumunan itu saat sang Putri terlihat batang hidungnya."Bunda." Serunya sembari berlari kecil dan memeluk sang Ibu."Jangan disini, ada yang lagi nunggu idola nya dateng tapi malah elo yang keluar." Kata Mafaza sembari memeluk saudara kembarnya.Ketiga wanita beda generasi itu menyingkir dari kerumunan dan memilih untuk menepi. Daffa tampak tersenyum saat mendapati wanita yang selama ini ia rindukan disetiap harinya.Mazaya menghampiri sang Suami, Ayah serta Kakak Iparnya dengan hati membuncah. Rasa rindu tak tertahankan kini tumpah ruah tak terbendung lagi."Seharusnya cium tangan suamimu dulu baru Ayah Nduk. Karena sekarang kamu sudah memiliki suami.""Lupa kalo udah punya su
Apartement Lee Garden"Hari ini IGD gila - gilaan ya?" Ungkap salah seorang wanita berprofesi sebagai perawat yang tengah bersama dua rekan wanita seprofesinya."Hhh bener banget, tadi juga ada Ibu Hamil yang diharuskan operasi darurat karena Kecelakaan itu.""Iya iya, untung Dokter Daffa gercep sampai Rumah Sakitnya.""Eh ngomong - ngomong, kalo bahas Dokter Daffa kenapa dia nikahnya buru - buru ya? Apa jangan - jangan si cewek itu hamil duluan?""Hus sembarangan lo kalo ngomong. Dokter Daffa di Yayasan bokapnya dijuluki Ustad.""Apa hubungannya? Siapa tau si cewek itu yang ngebet terus jebak Dokter Daffa.""Kalo gak tau apa - apa mending diem, asumsi lo jatuhnya fitnah. Mereka udah punya hubungan yang sempat kandas karena Dokter Daffa dijodohin orang tuanya. Sekarang mereka bersatu lagi setelah si cewek dan Dokter Daffa ditinggal tunangan masing - masing. Si cewek gak ada waktu kalo harus lakuin hal rendahan kayak yang
Bandar Udara Internasional Baiyun Guangzhou - TiongkokWaktu menunjukkan pukul sebelas malam, Daffa tengah berada di Bandara Guangzhou. Setelah pagi hari mengucap Ijab Qabul dihadapan Burhan, sore hari ia berangkat ke Negeri Tirai Bambu tanpa sepengetahuan Mazaya. Ia ingin memberi kejutan untuk sang Istri di Negara itu.Tiga puluh menit ia tempuh untuk sampai di Kediaman Ranggana dan Lin Jin Gouw. Tidak ada kemacetan di Kota ini, karena pemerintah memberikan beberapa pilihan transportasi umum untuk bepergian guna menekan kemacetan di Kota tersebut. Jadi hal itu membuat Daffa memilih menggunakan Taksi agar cepat sampai ditempat Mazaya berada.Sepasang paruh baya tengah menunggunya didepan Gerbang saat ia sampai di Kediaman itu. Senyuma hangat tercetak jelas pada bibir Yunita. "Selamat atas pernikahan kalian berdua." Itu lah kata sambutan yang lolos dari Yunita."Terima kasih Bu.""Jaga Mazaya seperti kamu menjaga dirimu sendiri."
Satu Bulan KemudianHingga lah dihari yang ditunggu - tunggu oleh Daffa dan Mazaya. Setelah kedua Keluarga menyelesaikan pemberkasan persyaratan pernikahan untuk putra putrinya, hari ini Daffa tengah berada di Ruang Keluarga Kediaman Burhan dengan dekorasi bunga segar minimalis dan Panggilan Video tergambar jelas pada proyektor. Mazaya tampak berada disuatu Rumah yang tak asing bagi Daffa, Ruang Keluarga penuh kehangatan dengan unsur China yang sangat kental. Wanita muda itu sekarang berada di Kediaman Ranggana Prasetyo dan Lin Jin Gouw - Ayah dan Ibu Yunita. Mazaya tampil cantik dan anggun dengan balutan kebaya berwarna putih dan make up tipis menghiasi wajah cantiknya. "Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau Ananda Daffa Khafid Irsyad bin Efendi Mufid Mu'tashim dengan anak saya yang bernama Mazaya Eiliya Syakib dengan maskawinnya berupa Satu Unit Rumah, Emas Logam mulia seberat dua puluh gram, tunai." Burhan mengucapkan Ijab Kabul dengan suara bergetar
"Pak Burhan, Bu Farida. Saya Daffa Khafid Irsyad ingin meminta izin Bapak dan Ibu untuk meminang Mazaya Eiliya Syakib menjadi Istri dunia akhirat saya. Apa Bapak dan Ibu berkenan?" Daffa mengatakannya dengan bersungguh - sungguh, dan pastinya ia menatap kearah Mazaya dengan tatapan teduh.[Abi : Nak Daffa, jawabannya saya serahkan ke Mazaya. Tapi hanya satu permintaan saya ke Nak Daffa kalau Mazaya menerimanya. Tolong jaga dan bahagiakan dia seperti kami menjaganya selama ini.]"Baik Pak, In shaa Allah akan saya penuhi permintaan Bapak.""Mas aku belum jawab loh." Kata Mazaya."Jawabanmu apa Zay?""Bismillah.. Karena aku pernah nazar buat nerima seseorang yang ajak aku nikah, jadi aku gak akan nolak kamu kalau memang kamu sungguh - sungguh sama aku Mas. Aku harap memang kamu laki - laki yang sudah Allah tetapkan buat aku, anggap kedua orang tuaku seperti orang tuamu sendiri. Begitu juga sebaliknya, aku akan anggap Abi dan Umi sebagai kedua orang tuaku." Jawab Mazaya dengan kemantapan
"Beliau mengubah sudut pandangnya tentang kamu sekarang. Kamu percaya kalau kebaikan akan membawa keberkahan buat diri kita?""He em.. Kenapa emang?""Ada kebaikan yang kamu lakukan dan buat Abi mengubah sudut pandangnya tentang kamu.""Ih maksudnya gimana sih?""Zay, waktu kamu pulang umrah. Ada Bapak - Bapak yang kamu tolong.""Bapak - Bapak? Ah ya inget, Mas tau darimana?""Bapak - Bapak itu Abi saya Zay.""Pak Mufid?""Hmm.. Bahkan kamu ingat namanya.""Iya ingat. Aku tau suatu kebaikan akan membawa berkah, tapi dalam konteks pembahasan kita ini berkah yang kayak gimana?""Abi minta saya buat ngejar kamu, Abi gak nuntut saya lagi buat nikah sama orang - orang yang beliau jodohkan. Zay, saya serius sama kamu. Kamu mau melanjutkan hubungan kita yang sempat terhenti?""Tapi Mas --""Kamu bisa pikir - pikir dulu." Daffa berdiri hendak meninggalkan unit Mazaya, namun dengan cepat wanita muda itu menahan pergelangan tangan Daffa. Tatapan sendu wanita itu membuat Daffa mengurungkan niatn
Setelah pulang bekerja dan kembali ke Apartement, Mazaya dikejutkan dengan keberadaan beberapa orang tengah mengobrol menggunakan bahasa. Bahkan saat berada di Elevator pun ia menjumpai sekelompok orang dengan koper dan ransel menuju lantai yang sama.Beberapa dari mereka terlihat menyapanya meski hanya menganggukkan kepala dan tersenyum ramah. Elevator pun berhenti dilantai unit miliknya, ia keluar dari benda kotak itu dan masuk ke dalam unit.Sedangkan sekelompok orang itu bertemu dengan seorang pria berbadan tegap dan berwajah tampan yang baru saja keluar unit."Dokter Daffa, saya tadi liat wanita berhijab cantik banget. Apa jangan - jangan orang Indonesia juga ya? Atau orang Malaysia?" Kata seorang pria yang berprofesi sebagai perawat dengan antusias."Sama kayak kita." Jawabnya singkat."Wah beneran? Tapi Dokter kok bisa tau?""Ini kunci kalian, masing - masing unit diisi tiga orang. Terserah siapa mau satu kamar sama siapa." Setelah memberikan kunci kepada rekan tim medis, Daffa