All Chapters of SUKSES SETELAH DIKHIANATI SUAMI: Chapter 31 - Chapter 40

50 Chapters

TIDAK NYAMAN

“Bunda… aku kangen.. kapan Ayah sama Bunda kesini?” Chika merengek saat kami melakukan panggilan video pagi ini.Hatiku terenyuh mendengar dia merindukan ayahnya. Ada yang berdesir di dada ini. Ayah yang dia rindukan saat ini adalah orang yang telah menyakiti ibunya. Namun, tidak mungkin aku membuatnya membenci Bang Arlan. Bagaimanapun, aku tidak bisa melupakan kebaikan Bang Arlan yang membantu merawat Chika seperti anaknya sendiri.Mataku memburam. Ada cairan yang menghalangi pandanganku yang akan segera menetes.“Nak… gimana kerjaan kamu? Lancar?” Ibu menyela saat menyadari aku hanya termenung mendengar rengekan Chika.Aku mengusap cairan yang tiba-tiba menetes dari sudut mataku. “Alhamdulillah lancar, Bu. Semua berkat doa dari ibu,” sahutku dengan senyuman.“Bunda… ayah mana?” Chika masih merengek dengan wajah cemberutnya yang menggemaskan, sebab pipinya menggembung saat bibirnya mencebik manja.“Ayah lagi… emm.. lagi kerja, Nak.” Aku menjawab dengan gugup sambil memikirkan kata yan
last updateLast Updated : 2024-06-10
Read more

MEMBERI PILIHAN

“Yunita!” pekik Bang Arlan yang tiba-tiba masuk ke dalam butik dengan wajah panik.Dia berlari menghampiri kekasihnya dan memeluk Yunita yang sedang meraung seperti orang kerasukan.Ternyata sejak tadi Bang Arlan menunggu di mobil.Aku menyunggingkan senyum getir melihat adegan di depanku.“Kamu apakan dia?” Mata Bang Arlan seakan ingin melompat dari tempatnya. Menatapku dengan melotot selebar-lebarnya.Bukannya membuatku takut, dia justru membuatku tertawa dan bertepuk tangan.“So sweet…” ucapku dengan wajah manja.Yunita mulai tenang. Dia terduduk di kursi tamu masih dengan tangan digenggam oleh suamiku.“Gita!” sentak Bang Arlan, masih menuntut jawaban.“Dia gak sedang berakting, kan?” ujarku sambil berjalan mendekati Yunita, sedikit membungkuk untuk memperhatikan wajahnya yang menunduk.Hari sudah semakin beranjak menuju senja. Matahari perlahan bergerak ke arah barat. Namun, suasana hangat yang seharusnya kunikmati bersama pekerjaan yang belum selesai, malah terusik dengan kehadi
last updateLast Updated : 2024-06-11
Read more

MINTA UANG

“Jelasin, Yunita!” desakku.Tak ada jawaban dari wanita dengan bulu mata lentik berkat bantuan make up itu. Mulutnya seolah terkunci rapat. Yunita bungkam dengan wajah yang terlihat serba salah. Dia gugup dan salah tingkah seperti orang yang baru ketahuan mencuri. Apa dia keceplosan?“Gak perlu dipaksa!” desis Bang Arlan, membelanya. “Aku yakin dia hanya tertekan karena ulah kamu. Kamu itu wanita menyeramkan, Gita!” Bang Arlan menarik tangan Yunita hingga wanita itu berdiri.“Oya?” kataku sambil menyibak rambut.“Ayo kita pulang, Sayang!” ajaknya dengan suara lembut. Tangannya merangkul bahu Yunita dengan penuh kasih sayang.Akhirnya aku bisa bernapas lega. Kuhirup semua oksigen yang ada untuk memenuhi paru-paruku yang sejak tadi sesak akibat berdebat dengan dua makhluk menyebalkan dan tidak tahu malu.“Apa? Mereka menyuruhku menyerahkan butik ini? Lantas, kalau aku tidak mau, mereka mau meminta hak asuh Chika? Apa sih, maksudnya? Benar-benar aneh.” Aku berbicara dengan pena yang bera
last updateLast Updated : 2024-06-12
Read more

LIMBUNG

“Maafin Mbak, ya Luna. Mbak tiba-tiba gak enak badan, jadi pulang duluan,” lirihku melalui telepon.Setelah beberapa jam bertemu dengan Mamanya Bang Arlan siang tadi, aku tidak bisa melanjutkan kegiatan di pameran karena kepalaku tiba-tiba sangat sakit. Beruntung acara puncak sudah selesai. Luna dan Mayang hanya perlu merekap semua pesanan dan beberapa perusahaan yang ingin bekerja sama.“Gak apa-apa, Mbak. Semua memang tinggal tugas kami berdua,” jawab Luna.“Gimana tadi kalian beres-beresnya? Kerepotan gak?” Aku cemas dan tidak enak hati, karena merasa kurang bertanggung jawab.“Aman, Mbak.” Luna menyahut dengan tawa kecil. “Tapi…”“Tapi apa, Lun? Ada masalah waktu saya pulang?” Perasaanku selalu tidak enak karena tidak tuntas menjalankan kegiatan besar pertamaku.“Gak ada masalah, Mbak. Semua aman dan lancar. Hanya saja, tadi Pak Angga sangat khawatir sama Mbak Gita.”Aku memang tidak sempat izin padanya untuk meninggalkan acara lebih dulu.“Apa dia marah? Terus dia ngomong apa?”
last updateLast Updated : 2024-06-13
Read more

AKU SUDAH MENGURUSNYA

“Maaf, lupakan saja perkataanku. Mungkin aku juga kurang istirahat.” Angga salah tingkah. “Aku panggilkan dokter dulu.”Pria itu berlalu pergi dengan gelagatnya yang terlihat aneh. Setelah menutup pintu yang tengahnya terbuat dari kaca, aku masih bisa melihatnya mengacak rambut dengan kesal.“Benar-benar aneh.” Aku kembali memijat kening yang masih terasa berdenyut, mengabaikan sikap Angga.Tak berapa lama, dokter datang dan memeriksaku. Namun, tak kudapati Angga ikut kembali ke ruangan ini.‘Kemana lelaki itu?’ Aku membatin dan menjadi cemas.Teringat dengan ucapannya yang terdengar ambigu. Aku mencoba mencernanya. Mungkin dia ingin menjadi teman dekat yang bisa membantuku, mengawasi dan memantau kesehatanku? Ah, mustahil dan sangat aneh. Buat apa seorang Angga melakukan itu selain hanya karena hutang budi yang dia anggap mahal itu.“Makasi, Dokter.” Aku merasa agak enakan setelah menerima suntikan darinya. Pria yang kutaksir berusia empat puluhan dengan jas putih kebanggaannya itu m
last updateLast Updated : 2024-06-14
Read more

JANGAN IKUT CAMPUR

“Mbak…” Luna dan Mayang menghambur memelukku ketika pintu butik baru saja dibuka.Dua gadis yang setia membantuku ini mengusap matanya yang mulai basah.“Maaf ya, Mbak ninggalin kalian.” Aku memegang tangan Luna dan Mayang. Mereka mengangguk paham.Setelah tiga hari dirawat, akhirnya aku diperbolehkan pulang dengan syarat tidak boleh memforsir pekerjaan dan harus memperhatikan pola makan.Selama aku dirawat, Luna dan Mayang tidak menjenguk karena Angga melarang siapa saja memasuki ruangan khusus itu. Sangat berlebihan dan kekanakan. Apa salahnya kalau ada orang yang ingin menjenguk?“Gimana keadaan kamu, Git?” Mbak Ranti menghampiriku dengan senyuman hangatnya. Wanita dengan bibir tipis itu sudah siap dengan setelan rapi untuk kembali ke konveksi karena sudah ditinggalkan beberapa hari untuk membantu mengurus butik milikku.“Alhamdulillah, Mbak. Gita udah sehat.”“Ingat, kamu jangan…”“Iya, Mbak. Gita paham.” Segera kupotong kalimatnya karena aku tahu dia akan mengomeliku. Peringata
last updateLast Updated : 2024-06-16
Read more

SETITIK PETUNJUK

“Apa yang kamu katakan tadi?” Aku mendesis geram saat Bang Arlan berhasil diusir oleh Angga dengan ucapannya yang tidak masuk akal.“Calon suamiku? Yang benar saja, Angga!” kataku dengan tegas. Bagaimana mungkin dia mempermainkan kata-kata itu. “Apa kamu bercanda?” tekanku sekali lagi saat Angga masih membisu.Pria bertubuh tinggi itu terdiam dan menatapku lekat tanpa beralih kemana pun.Angga menggelengkan kepalanya pelan. “Aku sama sekali gak bercanda, Gita.”Sekali lagi, dia membuat mataku melotot tak percaya. Permainan apa ini? aku tidak mungkin bersama Angga. Aku bahkan tidak pernah memikirkan untuk menjalin hubungan lagi setelah disakiti Bang Arlan.Aku tertawa melihat ekspresi Angga yang sangat tegang dan serius.“Aku serius. Bukannya aku pernah bilang, aku ingin menjadi bagian penting dalam hidupmu, Gita. Apa kamu tidak paham?” Angga menarik napas berat. “Sekarang aku lega bisa mengungkapkannya, tapi tidak seperti yang aku rencanakan,” ujarnya sambil meremas rambutnya sendiri.
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

ANALISIS

“Sebenarnya apa yang kamu temukan untuk menelusuri siapa ayah kandung Chika?” Aku langsung bertanya dengan setengah kesal sebab tidak mendapat gambaran sama sekali tentang apa yang dipikirkan Angga.Angga merubah posisi duduknya. Dia menyandarkan punggungnya ke sofa dengan kaki disilangkan.“Aku harus tau cerita ketika malam reuni itu, sebelum menyimpulkan akhirnya,” sahut Angga.“Apa ini ada kaitannya dengan kehadiran Chika di …?” Aku bertanya dengan suara sedikit bergetar, sebab mengingat kejadian yang tidak kusadari akan kehadiran Chika di rahimku.“Apa kamu ingat sesuatu?” tanya Angga terlihat antusias.Aku memiringkan kepala sambil menatap ke atas. “Aku juga gak yakin. Itu sudah lama dan aku gak ingat semuanya,” jawabku.“Apa yang kamu makan dan minum disana, Gita?” Pertanyaan Angga membuatku mengerutkan kening dan kembali berpikir keras.“Hanya steak daging dan soda. Tapi…” Tiba-tiba aku tidak bisa mengingat kejadian setelahnya.Ekspresi Angga berubah tegang. “Tapi apa?”“Aku ra
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

WAWANCARA

“Apa semua ini berawal dari acara reuni itu?” Aku berpikir sambil menatap langit-langit kamar.Malam ini, pertama kalinya aku kembali ke rumah peninggalan Ayah setelah keluarga Bang Arlan pergi, rasanya lega dan lengang. Tinggal seorang diri ternyata tidak serta merta merasa kesunyian. Adakalanya aku merasa tenang dan damai.Namun, tidak jarang dalam benakku terlintas, dimana Bang Arlan dan keluarganya tinggal saat ini? Apa yang sedang mereka rencanakan? Entah kenapa aku selalu berprasangka, bahwa mereka semua ingin menjatuhkanku dan terus berusaha membuatku menderita, tanpa mau berhenti sebelum tujuannya tercapai. Semoga hanya prasangkaku saja.“Apa salahku sama kalian? Selama ini aku selalu baik dan gak pernah menuntut banyak. Aku selalu terima apapun perlakuan kalian dari awal kami menikah sampai akhirnya Chika lahir pun sikap kalian sama sekali gak berbuah.”Aku bermonolog sendiri sambil membayangkan sedang berada diantara Bang Arlan, Mama dan Arin.“Kenapa kamu bertahan dan diam,
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

KIRIMAN BUNGA

“Terima kasih atas kerjasamanya.”Aku menunduk memberi hormat pada semua orang yang bertugas dalam acara tanya jawab seputar masalah membangun bisnis dan cara mempromosikan sampai dikenal banyak orang, tentunya di bidang fashion terkhusus mengupas tentang pakaian batik.Setelah semua kru pergi, tinggallah aku, Mbak Ranti dan Angga di dalam ruangan meeting di lantai dua. Lantai satu saat ini sedang dipenuhi pelanggan yang sedang dilayani oleh karyawan-karyawan baruku.“Kamu memang luar biasa, Git. Mbak sangat bersyukur bisa kenal sama kamu dan menjalin kerjasama untuk bangkit menjadi perempuan yang kuat ketika harus menghadapi permasalahan dalam rumah tangga. Semua itu gak menggoyahkan semangat untuk menjadi sukses, ya, Git.” Mbak Ranti menggenggam tanganku yang sejak tadi bertengger di atas meja.Aku membalas genggamannya. Tanganku yang satunya menggenggam tangan Mbak Ranti. Sambil tersenyum penuh haru, aku berujar, “aku gak akan bisa seperti ini kalau gak ada Mbak Ranti. Kita memang
last updateLast Updated : 2024-06-21
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status