Putri makin terperangah. Kemana saja dirinya sekian lama? Kenapa tak pernah menyadari perasaan Heru yang sebesar ini? Menatap mata Putri lekat-lekat, Heru melanjutkan perkataannya, "bahkan waktu kamu pertama kali menjawab pertanyaanku, itu hanya upaya agar bisa mendekatimu. Bukan karena aku tak tahu jawabannya. Putri, katakan, apakah menyukaimu dalam diam selama tiga tahun ini belum cukup menyiksa?""Ak--aku tak tahu semua itu." Putri terbata. Bingung oleh luapan rasa. Heru yang tadinya duduk tegak, mencondongkan tubuh ke arah Putri, mengambil cincin yang masih bersalut krim itu, lalu membersihkannya dengan hati-hati. "Sekarang, setelah kamu tahu yang sebenarnya, maukah kamu menerima perasaanku, Sayang?"Jantung Putri berdegup sangat kencang. Masa lalu dan masa kini muncul tumpang tindih di benaknya. Tatapan mata Arya yang terluka, kebencian Marion, peringatan nyonya Bharata, hingga senyum hangat Heru, semuanya melintas seper
Terakhir Diperbarui : 2024-03-03 Baca selengkapnya