"Paman Satya," sapa Devon dengan sopan.Satya tidak berniat mempersulit Devon. Dia mengiakan pelan sebagai jawaban. Kemudian, dia berucap pada putri bungsunya, "Kamu ke atas dulu. Ibumu belum tidur karena menunggumu. Kurasa dia ingin membicarakan sesuatu denganmu."Vloryne masih bergeming di tempatnya. Akhirnya, Devon mendorongnya pelan sambil berujar lembut, "Naiklah dulu."Mendengar itu, Vloryne baru bergerak. Sebelum naik ke lantai atas, dia menghampiri Satya.Sebagai putri bungsu di keluarga, Vloryne paling pintar bermanja-manja. Setelah memeluk ayahnya, barulah dia naik dengan enggan.Setelah dipeluk putri bungsunya, amarah Satya reda separuh. Dia menatap Devon dan berkata dengan nada datar, "Duduklah, kita bicara."Devon segera duduk, lalu menuangkan teh untuk Satya.Satya sengaja mengejeknya, "Kamu cukup pintar membawa diri.""Aku nggak berani bersikap nggak sopan di depan Paman," sahut Devon sambil tersenyum tipis.Satya mendengus. Meski begitu, dia tetap menyesap tehnya, menun
Read more