All Chapters of Terjerat Pesona Putri Gelap Tuan Konglomerat: Chapter 81 - Chapter 90

145 Chapters

Dua Pejantan

Sementara itu Putri menuju ruang tamu dengan langkah gontai. Semua kesaktian yang dia pertontonkan sekejap tadi langsung hilang begitu Arya lenyap dari pandangan. Perut keram akibat datang bulan ditambah kaki yang masih belum pulih betul, memaksanya berjalan terseok-seok. "Astaga, Putri!" seru Heru saat melihat kedatangannya. Dengan sigap, pria berkaos polo itu langsung mengangkat koper dan meletakkannya di sudut ruangan. " Kamu dari mana sih? Sejak kemarin kuhubungi tak bisa."Sebelum Putri sempat menjawab pertanyaannya, pria muda itu langsung bergerak maju dan memeluknya erat. "Aku khawatir, tahu. Gara-gara mikirin keadaan kamu, aku sampai tak fokus mengerjakan apa-apa."Tubuh Putri langsung membeku. Bukan sebab pelukan yang mendadak ini, tapi lebih kepada reaksi tubuhnya. Waktu Arya semalam memeluk, tubuhnya bagai tersengat listrik. Ada sensasi aneh yang sukar dilukiskan dengan kata-kata. Sementara sekarang, meski dekapan Heru juga
last updateLast Updated : 2024-02-26
Read more

Peringatan

Jika kekacauan yang dialami Putri menyangkut perasaan, beda lagi dengan Arya. Malam ini pria berusia tiga puluh tiga itu terpaksa menyambangi kediaman utama keluarga Bharata. Sebabnya, sang ibu sudah mengundangnya ikut jamuan makan dari semalam. Firasatnya sungguh tak enak. Biasanya, undangan makan malam ini, kalau bukan perjodohan, pastilah soal bisnis. Nafasnya langsung lega begitu melihat tak ada orang asing di meja makan -- setidaknya bukan perjodohan -- Namun rasa lega ini tak lama, sebab detik berikutnya, tepat setelah mereka semua selesai makan, nyonya Bharata memulai interogasinya. "Arya, banyak berita yang ibu dengar tentang kamu belakangan ini. Apa itu benar?""Berita yang mana, Bu?"Tak sabar, nyonya Bharata menatap tajam putra bungsunya. "Ya soal apa lagi? Kalau bukan artis murahan dari perusahaan kecil itu? Kenapa pula kamu mesti terlibat dengannya?"Kata-kata kasar sang ibu bikin Arya jadi geram. Tak bi
last updateLast Updated : 2024-02-26
Read more

Status

Diliputi amarah, Arya meninggalkan kediaman Bharata dan langsung tancap gas menuju D'Artz, tempat yang selalu jadi pelariannya dikala gundah. "Ngapain malam-malam kemari? Pasti lagi ada masalah, ya?" tebak Surya yang tengah bersantai dengan sang sepupu, Chandra Wijaya. Mengabaikan ejekan temannya, Arya memesan cocktail pada pramusaji yang bertugas. "Kesal aku, selalu dikontrol orang tua," sungutnya. Kedua temannya tersenyum miring, menyatakan bila masalah Arya bukan hal yang perlu dipersoalkan. "Kalau masih komplain, berarti kamu belum dewasa Bos," ledek Chandra. "Aku bukan komplain, hanya merasa muak.""Lantas, mau bagaimana lagi? Hidup ini memang memuakkan," sahut Surya seraya mengisap rokoknya dalam-dalam. "Kalian yang masih lajang saja begitu, apalagi aku yang sudah menikah," Chandra berucap. Di antara mereka berlima, David dan Chandra memang sudah menikah. Meski masih terbilang pengantin baru, tak
last updateLast Updated : 2024-02-27
Read more

Rindu

Arya terdiam sejenak sebelum berhasil menemukan suaranya. "Kenapa tanya begitu?""kurasa kamu sudah tahu konsekuensi terlahir jadi orang macam kita. She's not your league, Arya. You know it, right?""Saya tak keberatan dengan statusnya. Dia gadis yang luar biasa."Suasana jadi hening. Baik Surya maupun Chandra tak tahu harus bagaimana menyikapi antusiasme teman mereka. "Hmmm, begini Arya. Kurasa kamu cuma penasaran dengan sosok murni yang ditampilkan Putri. Begitu kamu berhasil 'mendapatkannya' aku yakin dia tak akan berbeda dengan yang lain. Jadi, jangan bermusuhan dengan orang tuamu hanya karena perkara gadis." Surya berusaha membuka pikiran temannya. Hampir Arya mengerang. Kata 'mendapatkan' yang terucap dari bibir Surya tentu mengacu pada perkara ranjang. Dia sudah tidur dengan Putri, walaupun secara tidak sengaja. Lantas apa? Alih-alih bosan, dia makin penasaran dengan gadis muda itu hingga nyaris membenci dirinya sendiri
last updateLast Updated : 2024-02-27
Read more

Kejutan

"Putri, kamu ngerasa ada yang aneh nggak dengan infotainment hari ini?"Putri berpikir sejenak sebelum terpikir soal apa yang dia saksikan barusan. "Iya Kak, cerita viral soal aku dan Putri Marion tak muncul lagi di mana-mana."Gadis muda berambut cepak itu tersenyum dingin. Pada saat begini, semakin tampaklah sisi tangguh seorang Mira."Tentu saja. Semalam perwakilan dari pihak manajemen Marion mendatangiku dan meminta damai."Putri meringis dalam hati. Sejujurnya, dia lebih suka bila 'perang' ini berlanjut. Sebagai aktris pendatang baru, dia tidak bakal kehilangan banyak hal. Apabila, tak ada lagi yang mau mempekerjakannya, dia bisa bekerja sebagai akuntan atau profesi lain yang sesuai latar pendidikannya. Hal ini tentunya tak berlaku bagi Marion. Namanya sudah kadung besar di dunia perfilman dalam negeri. Mereka yang terbiasa duduk di puncak hierarki, bakal terpukul bila jatuh tiba-tiba. "Kenapa? Kamu tak senang de
last updateLast Updated : 2024-02-27
Read more

Gebetan

"You and your anger." Arya berkomentar singkat waktu mereka sudah di dalam mobil. Tentu saja, Putri tidak menanggapi. Takutnya, begitu dibalas, obrolan mereka jadi panjang dan rasa sesal yang sedang dipeliharanya bakal menguap ke udara bebas. "Kamu sudah makan?" selidik Arya lagi walau setelahnya dia menyesal. Basa-basinya terlalu basi. Untunglah, pertanyaan terakhir ini masih direspon Putri singkat. "Sudah."Akhirnya, sama seperti semalam, perjalanan mereka lalui dalam keheningan. Untunglah, lokasi yang mau didatangi Putri tak begitu jauh dari Arda Pictures. Sekitar setengah jam, bangunan megah dengan patung kuda sudah tampak di pelupuk mata. "Jangan coba-coba menjemputku nanti." Suara Putri penuh ancaman memperingatkan Arya. Pria tampan itu menatapnya sejenak sebelum tertawa penuh makna. "Jangan ge-er nona, nanti malam aku mau jemput gebetanku."Deg! Jantung Putri seperti mau copot. Hatinya terasa pahit
last updateLast Updated : 2024-02-28
Read more

Ibu

"Kenapa kamu menjemputku padahal gebetanmu sudah menunggu."Alih-alih menenangkan nafas yang tersengal, Putri langsung memberondong Arya begitu dirinya masuk ke mobil. Dia berlari secepat mungkin sebab takut Claudia memergoki. Siapa tahu Arya yang sinting tiba-tiba keluar menemuinya. Mengingat latar belakang Claudia yang pernah jadi asisten Dewi Amor, bukan hal mustahil bila dia kenal Arya. "Aku memang sedang menjemput gebetanku." Arya berkata seraya menatap Putri, tepat pada manik matanya. Sontak Putri tergagap, deburan jantungnya nyaris terdengar di telinga sendiri. "Maksudnya?" Sebisa mungkin, dia berusaha tampil tenang. "Persis seperti yang kukatan. Apa yang susah dipahami dari kalimatku? Aku sedang menjemput gebetan, sedangkan yang duduk di sisiku itu kamu, berarti...?""Arya, jangan bercanda. Kamu pikir lucu?"Menarik nafas, Arya menatap gadis di depannya dalam-dalam hingga Putri berpikir dirinya bakal hanyut
last updateLast Updated : 2024-02-28
Read more

Kunjungan Dadakan

Akibat panggilan sang ibu, semalam-malaman Putri tak bisa memejamkan mata. Hatinya perih oleh sikap wanita yang melahirkannya. Sekian tahun tak berkomunikasi, dan hal pertama yang dia utarakan waktu bertelepon adalah pinjam uang. Itu pun demi anak kakak tirinya. "Apa ibu tahu betapa sering aku menahan lapar demi bertahan hidup?" Putri bertanya ditengah derai air mata. Otaknya masih tak bisa menerima kelakuan Dahlia, lebih memilih anak tiri dibanding puteri sendiri. Padahal, selama tinggal bersama sang ibu, dia sudah berusaha jadi anak baik, tidak membantah, dan sangat jarang meminta apapun. Pokoknya dia berusaha keras jadi dewasa agar ibunya tidak sedih. "Apa karena aku anak haram, Ibu?" ratapnya lagi ditengah kesunyian pagi. Status kelahiran yang tak jelas selalu menghantui Putri seperti mimpi buruk. Menurut cerita samar yang dia dengar dari bibinya, waktu beliau ribut dengan sang paman, Dahlia hamil waktu masih mahasiswa.
last updateLast Updated : 2024-02-29
Read more

Dua Dunia

Putri menelan ludah, menimbang jawaban apa yang harus dia katakan. "Aku cuma tak enak badan, itu saja.""Kamu pikir aku bodoh? Matamu sembab Putri. Kamu habis menangis, kan?"Kepalang basah, Putri membalas datar. "Iya. Aku menangis, tapi sekarang udah baik-baik aja, kok. Lagipula, tak ada hubungannya denganmu tuan Arya.""Putri, berhentilah keras kepala. Sudah berkali-kali kukatakan padamu jangan menanggung semuanya sendiri. Ceritalah, please... ."Tatapan sendu pria di depannya, menghunjam telak ke ulu hati Putri. Tatapan yang mengisyaratkan betapa tulus niat pemiliknya. Bagian paling rapuh dalam diri Putri tak bisa menahannya. Perhatian serupa ini dia dapat hanya dari segelintir orang. Mau tak mau, dia jadi terkenang akan luka yang ditorehkan Dahlia. "Sebenarnya... ibu semalam menelepon. Dan... dan beliau butuh uang untuk keperluan kakak tiriku," ujar Putri terbata. "Kamu sudah tahu, kan ceritaku bagaimana
last updateLast Updated : 2024-02-29
Read more

Sentilan

Hati Arya tersentil mendengarnya. Dia jelas tahu apa maksud perkataan Putri. Namun dengan selera humor yang agak garing, dia pura-pura tertawa keras, "wow! penjahit, ya? Kok cari-cari benang?""Udah ah, garing tahu."Sontak Arya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia pun sadar dirinya punya selera humor yang buruk, tapi asalkan Putri berhenti memikirkan hal-hal suram, jadi bahan olok-olok pun dia rela. "Dasar gadis durhaka, jahat sama yang lebih tua.Kelakar Arya ini sontak mengundang gelak tawa Putri. Perbedaan usia mereka memang cukup jauh, tak kurang dari sepuluh tahun. "Iya deh Om, maafkan keponakanmu yang durjana."Kini giliran Arya yang cemberut. Pria manapun tak suka dianggap tua oleh wanita yang dia taksir. Sebab itu, dia pura-pura memasang wajah sangar sampai Putri minta-minta maaf walau sambil terkikik geli. Tak terasa pertemuan mereka berlanjut hingga petang, sampai Putri yang kadung mengantuk, tertidur
last updateLast Updated : 2024-02-29
Read more
PREV
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status