Home / Romansa / Dekapan Hangat Sang Pewaris / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Dekapan Hangat Sang Pewaris: Chapter 11 - Chapter 20

47 Chapters

Bab 11 - Surat Wasiat

“Kenapa?” tanya Lucas setelah beberapa saat memperhatikan istrinya dari sudut mata. Suaranya datar, namun tajam. “Gugup?” Sepanjang perjalanan menuju mansion keluarga Dawson, Davina nyaris tak mengeluarkan sepatah kata pun. Hanya suara napasnya yang terdengar halus, diselingi debar yang mengalun tak menentu. Pandangannya tertunduk, wajahnya tersembunyi di balik helai rambut panjangnya. Ia tengah menanggung gelisah yang tak bisa ia jelaskan, seolah ada badai yang akan segera datang, tapi ia tak tahu dari arah mana. Davina menengadah pelan, menatap Lucas sejenak lalu mengangguk kecil. “Se-sedikit takut,” gumamnya. Lucas mengangkat sebelah alis. “Apa kau berbuat kesalahan?” Nada itu mengandung sindiran, tapi juga pengujian. Ia tahu betul bahwa wanita di sampingnya kerap kali menyimpan segala sesuatu dalam diam, dan ia ingin tahu sampai sejauh mana ketakutan itu membuat wanita itu rentan. “Ti-tidak,” jawab Davina cepat, terlalu cepat. Lucas tak membalas. Ia hanya menghela napas pel
last updateLast Updated : 2024-01-24
Read more

Bab 12 - Kejutan

“Apa?!” Maria bangkit dari duduknya. “Tidak mungkin! Itu pasti akal-akalan wanita itu!” Davina terhenyak. Ia menggeleng panik. “A-aku… tidak tahu apa-apa…” Lucas diam. Tatapannya tajam, tapi ia tak menoleh ke arah istrinya. Ia sudah bisa menebak bahwa ini adalah langkah kakeknya untuk mencegahnya menyingkirkan menantu pilihannya setelah mendapat semua warisan. Lucas marah, tapi lebih dari itu—ia merasa dikendalikan… Lagi! “Hentikan, Ma,” potong Lucas akhirnya. Maria masih memandang Davina dengan tatapan penuh amarah. “Kau pasti memanipulasi Papa! Kau pikir dengan saham itu kau bisa bertahan di keluarga ini?” “Cukup.” Lucas berdiri, kini menatap semua orang di ruangan itu. “Tak ada yang salah dengan berbagi saham antara suami dan istri.” Senyumnya dingin. Ia memandang Davina sejenak. Tatapan wanita itu menyiratkan ketakutan, tapi juga kebingungan yang tulus. Lucas tahu wanita itu bukanlah aktris berbakat. Justru karena itulah ia merasa… semakin terjebak. “Apa masih ada yang ha
last updateLast Updated : 2024-01-25
Read more

Bab 13 - Kunjungan Tak Diinginkan

“Nyonya, apa Anda ingin camilan sore?” tawar Herman dengan suara lembut yang khas, seperti biasa, penuh hormat namun tetap bersahabat. Tak banyak yang bisa dilakukan Davina di rumah ini. Hanya menghabiskan waktu dengan termenung tanpa tujuan. Ia duduk di tepi sofa ruang tamu yang megah, dengan mata yang sejak tadi terpaku pada jendela besar menghadap taman belakang. Tatapannya kosong, mengembara jauh dari tempatnya kini. Davina menggeleng pelan. “Tidak, Herman. Terima kasih.” Suaranya nyaris tak terdengar, tenggelam dalam pikirannya sendiri. Namun, saat menatap kembali taman yang rindang dan tertata apik, hatinya tergerak. “Bolehkah aku duduk di taman belakang?” “Tentu saja,” jawab Herman tanpa ragu, senyum kecil menyembul di wajah ramahnya. “Saya akan menyiapkan teh hangat dan camilan ringan untuk menemani Anda. Udara sore hari ini cukup sejuk.” Davina mengangguk kecil. Kali ini, tawaran itu terasa tepat. Ia butuh ketenangan, dan mungkin, segelas teh manis serta udara luar bisa
last updateLast Updated : 2024-01-25
Read more

Bab 14 - Di Balik Pintu Keluarga Carter

Langkah Davina terasa berat saat menyusuri jalan setapak menuju rumah keluarga Carter. Setiap pijakan seperti membawa beban tak kasat mata yang terus menghimpit dadanya. Jantungnya berdegup kencang, bukan karena amarah sang ayah, melainkan ketakutan—takut akan kenyataan yang bisa saja terbongkar oleh pertemuan tak terencana ini. Di sampingnya, Lucas berjalan tenang. Sementara dirinya tenggelam dalam pusaran pikiran, pria itu tetap gagah, seolah tak tergoyahkan oleh apapun. “Kenapa kamu tidak menekan bel?” tegur Lucas, memecah lamunannya. Davina terkesiap. “Eh?” lirihnya tergagap. Matanya nanar, terombang-ambing antara kenyataan dan kekhawatiran. Baru saat itu ia sadar bahwa mereka telah berdiri di depan pintu kediaman Carter. “Aku akan menghubungi Ayah. Mungkin mereka sedang tidak di rumah,” elaknya sambil menyibak isi tas kecilnya, tangan gemetar mencari ponsel. Lucas menghentikannya. “Tak perlu.” Dengan gerakan pelan namun tegas, telunjuk Lucas menekan bel di sisi dinding
last updateLast Updated : 2024-01-27
Read more

Bab 15 - Menjadi Kuat

“Siapa kamu sebenarnya?”Davina bagai bisa mendengar pertanyaan yang terucap tanpa suara, dari balik tatapan Lucas. Namun ia tak berdaya, kuasa keluarga Carter bagai rantai yang mengunci rapat mulutnya.“Nak Lucas, Ayah baru saja mendengar kabar kalau kamu akan segera diangkat menjadi presiden direktur Dawson Group.” Lucas mengalihkan tatapannya dari istrinya. Ia mendengus samar karena pria tua dihadapannya mulai menunjukkan maksud yang sebenarnya. “Ya,” ucapnya sembari menaikkan dagu. “Sejak awal posisi itu dipersiapkan untuk ku, hanya masalah waktu saat aku bisa berada di kursi itu,” lanjutnya dengan kepercayaan diri penuh.Abraham tertawa keras meski hatinya menggeram kesal. Pria muda itu tak sedikitpun menunjukkan rasa hormat. Bahkan Dawson Junior itu tak segan menunjukkan arogansi dihadapannya.“Ayah sungguh bangga memiliki menantu sepertimu,” cetus Abraham. Cecilia mengangguk setuju. “Eleana sungguh beruntung,” imbuhnya.Duo Carter itu telah menetapkan tekad, menyanjung bocah
last updateLast Updated : 2024-01-27
Read more

Bab 16 - Kala Jauh

“Nyonya, anda ingin tambahan kue?” Davina menggeleng lemah, menanggapi pertanyaan kepala pelayan yang tengah menatapnya dengan sorot cemas. “Anda baik-baik saja? Saya bisa meminta dokter keluarga Dawson untuk datang.” “Tidak, Herman. Aku baik-baik saja,” cegah Davina. Davina tidak sakit, dia hanya dilema karena Lucas mengabaikannya sejak mereka kembali dari kediaman keluarga Carter. Mungkin akan terdengar lucu, Davina merasa Lucas mengabaikannya padahal dari sejak awal, pria dingin itu tak benar-benar menganggapnya sebagai istri. Tapi kali ini serasa berbeda, Lucas mengabaikannya dalam artian yang sebenarnya. Pria itu bahkan tak menunggunya untuk sarapan bersama seperti yang mereka lakukan sejak kedatangan Davina ke rumah ini. “Nyonya, bisakah anda berhenti mengaduk-aduk sisa makanan? Para pelayan telah menunggu cukup lama hanya untuk memindahkan piring anda,” usik Herman gemas. Davina mendesah dalam lalu mendorong piring yang belepotan krim itu dari hadapannya. “Herman, apa
last updateLast Updated : 2024-01-29
Read more

Bab 17 - Semanis Stroberi

Davina duduk di sofa ruang tengah sambil menggosok perutnya yang terasa begah—efek dari puluhan stroberi yang bersarang di perutnya. “Harusnya aku mengendalikan diri! Memasukkan semua buah itu ke dalam mulut,” gerutunya. “Karma manusia tamak.” “Kenapa? Perutmu sakit?” “Eh, Lucas?” Davina nyaris menjerit senang begitu melihat sosok tampan yang muncul dihadapannya. “Kamu pulang?” “Bukankah ini rumah ku? Kamu tidak suka aku pulang?” Selidik Lucas sambil memicingkan matanya. Ia memilih duduk di sofa yang sama, disamping sang istri. Davina mengibaskan tangan. “Tidak, tidak! Aku tidak berpikiran seburuk itu,” kilahnya cepat. Ia tak ingin Lucas kembali marah dan mengabaikannya. Dua hari saja, ia tidak melihat wajah tampan itu mengomel, hati Davina gundah. “Apa kamu tidak marah lagi?” Satu alis Lucas naik untuk membentuk pertanyaan tak terucap. “Kamu membuat masalah?” “Aku tidak.” Davina menggeleng lemah dengan wajah tertunduk lesu. Ekspresi itu terlihat menggemaskan bagi Lucas, hin
last updateLast Updated : 2024-01-29
Read more

Bab 18 - Serbuan Para Mertua

Davina memejamkan matanya perlahan, menyambut sentuhan lembut di bibirnya. Meski tak menuntut, namun terasa sangat intens. Merengkuhnya dalam kehangatan hingga membuat kunang-kunang berpendar, membawa akal sehatnya hingga melambung tinggi. Ia kembali membuka mata saat gerakan di bibirnya perlahan memudar, pandangannya langsung berhadapan dengan mata yang meredup, seakan dibayangi awan kelabu. Lucas tak berucap apapun, hanya menatapnya lekat seraya mengusap lembut permukaan bibir Davina dengan ibu jari. Lucas bangkit dengan gerakan cepat dan kembali menekan, tanpa memberi celah bagi sang istri untuk mengatur langkah—melarikan diri. Lucas mendorong tubuh ramping itu hingga merapat ke sudut sofa, mengungkung di bawah kuasanya. Pikiran Lucas dibayangi bisikan setan, menyeru seraya memaksanya untuk melepaskan kendali. “Lu-lucas …” desah Davina terbata. Ia panik begitu pria yang mengurung tubuhnya, kembali mendekapnya. “Tunggu, A-aku …” Lucas mengulas senyum tipis lalu merendahkan tubu
last updateLast Updated : 2024-01-30
Read more

Bab 19 - Hati Yang Rapuh

“Mengapa dia menciumku?” Davina menyentuh bibirnya yang masih diselimuti kehangatan seraya menatap pantulan wajahnya di cermin. Merah! Bahkan jauh lebih merah daripada pasta tomat. Jantung Davina kembali berdetak kencang kala mengingat lagi sentuhan lembut di bibirnya. Serangan tiba-tiba itu membuatnya nyaris lupa cara bernapas. ‘Lucas menciumku … Apa dia menyukaiku?’ bola liar kembali bergulir dalam pikiran Davina. Menerka-nerka apa yang terjadi pada pria sedingin es kutub yang tiba-tiba mencair. Davina menepuk kedua pipinya yang dihiasi senyum lebar. “Tidak Davina! Apa yang kamu pikirkan,” sergahnya panik. “Kamu tak boleh lupa, Davina! Posisi mu di rumah ini hanya sebagai pengganti Eleana,” tegas Davina pada bayangan dirinya di balik cermin. Ia berbalik, melemparkan tubuhnya ke ranjang. “Lucas tidak mungkin menyukai ku, pria itu hanya peduli pada warisannya,” desahnya sembari menatap langit-langit. ‘Yah, tidak mungkin!’ Davina meraih ponselnya yang kembali berdering. Ia t
last updateLast Updated : 2024-01-31
Read more

Bab 20 - Di Ruangan Yang Sama

“Nafsu tidak membutuhkan kata cinta, istriku.” Kalimat Lucas membuat emosi Davina meluap. Ia tak pernah menyangka, ternyata Lucas menilainya serendah itu! ‘Pria ini gila!’ umpat Davina demi mengabaikan emosi yang tak tertahankan. Bila menuruti amarahnya, Davina ingin melayangkan tamparan keras disertai cakaran di wajah tampan itu. Namun tubuhnya tak berpendapat serupa. Seluruh sendi di tubuhnya kaku, membuat tangan dan kaki enggan beranjak. Bahkan Davina tak mampu menggerakkan bibirnya untuk sekedar memaki pria dihadapannya. Melihat wajah panik istrinya, Lucas tak mampu lagi menahan tawanya. “Eleana, apa kamu berpikir aku serius?” kekehnya mengejek. “Apa maksudmu?” Davina bengong, susah payah mencerna maksud di balik tawa Lucas. “Dengar Eleana, bagiku pernikahan ini hanya formalitas. Bahkan sedikitpun aku tidak tertarik untuk menyentuhmu,” tutur Lucas datar. Mata Davina melebar. “Tapi, tadi kamu mencium—” “Yah, aku sedikit terbawa suasana tapi hanya sebatas itu, tak lebih.”
last updateLast Updated : 2024-02-01
Read more
PREV
12345
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status