Home / Rumah Tangga / Skandal Gila Suamiku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Skandal Gila Suamiku: Chapter 11 - Chapter 20

37 Chapters

BAB 11. Pukulan Pertama Untuk Riya

Ponsel Bang Roni kini aku yang pegang. Dia sudah menyerahkan semua padaku dan menunggu apa pun itu instruksi dariku. Semua rencana sudah kusematkan di dalam kepala. Mulai hari ini, aku yang akan mempermainkan perasaan mereka.[ Ayank, kok tumben nggak ada nge-chat? ][ Yank, telfon sebentar dong. Pengen dengar suaranya ][ Ayank marah atau lagi sibuk? ]Berkali-kali chat masuk dari Riya sengaja tak ku balas. Tapi aku sengaja membukanya agar ia melihat dan merasa dicuekin. Sementara dari awal pagi, aku sudah menyuruh Bang Roni untuk pergi bekerja, tentunya tanpa membawa ponsel. Kini aku yang pegang kendali. Sejak kejadian semalam, aku sudah buat perjanjian dengan Bang Roni agar ia tak protes dengan apa pun yang akan aku lakukan. Dan tentu saja, ia mau tak mau harus setuju.“Kau jangan mengatakan apa pun pada Riya. Jangan bilang kalau aku sudah mengatakan semuanya padamu. Anggap saja tak terjadi apa-apa malam ini. HP kamu aku yang pegang, dan aku yang ak
last updateLast Updated : 2024-03-09
Read more

BAB 12 Meminta Izin Pada Bang Sarip

“Say, semalam Roni bilang kalau dia nggak bisa lagi datang ke rumahku.” Kata Riya.Ia tiba-tiba saja duduk di sampingku yang sedang bersantai di teras rumah. Aku memang suka sekali menghabiskan waktu di kursi sofa butut pemberian mertuaku yang memang sengaja kami letakkan di teras. Selain karena rumah kami yang sempit, juga karena agar kami bisa menghirup udara segar di sore hari. Aku bahkan betah berlama-lama duduk di situ, kadang sampai malam.“Oh ya? Kok gitu? Kalian berantem apa gimana?” tanyaku pura-pura tidak tahu. Padahal aku suka melihat keadaannya kini yang mulai kalang kabut.“Nggak ada. Malah malam sebelumnya kami masih video call sambil chat an. Tahu-tahu besoknya dia nggak datang ke rumah seperti biasa. Pas aku tanyain, katanya dia nggak mau lagi ke rumahku diam-diam.”“Trus?”“Dia bilang, mau ngomong sesuatu sama aku. Pengen ketemuan di luar. Tapi mau ajak kamu juga.”“Loh kok gitu? Berani banget dia.”“Dia bilang, dia mau ngaku aja s
last updateLast Updated : 2024-03-10
Read more

BAB 13 Jalan Bertiga

Aku sedang memakaikan bedak di wajah Erlan saat Bang Roni datang dan mengatakan kalau mobil yang akan kami pakai malam ini sudah siap. Mobil itu baru saja ia ambil dari rumah orang tuanya sebelum Maghrib tadi. Dan kini kami sedang bersiap-siap untuk pergi.Riya dan kedua anaknya belum datang. Dia pasti sedang bersolek di sana. Dan aku bisa menebak bagaimana penampilan dia malam ini. Pasti ia akan berdandan habis-habisan, untuk menunjukkan kalau ia jauh lebih cantik dan menarik dari pada aku. Tanpa sadar aku tersenyum sendiri memikirkannya.“Sayank dandan kan nanti?” Tanya Bang Roni pelan. Mungkin dia heran melihatku yang belum tersentuh bedak sama sekali. Aku memang selalu mendahulukan penampilan anak-anak setiap mau bepergian. Setelah mereka rapi, baru aku mengganti baju dan berdandan.“Kenapa? Takut matamu keseleo karena melihat kecantikan Riya? Sementara pas liat istrimu sendiri tampak layu seperti bunga kering?” sindirku pedas.“Bukan gitu. Takut Riya keburu
last updateLast Updated : 2024-03-10
Read more

BAB 14 Bicara Enam Mata

“Serius loh, nggak tahu suamiku malam ini kena apa, tiba-tiba ngajak jalan pake mobil sama anak-anak.”Aku bersandiwara. Tapi, entah siapa di sini sebenarnya yang sedang dipermainkan? Atau sesungguhnya kami ini saling mempermainkan?Ya, mungkin awalnya Bang Roni dan Riya mempermainkan aku dengan hubungan terlarang mereka. Kemudian aku yang membohongi Bang Roni dengan sempat pura-pura tak mengetahui perihal perselingkuhannya. Sekarang, giliran Riya yang kami bodohi. Yang mana aku dan Bang Roni kini bersikap seolah-olah tak tahu apa-apa, padahal kami bersekongkol untuk menjatuhkannya. Atau sebaliknya, apakah saat ini Riya yang sedang mempermainkan aku dan suamiku?Entahlah. Yang jelas, sekarang akulah yang pegang kendali. Aku yang akan mengarahkan ke mana haluan ini akan menuju. Aku yang akan menorehkan kisah untuk kami bertiga ke depannya.“Mungkin ada yang mau dia omongkan, Say.” “Mungkin. Mau ngomong apa emangnya, Sayank?” aku memandang Bang Roni yang kini
last updateLast Updated : 2024-03-10
Read more

BAB 15 Curhatan Riya

“Antarkan aku ke toilet.” Kataku pada Bang Roni yang baru saja selesai membayar ke kasir.“Mau pipis?” tanyanya. Namun aku tak menjawab. Bang Roni mengikutiku dari belakang. Begitu sampai di depan pintu toilet aku membalikkan badan dan memandangnya dengan wajah penuh pertanyaan. “Masuk aja. Aku tunggu di sini.” Katanya sambil menunjuk ke arah pintu toilet.Aku menggeleng. “Aku nggak pengen ke toilet. Cuma mau ngomong dengan kamu.” Kataku dengan nada penuh kecurigaan.Bang Roni tampak waspada. “Sayank mau ngomong apa?”“Masih manggil aku Sayank? Sekarang Cuma ada kita berdua.” Kataku protes. Menunjukkan bahwa aku keberatan dengan cara ia memanggilku.“Oke...” Bang Roni mengangkat kedua tangannya, seolah mengatakan ‘terserah’. “Kamu mau ngomong apa?” tanyanya kagok. “Apa yang kalian lakukan saat berdua-duaan tadi?”“Nggak ada. Kami nggak ngapa-ngapain.” Jawabnya.“Aku nggak percaya. Perasaanku nggak enak.” “Bener, kami nggak a
last updateLast Updated : 2024-03-11
Read more

BAB 16 Riya Kabur Dari Rumah

Aku menutup pintu mobil dengan pelan. Di depan teras, kulihat Bang Sarip sudah menunggu. Rumah Riya gelap, semua lampu sudah dimatikan, kecuali lampu teras dan lampu dapur. Maklum saja, ini sudah hampir jam 10 malam, hanya kurang beberapa menit lagi. Sepertinya kami pulang tak sesuai jadwal. Tak ada sedikit pun senyum yang ditunjukkan Bang Sarip. Mungkin ia sebenarnya tak suka, kami membawa Riya dan anak-anaknya pulang semalam ini. “Langsung baringkan aja di kasur depan TV.” Kata Bang Sarip pada Bang Roni yang sedang menggendong Hilda yang sudah tertidur sejak di mobil tadi. Sementara Ola berada dalam gendongan Riya, lunglai karena mengantuk berat. Aku mengekor Bang Roni masuk ke dalam rumah Riya yang remang. Bagaimanapun, aku yang tadi minta izin membawa mereka. Jadi, aku juga yang harus unjuk muka mengantar Riya dan anak-anaknya sampai ke dalam. Perlahan Bang Roni meletakkan Hilda yang sudah pulas. Ola juga langsung mengambil tempat berbaring di samping kakakny
last updateLast Updated : 2024-03-11
Read more

BAB 17 Di Losmen

“Kita mau ke losmen yang mana, Riya? Ke Besthouse kah?” Bang Roni menyebutkan nama sebuah hotel lokal kecil yang tempatnya tak jauh dari rumah kami. “Nggak usah ke sana. Tempat itu terlalu familiar. Kalau bang Sarip mencariku, itu adalah tempat pertama yang akan ia datangi.” Jawab Riya. “Jadi mau ke mana?” tanya Bang Roni lagi. “Terserah. Kamu aja yang Carikan tempat. Aku nggak terlalu tahu tentang penginapan di sini. Tolong Carikan penginapan yang agak jauh dan jarang didengar namanya.” Pinta Riya. Bang Roni tak menjawab lagi. Ia justru mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya. “Halo Boy, lagi di mana?” Kudengar ia menelepon seseorang yang aku yakin itu adalah salah satu temannya. “Anu Boy, kamu tahu nggak, di mana losmen atau penginapan yang jarang orang tahu...? Ini buat saudaraku.... Di mana itu....? Yang mana tuh ya....? Atau gini aja deh, bisa nggak kamu antarkan aku ke sana....? Oke, aku jemput sekarang ya.....” Telepon dimatikan. Ta
last updateLast Updated : 2024-03-11
Read more

BAB 18 Tugas Untuk Roni

Aku menggoyangkan tubuh Bang Roni. Awalnya pelan. Namun karena ia masih belum juga membuka mata, ku goyang tubuhnya lebih keras lagi sambil ku pukul-pukul dengan tanganku. Mungkin bawaan emosi dan benci padanya, membuatku berlaku agak kasar. Sekalian, pikirku. Sambil membangunkan, sambil menyakiti badannya.Bang Roni tersadar dan langsung memandangku saat ia membuka mata. Ia sempat menggeliat.“Kenapa Sayank? Jam berapa ini?” tanyanya.“Aku bukan Sayank kamu,” sahutku cetus. “Bangun! Semalam Riya pesan, kamu disuruh ke sana.”“Ngapain?”“Dia minta diantarkan sarapan. Terus kamu nanti juga ngantar dia ke sana-sini buat belanja baju sama beli HP baru.”Bang Roni duduk. Dengan mata yang masih tampak sepat, ia memandangiku.“Emangnya kamu bolehin?” tanyanya.“Pergi aja. Dia semalam protes kalau aku melarang kamu bantu dia. Katanya, kalian itu sepupu yang sampai kapan pun nggak akan bisa diputus hubungannya.”
last updateLast Updated : 2024-03-12
Read more

BAB 19 Kehilangan Jejak

“Ada apa Bang Sarip?” tanyaku sambil memasukkan anak rambut yang sempat keluar dari mukena. Sementara Hilda dan Ola sudah berebut untuk masuk ke dalam sambil berteriak memanggil Erin dan Erlan. Aku sudah bersiap untuk menjawab pertanyaan Bang Sarip seandainya ia menanyakan tentang Riya. “Mama Erin, tolong titip Hilda sama Ola ya. Saya mau ke pasar sebentar. Mau ngantar pesanan sayur orang.” Katanya. “Iya, boleh. Biar mereka main sama Erin dan Erlan. Udah pada makan belum?” tanyaku lagi. “Udah tadi saya suapin. Tapi mereka nggak mau makan banyak.” “Nggak apa, nanti biar makan lagi. Kalau makan rame-rame biasanya anak-anak jadi lebih semangat makan.” Kataku sambil memperhatikan gerak-geriknya. Bang Sarip seperti orang yang ingin menanyakan sesuatu, tapi tampak ragu. Dia bahkan sempat pamit dan membalikkan badan. Namun ia kembali dan lama berdiri menatapku. “Kenapa Bang?” Bang Sarip lagi-lagi diam, seperti sedang berpikir keras dan menimbang-nimb
last updateLast Updated : 2024-03-12
Read more

BAB 20 Kepulangan Riya

Dua hari setelah tak ada kabar sama sekali dari Riya, aku pikir ia tak akan kembali lagi. Untuk sementara hatiku merasa plong karena tak ada lagi perempuan memuakkan itu di sekitarku. Namun hal itu tak bertahan lama, saat tiba-tiba saja siang ini ketika aku sedang menyapu ruang tamu, sebuah sepeda motor berhenti di depan rumah. Aku yang bahkan belum sempat menjawab salam, sangat terkejut melihat Riya yang tahu-tahu sudah berada di depanku dengan menenteng dua kantong plastik besar.“Riya...?”“Sssttttt..... Udah diem, jangan banyak omong.” Katanya sambil meletakkan dua kantong itu di lantai.Dengan cepat ia mengeluarkan beberapa isinya dan membagi menjadi dua. Aku terheran-heran melihat apa yang sedang ia lakukan.“Kamu ngapain? Ke mana aja kamu dua hari ini?” tanyaku. Namun sama sekali tak ada jawaban dari Riya. Ia sibuk membagi barang bawaannya yang entah untuk apa.Aku melirik ke arah dapur, di mana Bang Roni sedang makan siang. Aku yakin kalau ia p
last updateLast Updated : 2024-03-12
Read more
PREV
1234
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status