“Nyonya, apa Anda ingin camilan sore?” tawar Herman dengan suara lembut yang khas, seperti biasa, penuh hormat namun tetap bersahabat. Tak banyak yang bisa dilakukan Davina di rumah ini. Hanya menghabiskan waktu dengan termenung tanpa tujuan. Ia duduk di tepi sofa ruang tamu yang megah, dengan mata yang sejak tadi terpaku pada jendela besar menghadap taman belakang. Tatapannya kosong, mengembara jauh dari tempatnya kini. Davina menggeleng pelan. “Tidak, Herman. Terima kasih.” Suaranya nyaris tak terdengar, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Namun, saat menatap kembali taman yang rindang dan tertata apik, hatinya tergerak. “Bolehkah aku duduk di taman belakang?” “Tentu saja,” jawab Herman tanpa ragu, senyum kecil menyembul di wajah ramahnya. “Saya akan menyiapkan teh hangat dan camilan ringan untuk menemani Anda. Udara sore hari ini cukup sejuk.” Davina mengangguk kecil. Kali ini, tawaran itu terasa tepat. Ia butuh ketenangan, dan mungkin, segelas teh manis serta udara luar bisa
Last Updated : 2024-01-25 Read more