Home / Pernikahan / Wanita Lugu Pilihan CEO / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Wanita Lugu Pilihan CEO : Chapter 21 - Chapter 30

60 Chapters

Sungguh Ironi

Bab 21Satria tertegun. Tiba-tiba saja tenggorokannya terasa kering. Pertanyaan Riri begitu sulit ia jawab. Tahukah Riri, jika sebenarnya dia sudah hampir kehilangan komunikasi dengan istrinya, kecuali di saat kunjungan rutinnya setiap bulan ke Paris? Pria itu kembali meneguk minumannya hingga gelas berwarna bening itu tak lagi menyisakan air."Yang jelas dia tidak menampakkan kecemburuan saat aku menceritakan soal kamu. Dia orangnya sangat pengertian." Begitu jawab Satria. "Aku tidak tanya itu, Om. Aku hanya tanya, apakah pertemuan kali ini diketahui oleh Tante Disty dan dia mengizinkan Om bertemu dengan aku?" desak Riri."Aku hanya nggak ingin ada masalah baru. Sudah cukup masalahku dengan Mas Leo serta kedua orang tuanya. Jangan lagi ditambah dengan masalah lain. Aku tidak mau Tante Disty mengira aku yang macam-macam....""Jujur Om nggak bisa jawab, Ri, tapi kapan-kapan Om akan bercerita banyak soal kehidupan pribadi Om," sergah Satria. Lelaki itu menghela nafas. Tak ingin Riri
Read more

Luka Masa Kecil

Bab 22"Bapak!" Gadis itu seketika berdiri dan langsung memutar tubuhnya menghadap ke arah pintu. Sesosok laki-laki tua berdiri dengan tubuhnya yang ringkih... "Mau apa Bapak kemari? Apa masih belum cukup luka yang Bapak torehkan selama ini kepada kami?" dengus Riri. Ini bukan kali pertama Prasetyo datang kemari. Dan maksud kedatangannya sudah bisa ditebak.Sejak mereka bertemu lagi dan Prasetyo menjadi wali nikah Riri waktu itu, laki-laki tua itu seolah menemukan angin segar.Tangan Riri seketika terangkat ingin mendorong tubuh lelaki itu agar tidak bisa masuk ke rumah. Namun tangan Daffa lebih cepat menangkap gelagat sang adik."Biarkan dia masuk, Ri. Kita dengar dulu apa yang ingin dia katakan," ujarnya sembari tetap memegang erat sepasang tangan Riri."Lepas, Mas. Aku tidak sudi dia masuk ke rumah ini! Aku sudah tahu apa yang akan dia katakan!" pekik Riri. Dia meronta keras dalam kungkungan sang kakak, meraung penuh luka. Siapapun yang mendengarnya pasti akan merasakan getaran lu
Read more

Menangislah, Cantik

Bab 23 Sebenarnya Satria hanya ingin masuk ke dalam mobilnya. Dia mengerti arti tatapan Daffa yang terlihat tidak enak karena ia menyaksikan perdebatan keluarga itu. Namun ternyata Riri malah salah paham. Dia pikir Satria akan meninggalkannya. "Ya, kenapa, Ri?" tanya lelaki itu saat tubuhnya sudah menyentuh jok di depan kemudi. "Om mau pergi?" Cepat-cepat Satria menggeleng. "Om hanya ingin duduk di sini, menunggu kamu selesai berbicara dengan ayah dan ibumu." Namun Riri menggeleng. Tatapannya begitu sayu. "Tak ada yang perlu dibicarakan lagi, Om. Apakah Om tidak dengar, Mas Daffa sudah meminta Bapak untuk meninggalkan rumah ini?" Riri menunjuk ke arah dua lelaki beda generasi itu. Daffa terlihat memegang lengan Prasetyo, memegangnya kuat, sehingga mau tidak mau Prasetyo terpaksa melangkah mengikuti putranya melewati pintu depan. "Justru Om yang meminta maaf karena sudah turut menyaksikan...." "Itulah keluarga kami, Om. Maaf, aku memang berasal dari keluarga...." Lagi-lag
Read more

Ada Apa Dengan Leo?

Bab 24"Ya, bersihkan dirimu dulu. Aku tunggu kamu di kamar." Leo mengurai pelukannya, lalu kembali berjalan menuju meja makan dan menghirup tehnya. Setelah menghabiskan tehnya, Leo pun segera beranjak dan berjalan menuju kamar. Pandangannya langsung tertuju kepada ranjang yang seharusnya menjadi tempat tidur mereka. Namun nyatanya selama berbulan-bulan laki-laki itu memilih untuk tidur di ruang kerja. Mereka benar-benar pisah ranjang. Pria itu segera merebahkan tubuhnya. Dia tidak bohong. Tubuhnya begitu pegal setelah seharian bekerja. Namun bukan itu yang menjadi tujuan utama. Dia ingin agar gadis lugu itu tak lagi menjadi lugu mulai malam ini.Sebuah seringai licik mampir di bibirnya. Bersamaan dengan itu, Riri keluar dari kamar mandi. Wajahnya terlihat begitu segar dengan rambut yang masih basah. Masih dengan mengenakan jubah mandinya, gadis itu duduk di depan meja rias. Dia mulai mengeringkan rambutnya, lalu menyisirnya."Kenapa harus ke kamar mandi? Kamu bisa mengenakan paka
Read more

Menyerah

Bab 25"Kamu memang tidak mengenalku, Ri...." desis Leo. Ucapannya lantas terhenti lantaran bersin. Pria itu lantas mengambil tisu dan menyeka cairan kental putih kehijauan di hidungnya."Iya, tapi kamu kenapa Mas?" Riri bertanya seraya ikut bergerak mengejar Leo yang sudah beranjak menuju kamar mereka.Namun lagi-lagi Leo tidak menjawab. Dia menjatuhkan tubuhnya di tepi ranjang, berbaring dengan posisi miring."Kamu memang tidak mengenalku, Ri. Sudah aku bilang, jika kamu tidak perlu mengurusiku. Inilah akibatnya." Pria itu kembali bersin dan dengan sigap Riri menyodorkan tisu yang semula berada di meja nakas untuk lelaki itu."Aku tidak mengerti maksud Mas. Mengapa Mas kait kaitkan dengan kesediaanku untuk mengurusi Mas? Apa salahku?"Riri benar-benar heran. Bukankah Leo sendiri yang menyuruhnya untuk mengambil makanan? Riri hanya menjalankan apa yang diminta oleh Leo, tetapi kenapa dia justru menyalahkannya?"Kamu belum tahu apa salahmu?" ketus pria itu, lagi-lagi sambil mengelap h
Read more

Sudah Sejak Kapan?

Bab 26Menunggu adalah pekerjaan yang paling menjemukan bagi siapapun, termasuk Riri. Dia berjalan mondar-mandir di ruang kerja Satria, sementara lelaki itu sudah pergi sejak satu jam yang lalu diiringi oleh asisten pribadinya."Kapan rapatnya selesai sih? Masa iya aku disuruh menunggu di sini? Aku sudah beberapa kali kemari, tetapi tetap saja aku merasa asing dengan tempat ini," keluh Riri sembari mendaratkan kembali tubuhnya di sofa. Sebenarnya di meja kaca depan sofa ada minuman ringan dan cemilan. Namun Riri tetap saja merasa bosan dan tak nyaman.[Tunggu sebentar lagi ya, Cantik. Rapatnya hampir selesai]Begitu pesan Satria saat Riri baru saja membuka ponselnya. Gadis itu menghela nafas berat, lalu segera memijat tombol dan keluar dari aplikasi pesan instan. Demi mengisi waktunya, akhirnya Riri memutuskan untuk bermain game teka-teki silang. Lumayan untuk mengasah otaknya. Saking asyiknya, dia tidak menyadari jika seorang lelaki muda masuk ke dalam ruangan itu."Riri...." Gadis
Read more

Cemburu

Bab 27"Kamu ini gadis bodoh atau polos sih?! Nggak bisa membedakan mana perhatian seorang Om dan mana perhatian seorang lelaki yang menyukaimu?" bentak Leo. Dadanya turun naik. Gemas tak terkira dengan kepolosan sang istri.Ya Tuhan.... Mana ada seorang Om yang perhatian sampai sedetil itu. Nggak masuk akal!Mengingat sikap Satria barusan yang begitu berani menampakkan kedekatan secara fisik dengan istrinya, Leo jadi membayangkan hal yang tidak-tidak. Leo teringat dengan rangkaian bunga yang ia temukan di tong sampah tempo hari. Ah, jangan-jangan Satria juga pelakunya. Tidak mungkin orang lain. Dia sudah menyelidiki latar belakang Riri dan gadis itu tak punya hubungan dekat dengan lelaki manapun sebelum dengannya. Lelaki itu menggeram dengan tangan mengepal."Ini tidak bisa dibiarkan," batin Leo. Leo tahu jika Satria itu sebenarnya kesepian, karena sang istri sibuk mengejar karirnya di luar negeri. Hubungan Satria dengan Disty juga tidak terlalu baik. Semua orang di keluarganya ta
Read more

Merasa Bergairah

Bab 28Lelaki itu menggeleng keras sembari terus menekan dadanya. Ada rasa sakit di sana. Entah kenapa ia seperti tak rela jika keponakannya melakukan itu kepada istrinya. Pikiran-pikiran liarnya kembali berseliweran di benak, membuat dugaannya semakin kuat. Satria tenggelam dalam asumsinya sendiri. Kepalanya semakin berdenyut. Merasa usahanya sia-sia saja, Satria bangkit dan keluar dari bak mandi, kemudian menyalakan shower. Dia membilas tubuhnya, kemudian mengambil selembar handuk dan melilitkan di tubuh telanjangnya. Satria keluar dari kamar mandi dengan muka keruh. Dia melangkah menuju lemari pakaian.Pakaian gadis itu masih saja menumpuk di salah satu rak. Satria mengambil sebuah gaun, lalu membentangkannya. Dress sebatas lutut dengan lengan pendek, yang merupakan favorit Riri. Begitu manis dan membuat penampilan Riri mirip gadis kecil. Manis dan imut. Sangat menggemaskan."Aku tidak bisa memungkiri jika aku begitu tertarik kepadanya. Dia begitu imut dan menggemaskan." Laki-lak
Read more

Langkah Berani Satria

Bab 29Baru kali ini Riri merasa dirinya begitu rapuh. Diperlakukan kasar oleh suami, kemudian ditinggalkan begitu saja di kamar hotel. Leo sama sekali melupakan keberadaannya, padahal Leo lah yang membawanya kemari. Kini tak ada yang bisa ia lakukan kecuali hanya memeluk Satria yang balas memeluknya. Riri tak sadar dengan kain selimut yang melorot, hingga bagian atas tubuhnya terpampang jelas. Gundukan kenyal di dadanya bahkan menempel ketat di dada lelaki itu, membuat dada Satria seketika berdesir."Om....""Menangislah, Cantik. Menangislah sampai hatimu merasa puas...." Mati-matian Satria berusaha mengendalikan diri. Apalagi tangannya yang dalam keadaan sadar menyentuh punggung Riri yang telanjang.Riri yang pasrah dan suasana ruangan yang sangat mendukung membuat imajinasinya ke mana-mana. Dusta jika dia tidak menginginkan hal yang satu itu. Dia pria normal dan tengah kesepian. Hasrat lelakinya yang ia bawa dari rumah seolah ingin meledak di sini."Dia meninggalkanku setelah memp
Read more

Ini Baru Awal

Bab 30Tak ada lagi kata-kata terucap. Riri berusaha mengabaikan ucapan Satria. Dia menghabiskan makanannya secepat mungkin agar bisa segera keluar dari suasana canggung ini.Riri baru memikirkan kata-kata Satria saat ia sudah berada di kamar dan merebahkan tubuhnya di ranjang. Baru terasa jika tubuhnya sudah sangat lelah setelah digempur habis-habisan oleh Leo. Meskipun Leo tidak berhasil mengambil mahkotanya, tetap saja tubuhnya terasa remuk redam.Leo melakukannya dengan paksaan, bukan atas kerelaan dari dirinya. Riri benci itu. Entah kenapa rasa benci pada Leo mulai menyusup perlahan menggeser rasa cintanya."Aku hanya akan memberikan semuanya dengan penuh kerelaan, Mas, bukan dengan paksaan seperti itu. Kamu memang suamiku, tapi bukan berarti kamu bisa melakukan hubungan seperti itu tanpa persetujuanku. Aku juga punya hak untuk menolak. Sebagai perempuan, aku juga punya hak untuk menolak. Ingat itu, Mas." Riri mengerjapkan matanya. Tatapannya kosong.Tak lama kemudian, Riri meras
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status