All Chapters of SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI: Chapter 21 - Chapter 30

50 Chapters

LANCANG

“Saya keluar sebentar, ya.” Aku pamit pada Mayang dan Luna saat mereka baru saja tiba di Butik.Keduanya mengangguk dan tersenyum.“Kalian udah sarapan?” tanyaku sebelum membuka pintu keluar.“Sudah Mbak,” jawab Mayang.“Kalau saya belum, tapi ini saya bawa bekal, Mbak.” Luna mengangkat lunch bag yang dia tenteng di tangan kirinya.Aku mengangguk sebelum akhirnya pergi.Di perempatan sebelum masuk ke kawan rumahku, Aku berhenti di penjual nasi uduk pinggir jalan dan membelinya dengan lauk telur ceplok. Kesal dan tidak ikhlas aku melakukan ini. Tapi terpaksa kulakukan sebab tidak ingin Bang Arlan terus mengangguku dengan mulutnya yang berisik itu.Saat sampai di depan pintu, aku urungkan niat untuk menekan knop. Kudekatkan telinga ke daun pintu yang sedikit terbuka.“Iya, Sayang. Pasti dong, kita kan udah sepakat untuk melakukan itu, kamu tenang aja!” Suara Bang Arlan terdengar lembut tapi menjijikkan bagiku.“Kita ketemuan dimana? Hari ini? Ya udah abis sarapan aku kesana jemput kamu.
last updateLast Updated : 2024-05-31
Read more

HUTANG BUDI?

“Aku minta maaf.” Angga menunduk.Aku menarik napas sekali lagi dan berusaha meredam amarah.“Kamu tau, kan? Kalau membuka surat penting orang lain tanpa izin itu gak sopan!” sungutku.Dia hanya mengangguk dan merasa bersalah. “Aku tau. Tapi, aku benar-benar gak sengaja. Saat aku mau merapikan mejamu, aku melihat kertas itu,” jelasnya.“Ya, tapi tetap aja…” Aku kehabisan kata, dan tiba-tiba malas melanjutkan perdebatan dengan siapapun, apalagi masih pagi begini.Seharunya aku memulai hari dengan hal yang baik, tapi kenapa harus ada dua pria yang membuat pagiku jadi suram.“Ya udah, kamu boleh pergi. Lupakan apa yang baru aja kamu ketahui,” ujarku dengan nada dingin.Aku balik badan hendak masuk ke dalam butik kembali, tapi Angga memanggilku.“Gita!” Angga menegakkan tubuhnya. Dia bergerak mendekatiku. Kedua tangannya masuk ke dalam saku celana. Aroma parfum mahal menguar terkena angin yang tiba-tiba semilir. Angga terlihat begitu maskulin.“Ada apa lagi?” tanyaku, malam.“Aku akan ban
last updateLast Updated : 2024-06-01
Read more

AJAKAN YANG MEMBERATKAN

“Gita?” Wanita itu juga tak kalah terkejutnya. “Kamu ngapain disini?” tanyanya sambil menyentuh bahuku dengan lembut.Sejurus kemudian, aku memeluknya karena perasaan rindu. Namun, seketika aku tersadar, bahwa wanita ini adalah ibunya Yunita, yang biasa kusapa dengan panggilan…“Tante Rusni, apa kabar?” Aku membawanya menuju sofa tamu di sudut kanan ruang butik paling depan dekat dengan jendela dan dinding yang seluruhnya terbuat dari kaca tebal.“Kamu belum jawab pertanyaan tante,” ujarnya dengan mulut mencebik seperti anak kecil yang merajuk manja.Aku tersenyum lebar melihat tingkahnya yang masih sama seperti dulu. Masih menyayangiku seperti anaknya sendiri lantaran diriku yang bersahabat dekat dengan anaknya—Yunita. Tetapi, sekarang, apakah Tante Rusni mengetahui bahwa hubungan kami saat ini tidak sedang baik-baik saja. Atau, kedatangannya kesini justru untuk ikut andil dalam permasalahan kami?“Kok bengong?” Pertanyaannya memaksaku untuk menyudahi praduga dan prasangka terhadapny
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

MENYUSAHKAN

“Engga, Mbak. ini udah bener alamat Butiknya, penerimanya atas nama Gita Lisrani.” Abang kurir Gufud menjelaskan sambil menujukkan layar ponselnya yang tertera alamat yang memang sudha benar. Nomor HP juga tertulis milikku.“Siapa pengirimnya, Bang?” tanyaku penasaran.“Nama akunnya sih, Sophia. Tapi, pas saya telpon tadi yang jawab laki-laki, katanya namanya Angga,” jelas lelaki berjaket hijau itu.Aku menerima semua makanan yang dibawanya dan mengucapkan terima kasih.Saat masuk ke dalam, Luna dan Mayang sudah selesai makan siang. Aku membaginya untuk mereka juga. Karena sangat banyak, kami menyisakan sebagian untuk cemilan sore nanti.“Baik banget, Mbak Gita… kalo kayak gini, gak bisa aku tuh diet,” kata Luna dengan bibir mencebik. Luna memang gadis dengan badan sedikit gempal tetapi dia cantik dan berkulit putih.“Iya bener. Kalo aku, semangat tambah berat badan, biar gak dikatain cungkring mulu ama temen-temen,” sahut Mayang.Mereka terkekeh, aku pun ikut tertawa mendengar celote
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

ADA MAUNYA

“Bapak kok bisa ada disini?” tanya Bang Arlan sopan, masih menghormati mantan bos-nya itu.“Saya kebetulan lewat,” jawab Angga bohong. “Kenapa ribut-ribut?” Angga mengalihkan kebingungan Bang Arlan yang mungkin masih heran kenapa CEO perusahaan ternama bisa singgah ke klinik kecil ini.“Ah, ini urusan keluarga saya, Pak. Bapak boleh pergi,” ujar Bang Arlan terlihat tidak nyaman dengan kehadiran Angga.“Masalah biaya pengobatan adikmu sudah saya lunasi. Kalian tinggal menunggu obat.” Angga menyampaikan dengan sikap wibawanya. “Mbak Gita, ayo kembali ke butik, masih banyak pekerjaan yang harus kamu lakukan!” Angga beranjak keluar dengan arogan.“Kamu dengar itu? udah lunas dibayar Pak Angga!” Aku hendak berbalik badan menyusul Angga, tapi Bang Arlan menarik lenganku dengan sangat keras.“Kamu ada hubungan apa sama dia, hah?” Tatapan Bang Arlan sangat mengerikan. “Awas ya! Kamu ingat, Gita! Kita belum bercerai. Kalau sampai kamu selingkuh, hak asuh Chika akan jatuh ke tangan saya!” ancam
last updateLast Updated : 2024-06-04
Read more

BALAS BUDI APA?

“Loh, Mbak?” Luna terheran saat ada mobil pick up beserta beberapa orang membawa lemari dan tempat tidur ke dalam butik.Aku tak sempat menanggapi. Kuarahkan mereka yang membawa barang-barangku untuk ke lantai dua, dimana ada ruang istirahat yang ukurannya lumayan lebih besar dibandingkan kamarku di rumah. Kuabaikan Luna dan Mayang yang masih terlihat bingung.Setelah kejadian tadi malam, aku memutuskan untuk pergi dari rumahku sendiri dengan membawa semua yang kubutuhkan.“Kamu beneran gila, Bang?” Aku menatap pada Bang Arlan setelah tawaku reda. “Kenapa aku harus keluar dari rumahku sendiri? Kalian yang numpang disini! Seharusnya kalian tau diri, dong.”“Gita!” Bang Arlan berdiri dengan sorot mata tajamnya. “Setidaknya hormati Mamaku. Dia orang tua juga. Kalau kamu gak mau menurutinya untuk membiayai hidup kami, biarkan Mama tinggal disini dengan nyaman tanpa ada kamu,” ujarnya tanpa memikirkan perasaanku.“Uwaahh… Aku benar-benar bisa gila hidup di antara kalian semua.” Tak ingin b
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

UNDANGAN MAKAN MALAM

“Aku bingung sama Angga, Mbak. Apakah Mbak Ranti tau sesuatu?”Malam ini aku tidak bisa memejamkan mata. Bayangan Angga dan kata-katanya yang tegas membuatku selalu terbayang kejadian tadi pagi. Akhirnya aku memutuskan untuk menanyakan hal ini pada Mbak Ranti, orang terdekat Angga yang mungkin banyak tau hal tentang lelaki berwajah tanpa ekspresi itu. Aku menceritakan semua kejadiannya pada Mbak Ranti sebelum akhirnya bertanya tentang rasa penasaranku.Terdengar helaan napas panjang dari seberang sana. “Mbak gak ada hak untuk menceritakan semuanya sama kamu, Git. Nanti, suatu hari, kamu juga akan mengetahuinya, kok.”“Tapi, Mbak…”“Terima saja perlakuan Angga sama kamu saat ini. Dia sudah lama mencarimu. Dan saat tau kamu sudah menikah, dia membantu dengan cara menjadikan suamimu pegawai di perusahaannya dan juga…” Mbak Ranti menjelaskan dengan seksama, namun tiba-tiba terhenti.“Lalu, Mbak?”“Maaf, Git. Mbak gak bisa lanjutkan. Ini juga Mbak udah keceplosan. Gak seharusnya Mbak ceri
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

UNGKAPAN

“Gak apa-apa, lain kali aku ceritain. Kamu sebaiknya urus masalah untuk nanti malam aja dulu,” ujar Angga dengan bijak, setelah aku berkata padanya bahwa nanti malam akan menghadiri undangan dari Tante Rusni untuk makan malam bersama Yunita dan Bang Arlan.“Kalau butuh bantuan apa-apa, telpon aja aku!” kata Angga sebelum pergi meninggalkan butik.Aku hanya mengangguk dan kembali menenggelamkan kepala di antara lipatan tangan di atas meja kerja.Bang Arlan terus memaksaku untuk membatalkan pertemuan itu, namun aku tetap bersikeras mengajaknya untuk datang.“Apakah kamu takut, Bang? Berani berabuat harus berani bertanggung jawab, dong.” Aku menggertaknya saat di telepon tadi.“Terserah!” Hanya satu kata itu yang dia lontarkan sebelum mengakhiri telepon.Dia tidak bisa menolak karena beberapa hal yang harus dia pertimbangkan.****Aku menunggu Bang Arlan menjemput di butik, karena aku malas bertemu dengan Mama dan Arin di rumah. Awalnya, Bang Arlan enggan menggunakan mobilnya, namun sete
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

TUDUHAN

“Gita!” bentak Bang Arlan. Wajahnya teramat murka dengan dada naik turun. Sorot matanya tajam hingga terlihat merah mengerikan.Namun, aku dengan berani membalas tatapan itu.“Tante Rusni…” Aku mengalihkan tatapan pada wanita paruh baya yang kini sudah terduduk lemas sambil memegang dadanya. “Yang saya katakan barusan adalah benar. Silahkan Tante tanyakan pada Yunita, anak tante satu-satunya itu.” Mataku menunjuk Yunita yang sudah berlinang air mata.Napas Tante Rusni mulai terlihat sesak. Yunita menatapku nyalang, sedang air mata terus mengalir ke pipinya.Aku tersenyum miring. Kenapa harus dia yang menangis?“Apa kau harus sejauh ini, Gita?” Bang Arlan mencengkram bahuku. Langsung aku tepis dengan kasar sebelum dia menekannya dengan kasar.“Yunita! Katakan kalau itu semua bohong, Nak!” lirih Tante Rusni. Suaranya mulai terisak.“Mama…” Yunita mendekat pada Ibunya dan memeluk lengannya.“Katakan kalau yang diucapkan Gita barusan itu tidak benar!” bentak Tante Rusni dengan suara keras
last updateLast Updated : 2024-06-08
Read more

MASA REMAJA

“Aku harap, ini yang terakhir kamu ikut campur dalam urusanku, Angga.” Aku membuka pintu mobil, namun masih menahan diri untuk turun demi menyampaikan isi hatiku.“Orang akan mengira kita ada hubungan spesial,” sambungku. “Kamu dengar tadi? Bang Arlan menuduh kamu sebagai ayah kandung dari Chika.” Aku menatap manik mata bulat milik Angga dibalik cahaya temaram dalam mobil. “Dan kamu gak marah dituduh seperti itu?”Pria itu hanya tersenyum tipis.“Saya cuma mau melindungi kamu, Gita.” Dia menjawab dengan tenang.Aku kembali menutup pintu mobil dengan kasar.“Sepertinya sekarang adalah waktu yang tepat untuk kamu menjelaskan semuanya. Aku tidak ingat siapa kamu, dan apa yang telah aku lakukan apdamu sehingga kamu bersikeras ingin membalas budi padaku.” Aku menekan kalimat dengan nada tegas.Angga menarik napas dalam, lalu membuka laci dashboard, mengambil sesuatu dari dalam sana. Lalu dia mengulurkan telapak tangannya yang berisi sebuah Kartu Tanda Siswa yang warnanya sudah memudar.Aku
last updateLast Updated : 2024-06-09
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status