Aku melirik Raka yang masih terdiam, kami bersitatap beberapa detik, sepertinya ada masalah."Minum dulu teh-nya Pa," ucap Mama seraya mendaratkan bobotnya di sofa."Satu hal yang ingin Papa sampaikan pada kalian, terutama kamu Raka, ingat, pernikahan adalah sebuah hal yang sakral, dimana janji yang kamu ucapkan di hadapan penghulu, bukan hanya di saksikan oleh manusia, tapi juga di saksikan oleh Allah dan malaikat. Jadi Papa minta, kamu jangan main-main!" Papa berkata dengan lugas, sampai membuatku tertunduk, sebab merasa pernikahan yang kujalani ini tak berjalan semestinya.Mengapa Papa bicara begitu? Apakah Papa mengetahui sesuatu tentang hubungan kami? Aku dan Raka."Kamu juga harus menghargai Amira, istrimu.""Iya Pa." Raka menjawab singkat, lalu meraih cangkir teh di depannya, dan menyesapnya pelan."Di minum dulu Mir, kamu pasti capek kan, tadi habis perjalanan jauh dari Bandung ke Jakarta." Seperti biasa, Mama Rita selalu hangat.Aku pun meminum teh, lalu memakan bolen pisang
Terakhir Diperbarui : 2024-01-23 Baca selengkapnya